Koma

345 36 41
                                    

Perlahan ada sedikit pergerakan pada kelopak matanya. Nafasnya juga mulai berhembus tidak stabil sehingga pendeteksi detak jantungnya juga turut tidak stabil. Reval menyadari itu semua, yang di mana Ressti membutuhkan pertolongan. Hingga perlahan, bibir mungilnya bergerak karena ingin mengatakan sesuatu.

Hanya ada tatapan datar dari manik matanya yang terlihat. Karena Reval tau, jika Ressti juga mulai sadar namun juga sangat membutuhkan pertolongan. Langkah beratnya perlahan mendekat dengan membungkukkan badannya. Ia mendekatkan wajahnya ke arah telinga Ressti untuk mengatakan sesuatu.

"Mulai saat ini. Kamu bukan istri saya lagi.
Ressti,, aku talak kamu!
Talak tiga!
__

Dengan ini, kamu bukan tanggung jawab saya lagi!" berbisik jelas.

Lalu tanpa perduli. Reval meninggalkannya tanpa melakukan apapun. Meski itu setidaknya hanya untuk menstabilkan oksigen milik Ressti yang tidak sesuai takarannya. Reval tidak juga berbalik sedikitpun untuk melihatnya yang tengah sekarat. Benar-benar tidak perduli dengan apapun yang akan terjadi setelahnya.

Tit,tit,tiiiiiiiit,,,
Tidak lagi ada denyut jantung yang terdeteksi dalam alat itu. Tepat pukul 3 dini hari, Ressti Adinata dinyatakan meninggal dunia.

"Aku bukan pembunuh. Aku cuma tidak akan menyelamatkan seseorang yang tidak ada dalam daftar orang penting di hidupku" gumamnya Reval dalam hati.

Namun, bukannya bersikap profesional untuk menolongnya, Reval hanya menatap tanpa ekspresi lalu melangkah pergi. Tidak hanya itu, ia juga melarang perawat ataupun dokter untuk masuk ke ruang ICU untuk beberapa saat. Hal itu ia lakukan agar tidak ada yang datang menyelamatkan Ressti. Dengan pasti, ia memang menginginkan kematian Ressti.

Hingga Ressti memang benar-benar sudah tidak bernyawa, tidak ada seorangpun yang datang memastikan kondisinya. Hal itu memang terlihat jahat, namun amarah Reval lah yang telah membuat ia berani bersikap seperti itu. Ia tidak lagi perduli dengan wanita itu selain Ainun yang saat ini juga tengah berjuang untuk hidup. Reval tidak ingin di usir lagi oleh sang Ayah jika Ressti hidup dan akan di paksa mengurus wanita yang telah melukai istrinya.

.....

Di waktu yang lain, saat kondisi sudah mulai kondusif, mereka semua telah kembali kerumahnya masing-masing. Hanya tersisa, Ustadz Yusuf, dokter Adelia, Papa Dista, Mama Ayu juga Ima yang masih terjaga di lorong rumah sakit. Papa Dista tengah mengurus semua keperluan pengobatan Ainun yang juga di dampingi langsung oleh dokter Adelia. Sebelumnya, tanpa sepengetahuan Reval, Ainun telah dipindahkan ke ruang rawat intensif VIP. Sehingga Reval tentu akan kesulitan untuk menemui istrinya, terlebih juga Papa Dista telah menempatkan dua bodyguard di Depa kamar Ainun.

Mengetahui waktu sahur akan segera habis, ustadz Yusuf membawa istrinya untuk sahur bersama di kantin rumah sakit. Tidak lupa, ustadz Yusuf juga memsan beberapa makanan dan di bawakan untuk keluarga Adinata.

Disaat-saat seperti itu, setelah cukup lama waktu telah berlalu, Papa Dista menyadari sesuatu. Gadis kecil kesayangan Ainun terlepas dalam pengawasannya. Namun meski begitu, rupanya Ima masih duduk tenang menunggu ibunya untuk bangun dari komanya. Di luar ruangan, bangku panjang yang kedinginan hanya terisi dua orang yang masih saling mendiamkan. Mama Ayu telah mencoba untuk menghibur gadis mungil itu dengan segala cara, tapi tak sepatah katapun terlontar sebagai jawaban. Yang ada, kekosongan dalam diamnya justru semakin dalam dan tenggelam.

"Mama gak papa kok sayang. Mama Ainun cuma bobok, nanti juga mama bangun. Ima jangan sedih! Nanti Mama ikut sedih kalau liat Ima seperti ini" bujuk wanita paruh baya pada gadis kecil itu.

Perlahan namun pasti, langkah mengalun lelaki paruh baya yang merupakan pasangan dari Mama Ayu kian mendekat. Jubah dokter yang sudah lama tidak ia kenakan kini melekat indah. Mama Ayu hanya bisa terdiam melihat itu, terlebih ketika melihat jika suaminya telah mampu untuk berjalan kembali. Di dalam genggamannya ia menenteng sebuah kresek putih yang telah berisi beberapa makanan untuk sahur.

AINUN s.2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang