KAMAR RAHASIA

458 35 0
                                    

"siapa yang ngizinin kalian menyentuh pintu ini?" Bentak Reval di hadapan keduanya.

"Anu, maaf tuan. Saya lupa memberi tau nona sebelumnya"

"Maaf mas saya gak tau" sambung Ainun mendukung alasan Tanti sebelumnya.

"Pergi dari sini" tegas Reval.

Saat mereka di dalam kamar dan Ainun tengah bersiap-siap untuk tidur di dalam kamar mandi seperti biasa, sejenak Reval melirik dengan ekor matanya kondisi Ainun. Namun, Ainun yang tidak menyadari itu, hanya berlalu pergi sembari membawa sebuah kantong plastik hitam di tangannya.

"Dia tidak terluka. Tidak kelihatan sakit. Tapiii, darah itu aku dapat dari mana?" bantin Reval yang tengah berfikir dengan berpura-pura sibuk di depan laptop nya.

Sebelumnya Reval sempat membersihkan noda darah yang melekat pada baju juga tangannya. Namun karena nodanya tidak bisa hilang, Reval mengganti baju yang sengaja dia simpan di ruangannya.

Karena masih penasaran, Reval coba mengintip melalui celah pintu kamar mandi. Perlahan kakinya ia langkahkan agar tidak menimbulkan suara. Saat baru saja ia tiba di depan pintu itu, seketika itu juga Ainun membuka pintu dan akan keluar kamar. Tubuh mereka tentu tertahan di tempat dengan posisi yang cukup dekat. Tubuh Reval yang menjulang tinggi terpampang jelas di mata Ainun saat itu. Kaos oblong dan sedikit ketat berwarna putih juga celana kain khas Reval masih ia kenakan sepulangnya kerja.

"Mas mau mandi dulu ya?" Tanya Ainun yang tertunduk malu.

"Aah, mmm. I, iya" ucapan Reval mulai gelisah dan gugup.

"Kalau begitu aku keluar dulu"

Tubuh mungil Ainun yang sebelumnya menghalangi pintu itu seketika lenyap dari pandangan Reval. Sedangkan Reval yang masih berdiri di tempat di sadarkan oleh suara tutupan pintu di belakangnya. Tanpa membuang waktu, Reval masuk dan menyusuri kamar mandi itu sambil memeriksa sesuatu yang mencurigakan. Setiap laci di bukanya satu persatu dengan seksama. Ketika di ujung laci yang dibukanya, Reval menemukan kantung plastik hitam yang sedikit terbuka. Ia buka perlahan dan memeriksa isinya. Beberapa obat tablet pereda sakit, salep, juga kasa steril beserta cairan alkohol sebagai pembersih memenuhi kantong plastik itu. Masih di posisi yang sama, Reval sejenak melihat ke arah lain dengan raut wajah bersalah. Tampak sebuah handuk putih miliknya yang tampak kotor sedangkan ia tidak pernah menjatuhkannya ke tanah. Kondisi lampu kamar mandi yang tidak di nyalakan semuanya yang menyisakan cahaya remang menyamarkan pandangan. Setelah memebereskan obat-obatan itu, Reval berniat memarahi Ainun karena handuknya yang kotor.

Ainun yang baru saja masuk ke dalam kamar Reval dengan membawa segelas air tampak terlihat sedikit pucat. Cadar yang ia tetap kenakan tampa pernah melepaskannya sejak hari pernikahannya tentu menutup wajah dan tubuh yang penuh luka itu secara utuh. Sedangkan Reval yang keluar dari kamar mandi itu dengan membawa sebuah handuk di tangannya terlihat berkerut marah.

"Anda apakan handuk saya sampai sekotor ini" teriak Reval yang masih berdiri di ambang pintu sambil memperlihatkan handu miliknya.

Ainun yang melihat handuk kotor yang dimaksud Reval terbelalak kaget. Reval belum menyadari kotoran yang ia maksud adalah noda darah akibat luka Ainun kemarin malam. Setelah memperlihatkan handuk itu, baru Reval sadari bahwa itu bukanlah kotoran melainkan noda darah yang melekat kuat. Seketika itu juga Reval melempar handuk itu karena terkejut. Dan secepat mungkin Ainun meraih handuk itu lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi karena takut jika Reval akan marah dan menyiksanya lagi.

"Nanti akan aku gantikan dengan yang baru mas" teriak Ainun dari dalam.

Tubuh Reval yang masih membeku tidak lagi bisa merespon perkataan istrinya. Terkejut, menyesal tentu ia rasakan. Meskipun ia membencinya setengah mati namun jiwa kemanusiaannya sebagai dokter kian mendorongnya merasa bersalah. Ia sendiri tidak menyangka akan membuat seseorang menjadi terluka oleh perbuatannya sendiri, sedangkan ia yang seharusnya menyembuhkan dan merawat tapi malah melakukan hal sebaliknya.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang