Jeno x Yangyang
.
.
.
.
.
.
"Yang mulia, kau ingin kemana?" yang di panggil hanya tersenyum dan mengangkat busur panah kepada sang adik yang sekarang ada dihadapannya."Menurutmu?" Sang adik bernama Jisung mengangguk paham dan langsung menyiapkan kuda untuk sang raja berpergian. Sang raja hanya tertawa kecil lalu menepuk pelan pundak Jisung.
"Terimakasih, kau memang bisa di andalkan pangeran. Tolong jaga kerajaan, saya akan keluar sendiri dan mungkin akan pulang sore" Jisung mengangguk patuh dan memberi sang raja beberapa panah saat sang raja sudah menunggangi kuda.
"Tolong berhati-hati kak Jeno" Jeno mengangguk dan pergi keluar dari kerajaan dengan Jisung yang kembali masuk kedalam wilayah kerajaan.
Jeno mulai masuk ke dalam hutan dan hanya berjalan santai bersama kuda kesayangannya itu, menghirup udara segar yang tidak terkena polusi maupun debu. Jeno suka suasana di hutan yang tampak tenang dan nyaman maka dari itulah Jeno sering keluar dari wilayah kerajaan hanya untuk pergi ke hutan. Terkadang Jeno sekali-kali berburu dan membawa hasil buruannya itu untuk kepada adik-adiknya apalagi Sungchan yang sering ikut dengannya kemanapun Jeno pergi, tapi sayang Sungchan sedang ke kerajaan sebelah dan membuat Jeno pergi ke hutan sendirian.
Sampailah Jeno di sebuah lapangan yang lumayan luas dan banyak rerumputan dan semak-semak belukar, di sinilah Jeno bersantai ataupun bermain dengan adik-adiknya di kala waktu senggang. Jeno membiarkan kuda nya tersebut untuk makan maupun minum dan dirinya berkeliling.
Srukkk
Sebuah suara masuk kedalam indra pendengaran Jeno. Jeno mengalihkan pandangannya ke arah semak belukar yang sedikit tinggi darinya, terlihat semak tersebut bergoyang-goyang seperti ada seseorang atau hewan di belakang semak itu. Karena Jeno mengira itu ancaman Jeno mempersiapkan busurnya dan panah miliknya, dan Jeno melepaskan panah tersebut kearah semak belukar tersebut.
"AKHHHHH" bukan suara auman atau suara hewan kesakitan melainkan Jeno mendengar suara seseorang berteriak kesakitan. Karena terkejut dan panik Jeno bergegas menuju kearah suara teriakan itu dan betapa terkejutnya Jeno dia melihat seorang lelaki dengan sebuah panah di bahunya yang berlumuran darah. Lelaki itu terduduk lemah sambil memegang bahunya yang terdapat panah Jeno
"Hiks.." Jeno mendengar lelaki itu menangis dengan badan yang bergetar hebat tapi ada yang menarik perhatian Jeno, yaitu sebuah telinga dan ekor putih di tubuh lelaki yang sedang membelakanginya. Tidak lama kemudian lelaki itu tergeletak begitu saja di tanah dengan nafas yang berat. Jeno mendekati lelaki itu dan melihat wajahnya, manis.
Lelaki itu menatap Jeno dengan tatapan memohon dan mata yang berkaca-kaca. Ekor dan telinga tersebut hilang dari tubuh lelaki itu dan hanya menyisakan tubuh lemah serta baju putih yang sudah ternodai oleh darah.
"T-tolong.." lirih lekaki itu sebelum kesadarannya hilang. Jeno segara menggendong lelaki itu dan pergi ke kudanya untuk bergegas kembali ke ke kerajaan dengan lelaki yang pingsan.
Karina, kembaran Jeno terkejut saat kembarannya membawa seseorang di gendongan bahkan Karina bergegas membuka pintu kamar Jeno, membiarkan Jeno membawa lekaki itu dan menidurkan lekaki itu di kasur.
"JEN ADA APA INI?!" teriak Karina saat melihat sebuah panah menancap di tubuh lekaki itu. Jeno bergegas menutup semua tirai kamarnya dan menyuruh Karina untuk menghentikan darah yang terus keluar dari bahu lelaki itu, dirinya bergegas untuk mencari tabib kepercayaan keluarganya.
Karena teriakan Karina, Sungchan yang baru saja kembali dan Jisung yang baru saja dari perpustakaan bergegas pergi ke kamar Jeno. Mereka melihat Karina merobek bagian gaun nya dan menarik panah yang menancap di tubuh lekaki itu dengan cepat bahkan Karina tidak peduli kalau tangannya sekarang sudah penuh berlumuran darah. Karina bergegas menekan luka itu dengan kain gaun nya supaya darah lelaki itu berhenti. Sungchan dan Jisung hanya terdiam karena terkejut.
Tidak lama kemudian Jeno datang dengan 2 seorang tabib dan menyuruh mereka berempat untuk keluar dari kamar Jeno.
"Siapa yang kakak bawa itu?" tanya Sungchan saat Jisung mengantarkan Karina untuk pergi ke kamar sang puteri. Jeno melihat kearah bajunya yang penuh dengan noda darah.
"Dia lekaki yang tidak sengaja saya panah" Sungchan hanya menggelengkan kepalanya dan membawa Jeno pergi ke kamarnya untuk berganti baju dan menghilangkan noda darah di tangan Jeno yang sudah mengering.
Jeno kembali menunggu di depan kamarnya bersama Karina yang sedang duduk manis di lantai sambil memainkan cincinnya.
"Kenapa anda duduk seperti itu di lantai? Nanti gaunnya kotor, puteri" ucap Jeno yang heran melihat Karina dengan manis duduk di lantai samping Jeno berdiri.
"Ohh ayolah Jeno jangan formal seperti itu kepadaku, hanya kita berdua di sini" ucap Karina dengan wajah yang cemberut membuat Jeno tertawa kecil melihat kembarannya.
"Darimana kau menemukannya?" tanya Karina sambil mendongak untuk menatap Jeno yang berdiri di sebelahnya. Jeno hanya tersenyum kecil.
"Dia tidak sengaja ku panah saat ke hutan tadi, aku kira binatang atau apa ternyata lekaki manis" Karina mengangguk paham tapi ada sesuatu yang menganggu pikirannya.
"Tapi Jeno, dia sedikit tampak berbeda? Maksudku dia tidak seperti manusia pada umumnya karena aku tidak sengaja melihat mata merahnya itu saat aku ingin melepas panah di bahunya. Matanya seperti mata serigala" Jeno terdiam, dia yang awalnya ingin merahasiakan hal itu pun memutuskan untuk bilang kepada Karina karena dia yakin Karina tidak bisa di tipu ataupun di permainkan.
"Sepertinya dia siluman atau manusia serigala karna sebelum dia pingsan aku melihat ekor dan telinga putih lalu menghilang begitu saja saat dia pingsan, karna aku merasa bersalah aku bawa dia ke kerajaan dan mengobatinya" Karina berdiri sembari menepuk-nepuk gaunnya untuk menyingkirkan debu.
"Sepertinya iya soalnya-"
"Yang mulia raja Jeno dan yang mulia puteri Karina" Karina dan Jeno menoleh bersamaan kearah tabib yang keluar dari kamar Jeno, Karina langsung masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan lelaki tadi.
"Bagimana keadaannya?" tanya Jeno saat membiarkan Karina untuk masuk ke dalam kamarnya tersebut.
"Dia baik-baik saja dan tidak ada luka yang serius, beruntung puteri Karina cepat menekan dan menutup luka itu jadinya dia tidak kehabisan darah. Dia masih tertidur dan sedikit ketakutan tadi" Jeno mengangguk paham dan membiarkan para tabib itu pergi. Jeno menyusul Karina masuk ke kamar, terlihat Karina mengusap lembut kepala lelaki itu.
"Dia menangis.." bisa Jeno lihat mata lekaki itu mengeluarkan air mata dengan wajah yang amat teramat pucat. Karina tetap mengusap kepala lelaki itu dan sekali-kali menatap wajah lekaki itu dalam-dalam.
"Dia seperti tidak asing bagiku.. dia mirip seseorang dan juga dia tadi bergumam Lee Lee gitu" Jeno duduk di sebelah Karina dan melihat wajah pucat lelaki itu. Benar yang di katakan Karina, Jeno merasa tidak asing dengan wajah pucat itu.
"Kau.. masih menyimpan buku itu?" Karina berhenti mengusap kepala lelaki itu dan menoleh kearah jeno, Karina mengangguk kecil menjawab pertanyaan Jeno.
"Tentu, di tempat rahasia kita berdua saat kecil karna papa dan mama menyuruhku untuk tidak memberitahu buku itu kepada siapapun kecuali dirimu"

KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Yangyangiee
Short StoryYangyang uke ⚠️bxb Jangan salah lapak yaw... Uke!yangyang NCTxyangyang