H-50

367 38 63
                                    

"Mas berangkat dulu ya. Kamu jangan nakal di rumah"

Sebuah koper besar berada di genggamannya. Reval tampak telah mempersiapkannya dengan matang, karena koper besar itu telah terisi penuh dengan semua barang keperluannya. Sedangkan Ainun yang mengantarkannya tepat di depan pintu utama rumah tampak sedikit lesu karena ia akan berpisah dengan suaminya selama beberapa hari ke depan. Bahkan Mama Ayu dan papa Dista pun terlihat turut mengantarkan keberangkatan sang putra dengan perasaan yang mungkin hampir sama dengan Ainun.

"Iyaaa,, bawel" Ainun masih bersikap manja meskipun di hadapan semua orang. Mungkin dia sudah tidak merasa canggung atau mungkin saja dia tidak ingin melewatkan kesempatan di hari-hari terakhir dia di rumah itu.

"Kamu masih ingat kan pesan Mas semalam?"

"Iya. Mas sendiri ingat juga kan pesan dari aku?"

"Siap Nyonya" Reval mencubit manja pipi mungil gadis itu.

Setelah cukup lama berbincang, seorang Bodyguard yang siap mengantarkan keberangkatan Reval datang dan memperingatkan. Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, dan pesawat yang ditumpangi Reval akan segera berangkat. Meski sedikit berat, Ainun menyelami suaminya sebagai tanda perpisahan. Reval pun tidak lupa mengecup kening gadis cantik itu yang masih tertutup cadar. Semua orang yang melihat tentu merasa cemburu, bahkan mama dan papa terlihat tersenyum miring menanggapi sikap kedua anaknya. Terlihat seperti pengantin baru yang tengah kasmaran.

"Kalau sudah sampai sana jangan lupa berkabar!" Mama Ayu memperingatkan sebelum langkah kaki Reval kian menjauh.

"Jangan buat Istrimu menunggu" Papa Dista menambahkan.

Reval tidak menjawab namun hanya tersenyum dan mengangguk pelan sebelum tubuhnya masuk ke dalam mobil. Perputaran roda mobil masih membekas di lantai itu, meski bayang mobil pun telah menghilang namun Ainun masih kokoh berdiri dan memastikan kepergian suaminya. Sejujurnya dia sudah merasa kesepian meski baru saja melewati waktu sesingkat itu. Ainun bahkan memaksakan langkah kakinya masuk ke dalam rumah setelah beberapa pelayan memperingatkan karena mama Ayu sudah menunggu di dalam.

....

Dua hari telah berlalu namun seperti yang selalu dikhawatirkan, memang benar-benar terjadi. Ini bukan masalah ketergantungan namun janji yang tidak ditepati. Benar saja meski berulang kali Ainun melakukan  panggilan telepon namun Reval tidak kunjung menjawab. Bahkan puluhan pesan dikirimkan Ainun namun tidak juga mendapatkan setitik respon.

Tidak berselang lama sebuah panggilan telepon masuk dengan nomor baru. Kebahagiaan begitu tampak dari wajah Ainun, ia bahkan langsung menjawab panggilan itu dalam dering pertama.

📞
"Halo assalamualaikum" suara ustadz Yusuf mengalun indah di telinga gadis cantik itu.

"Waalaikumsalam, Abang?" Ada suara keanehan yang terdengar.

"Iya In, ini Abang"

"Iya. Ada apa ya bang?"

"Ada yang mau bertemu sama kamu In. Tapi mungkin Abang nggak bisa bawa ke rumah. Kamu bisa keluar kan buat ketemu mereka?"

"Siapa bang?"

"Nanti kamu tahu. Kalau kamu mau, Abang bisa jemput sekarang"

Entah siapa yang dimaksud dalam panggilan itu. Namun seperti yang sudah ya janjikan, sebelum keluar dia menghubungi kembali suaminya dan mengirimkan pesan singkat sebagai bentuk perizinan. Ainun juga tidak lupa untuk minta izin dengan kedua mertuanya. Meski Mama Ayu sempat ragu, namun setelah mempertimbangkannya dengan papa Dista, mungkin saja Ainun perlu  hiburan dengan jalan-jalan keluar, jadi tidak masalah. Lagi pula dia juga bersama dengan ustadz Yusuf yang sudah mereka kenal.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang