Salju

295 20 0
                                    

.
.
.
.
.
Butiran salju mulai menyelimuti kota, membuat orang-orang berlomba untuk menghangatkan tubuh dan suasana. Banyak orang-orang akan memilih bermalas-malasan di rumah bersama orang yang mereka sayangi terkecuali Hendery. Pria tampan berasal makau tersebut seperti tidak memperdulikan salju yang mulai mengotori mantel hangatnya tersebut. Sesekali Hendery membenarkan syal yang terlilit di lehernya.

Dengan perlahan Hendery mendorong sebuah pintu cafe, secangkir teh susu hangat adalah sebuah ide yang cocok di tengah musim dingin sekarang. Hendery menghabiskannya waktu sendirinya di cafe tersebut, menikmati secangkir teh susu dan sepiring kue kering yang dia pesan.

Hendery memotret jalanan yang perlahan mulai memutih untuk menghilangkan rasa bosan. Setelah menghabiskan makanannya Hendery pun memutuskan untuk berkeliling sebentar sebelum pulang. Masih banyak orang-orang yang berlalu lalang mencari kehangatan.

Saat jalan menuju gang yang lumayan sempit, jalan yang selalu Hendery ambil saat dirinya pulang ke apartemen dia melihat ada seseorang berjongkok dibawah lampu jalanan dengan tangan yang sibuk mengusap seekor kucing yang tampak sedang menikmati makanan.

Hendery sedikit menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas, dia sangat tidak asing dengan orang itu. Hendery berjalan mendekati sampai orang itu sadar akan kehadiran. Mata mereka bertemu saat orang itu mendongak kepalanya menatap Hendery berdiri tidak jauh darinya.

Hendery tersentak ketika mengenali saat orang itu sedikit menurunkan syal yang menutupi wajah bagian bawahnya. Jantung Hendery berdegup dengan kencang serta tubuhnya membeku seperti habis dibekukan oleh dinginnya musim dingin. Lidahnya terasa sangat kaku hanya untuk mengucapkan satu kata.

"Hey" sapa orang itu. Ingin rasanya Hendery membalas sapaan tersebut tapi dia hanya bisa terdiam membuat orang itu tersenyum kecil.

Masih tidak menjawab, Hendery berjalan sampai dirinya berdiri dihadapan orang itu. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Hendery walaupun mata mereka saling bertatapan seperti mengunci satu sama lain.

"Long time no see, Guanheng" suara itu, membuat bulu kuduk Hendery berdiri seketika saat indra pendengarannya mendengar suara lembut memanggil nama lahirnya. Tiba-tiba rasa bersalah muncul.

Tatapan sayu, senyuman kecil, suara lembut, masih terlihat sama diingatan Hendery. Yangyang, seseorang yang pernah membuat cerita manis bersamanya sekarang ada dihadapan Hendery, tersenyum kepadanya bahkan masih memberikannya tatapan yang sangat lembut dan sayu, Hendery merasa dia tidak pantas mendapatkan hal itu lagi.

Dia sudah menyakiti hati pria asal Taiwan itu, Hendery merasa kalau dirinya sudah melakukan hal yang jahat kepada Yangyang dan dia yakin kalau dia tidak pantas mendapatkan kata maaf ataupun senyuman sekecil itu dari Yangyang.

Mereka sempat berbahagia bersama, tertawa bersama, selalu berbagi kehangatan ditengah musim dingin, bahkan berbagi suka maupun duka bersama. Tapi ada hal lain membuat Hendery memutuskan untuk berpisah, 4 tahun lamanya mereka pun bertemu kembali.

"Kamu gak papa?"

"Maafkan aku" Yangyang tertegun mendengar ucapan yang keluar dari mulut Hendery. Hendery meminta maaf kepadanya.  Bahkan Hendery sampai menundukkan kepalanya, yang artinya dia sangat menyesal.

Yangyang sempat terkejut saat melihat Hendery yang tiba-tiba muncul di hadapannya, di bawah cahaya lampu jalanan matanya masih bisa melihat wajah menawan dari Hendery yang selalu menghantui pikiran dan hatinya. Rasanya Yangyang ingin menjatuhkan diri kedalam pelukan Hendery, lagi.

"Kamu minta maaf buat apa?" tanya Yangyang dengan nada lembut yang selalu dia keluarkan saat berbicara dengan Hendery. Hendery mengangkat kepalanya untuk menatap Yangyang saat Yangyang bertanya kepadanya.

"Aku sudah jahat sama kamu"

"Emang aku ada bilang kamu jahat sama aku?" Hendery terdiam, dirinya menggelengkan kepalanya pelan membuat Yangyang terkekeh kecil. Balasan Yangyang tentu saja tidak lepas dari pandangan Hendery.

"Makasih yah, padahal tadi gak mau nyapa tapi entah kenapa kaki ku jadi jalan ke kamu. Kamu apa kabar?" canggung, itu lah yang dirasakan mereka berdua sekarang.

"Kabarku baik, kamu gimana? Ucapan aku yang terakhir kali gak kamu lupakan kan?" Hendery teringat akan ucapan Yangyang di saat mereka berpisah yaitu berbahagialah.

Hendery hanya tersenyum kecil, menggelengkan kepalanya pelan. Dengan perlahan Hendery mengambil tangan Yangyang dan menatap tangan yang pernah dia genggam seerat mungkin, menyalurkan kehangatan.

"Aku.. gak tau sekarang aku bahagia atau nggak, rasanya aku kayak kehilangan sesuatu. Aku kehilangan kamu Yang, aku pikir keputusan aku saat itu sudah bener tapi ternyata nggak. Sakit, sakit banget gak ada kamu disampingku, aku kayak kehilangan arah sama rumah buat aku pulang. Aku ngelakuin hal yang bodoh banget sampai-sampai memutuskan buat pisah sama kamu, aku ngerasa kehilangan dan gak bahagia sehabis pisah sama kamu. Aku minta maaf dan aku kangen sama kamu Yang"

Tanpa Hendery duga, dia menangis dihadapan Yangyang. Rasanya sangat sakit dan sesak dibagian dada nya, rasa bersalahnya itu sudah mengambil alih tubuh Hendery. Malam itu, hanya ada suara isak tangis Hendery dengan Yangyang yang masih setia menggenggam tangan Hendery bahkan mengusap air mata Hendery.

"Sudah enakan?" Hendery menganggukkan kepalanya.

Tanpa permisi Yangyang langsung memeluk Hendery dengan erat, menenggelamkan wajahnya di bahu sang dominan mencari kehangatan. Hati Yangyang senang, seseorang yang selalu menghantui pikirannya itu akhirnya bisa dia peluk dengan erat.

"3 tahun lama banget bagiku Guanheng, 3 tahun aku masih mikirin kamu. Aku terkadang masih ngelakuin hal-hal yang kita lakuin pas bareng, entah nungguin kamu pulang kerja, ngerjain tugas sehabis pulang kuliah biar pas kamu pulang kerja aku bisa habisin waktu bareng kamu, dengarin lagu yang sering kamu putar. Cuman hal itu aja yang bisa aku lakuin pas kangen sama kamu, pas ngelihat kamu tadi kaki aku pengen banget lari ke kamu terus peluk kayak gini, tapi aku tiba-tiba gak ada tenaga. Perasaanku masih sama ke kamu, kayak pertamakali nya aku tau kamu juga mencintaiku"

Yangyang mengatakan semua hal itu di pelukan Hendery, mereka berpelukan ditengah cahaya lampu jalanan dengan salju yang turun mengotori pakaian mereka. Yangyang terlebih dahulu melepaskan pelukan mereka, tangan Hendery yang dingin itu bersentuhan dengan pipi dingin Yangyang.

"I'm still here, i'll never stop loving you. Guanheng"

"I love you more. Thank you for still loving me, thank you for making me feel so loved, Yangyang"

Uri YangyangieeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang