Who? (2)

307 38 2
                                    

Jeno x Yangyang
.
.
.
.
.

Besok paginya

Seseorang menggeliat di dalam selimut dan mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalamnya. Baru saja dirinya ingin duduk tapi sebuah ngilu dan nyeri menyerang di bagian bahu kanannya membuat lelaki itu kembali merebahkan dirinya. Lelaki itu menatap sekelilingnya yang tampak asing, lalu pintu terbuka menampakkan Jeno yang masuk.

"Ah sudah bangun?" tubuh lelaki itu membeku seketika saat indra pendengarannya mendengar seseorang masuk dan menyapa. Rasa ingin kabur meluap di tubuhnya tapi sayang rasa nyeri lebih mendominasi di tubuh lemahnya itu.

"Hei jangan takut.." ucap Jeno saat dirinya melihat lelaki itu bernafas dengan cepat dan berat. Dengan perlahan Jeno duduk di sebelahnya lelaki itu dan mengusap kepalanya pelan untuk menenangkan, membuat lelaki itu bernafas dengan normal.

Setelah merasa lelaki itu mulai tenang Jeno menatap wajah pucat itu yang mengalihkan pandangannya dari Jeno dengan mata yang basah akibat air mata.

"Boleh saya tau, namamu siapa?" tanya Jeno dengan nada selembut mungkin supaya tidak menakuti orang yang terbaring lemah di depannya.

"Liu" ucap lelaki yang bernama Liu itu dengan suara yang pelan, Jeno mengangguk paham lalu memanggil beberapa pelayan untuk membawakan sarapan dan baju ganti untuk Liu.

"Nah jadi Liu, kau bisa makan semuanya kan? Kau akan di kamar ini sampai lukanya mengering, kalau ada apa apa kau bisa panggil dery untuk minta bantuan atau memanggil saya. Saya pamit untuk keluar dan saya akan kesini lagi nanti, selamat beristirahat" setelah mengatakan itu Jeno keluar dari kamarnya dan meninggalkan Liu dengan beberapa pelayan.

Di sisi lain

"KAKAK!" Jaemin dan Taeyong yang fokus membahas sesuatu terkejut saat mendengar teriakkan dari adik bungsu mereka, puteri Ningning. Terlihat Ningning berlari tergesa-gesa dengan wajah yang sedih dan panik membuat Jaemin dan Taeyong khawatir dengan adik kecil mereka.

"Hey hey kenapa lari?" tanya Jaemin sambil merapikan mutiara yang ada di kepala Ningning. Ningning mengatur nafasnya sebentar sebelum berbicara kepada dua kakak lelakinya tersebut.

"YAKKK APA KALIAN TIDAK SADAR KALAU KAK YANGYANG TIDAK ADA DI ISTANA DARI KEMARIN?!!" tanya Ningning dengan panik, dia ingat kakak ketiganya itu pamit pergi ke hutan untuk istirahat dan dirinya berpesan kepada kakak nya untuk membawa beberapa bunga mawar hitam. Tapi sampai sekarang kakak ketiganya itu tidak kembali di istana bahkan Jaemin tidak menyadari kalau kembarannya itu tidak ada di istana sejak kemarin.

"KAK SERIUS?!" tanya Jaemin ke Taeyong dengan nada terkejut, pantas sore kemarin bahunya terasa sakit dan nyeri. Taeyong mengangguk, dia sudah tau Yangyang menghilang sejak kemarin tapi masalahnya dia kehilangan jejak di mana Yangyang berada.

"Iya, kakak sudah mencarinya kemarin tapi tidak ketemu. Tapi firasat kakak mengatakan kalau Yangyang di bawa ke suatu tempat karna bau darahnya tidak jauh dari hutan yang sering kita datangi saat bulan purnama" Ningning duduk di tempat biasanya dia duduk di saat ada acara penting kerajaan dan menghela nafasnya pelan.

"Aku merindukan kak Yangyang.. padahal hari ini dia berjanji kepada Ningning untuk mengajarkan Ningning naik kuda" ucap Ningning dengan nada yang sedih membuat Jaemin dan Taeyong terkekeh, Ningning memang tidak bisa jauh dari Yangyang.

"Kakak akan mulai mencari Yangyang besok pagi" ucap Taeyong berjongkok di hadapan Ningning lalu mengusap pipi Ningning lembut.

"Tenang okay? Kakak usahain nanti nemuin Yangyang secepatnya dan kakak yakin Yangyang adalah pangeran yang kuat jadi dia bisa menjaga dirinya" Ningning mengangguk dan terkekeh kecil membiarkan Taeyong mengusap pipinya di ikuti Jaemin mengusap kepalanya.

Uri YangyangieeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang