Who?(3)

328 33 1
                                    

Jeno x Yangyang
.
.
.
.
.

Taeyong sedang ada di dalam ruangan yang penuh dengan buku-buku, hanya ada dirinya dan Jaemin yang sedang menyiram tanaman kesayangannya karena itu adalah tanaman pemberian sang mendiang ibu. Sedangkan Ningning berada di desa untuk memberi hiburan seperti bernyanyi atau menari bersama anak-anak desa.

"Apakah raja mereka sudah berganti?" Taeyong membuka pembicaraan dengan Jaemin. Jaemin mengangguk pelan lalu duduk di kursi depan Taeyong.

"Tentu. Kata jendral, raja nya adalah cucu dari orang yang membunuh ayah kita dan adik-adiknya menjadi puteri pangeran di kerajaan itu. Saya mengirim mata-mata untuk masuk ke kerajaan dan benar ada Yangyang di sana saat dirinya membawa makan malam ke dalam kamar sang raja. Katanya Yangyang terbaring lemah dengan bahu yang luka, Yangyang tidak akan melemah kalau dirinya terluka atau kehabisan darah tapi saya yakin dia kena alergi dari tumbuhan yang sudah berpuluh-puluh tahun kita hindarkan" ucap Jaemin yang di anggukin Taeyong.

Taeyong tersenyum tipis yang membuat Jaemin bingung, jujur dia bisa membaca pikiran orang-orang tapi untuk kakak tertuanya ini dia tidak bisa masuk ke dalam pikiran kakaknya.

"Malam ini adalah bulan purnama dan kekuatan Yangyang akan kembali tanpa bantuan Ningning, kita akan ke batu yang biasanya saat di bulan purnama dan biarkan Yangyang yang datang sendiri tapi kalau tidak kita harus menerobos masuk" Jaemin mengerti dan mengangguk sebelum pamit pergi keluar untuk menyusul Ningning dan memberitahu semuanya.

"Setelah membunuh mendiang ayah kami sekarang kalian menyembunyikan permata kesayangan kami" Taeyong memutuskan untuk ke kamar dan mengisi tenaganya sebelum menjemput permata mereka kembali.
.
.
.
.
.
Yangyang mengerjapkan matanya berulangkali dan langsung duduk saat dia sadar dia masih di kerajaan manusia, baru saja Yangyang ingin turun dari kasur Jeno masuk kedalam kamar membuat Yangyang mengurungkan niatnya. Bisa Yangyang lihat Jeno membawa sebuah mangkuk di tangannya dengan senyuman tipis.

"Masih sakit?" Yangyang menggeleng kecil dan membiarkan Jeno duduk di sebelahnya. Jeno melihat wajah lemah dan kelelahan Yangyang serta sebuah simbol bunga mawar kecil di belakang telinganya. Itu adalah simbol werewolf kerajaan.

"Anda belum makan dari malam kemarin dan saya membawakan sebuah bubur, mau saya bantu?" tanpa menunggu sang lawan bicara balas ucapannya Jeno mulai menyuapi Yangyang bubur itu dan Yangyang hanya pasrah walau dirinya sedikit mual memakan makanan manusia, sangat berbeda dari makanan yang sering kakaknya masak.

Merasa Yangyang mulai menolak Jeno berhenti menyuapi Yangyang dan meletakan mangkok tadi ke meja
"Terimakasih" ucap Yangyang dengan nada datar. Yangyang mengira Jeno akan keluar dari kamar tapi ternyata tidak, Jeno berlutut di hadapan Yangyang dan menunduk membuat Yangyang terkejut bukan main.

"Anda kenapa?" tanya Yangyang bingung.

"Saya sebagai Raja meminta maaf atas semua kejadian 70 tahun yang lalu. Saya sadar kalau apa yang di lakukan kerajaan saya maupun raja yang dulu sangat-sangat salah dan tidak bisa di maafkan, dan saya meminta maaf untuk semua penghianatan yang di lalukan kerajaan saya" Yangyang terdiam, dia bingung harus bagaimana. Walaupun sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu tapi kejadian itu menyimpan dendam yang sangat dalam bagi bangsanya maupun keluarganya, terlebih dirinya yang melihat ayahnya terbunuh di depan matanya sendiri.

"Saya akan memaafkan anda tapi semua ini ada di keputusan raja Lee dan saya tidak bisa membuat keputusan apapun itu. Jadi semua ini keputusan dari raja Lee mau berdamai atau tidak tapi saya akan memaafkan anda sebagai pangeran kerajaan yang di mana ayah saya di bunuh oleh kakek anda tepat di depan mata saya bersama kembaran saya"

Jeno semakin merasa bersalah saat mendengar perkataan Yangyang, Yangyang turun dari kasur lalu menyuruh Jeno untuk berdiri dan membantu Jeno untuk merapikan baju kerajaan Jeno. Dengan senyuman yang tipis Yangyang membenarkan kerah baju Jeno seperti yang sering dia lakukan kepada kakaknya dan kembarannya.

Uri YangyangieeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang