-1- Sisa Kenangan

928 51 2
                                    



POV Rum

Bar kecil di pinggir kota, tempat para pedagang dan pengusaha singgah setelah bekerja di luar negeri. Ibuku membangun Bar ini bersama dengan nenekku, bar kecil yang masih bertahan hingga aku lahir dan besar seperti saat ini. Meskipun sederhana, tidak sebesar bar di pusat kota, namun bar ini adalah tempat dimana Ibuku dibesarkan, ibuku jatuh cinta, hingga lahirlah diriku.

Pelanggan : Rum, satu bir lagi (teriak dari ujung meja paling belakang)

Rum : Siap, tuan.

Yah, seperti itulah keseharianku sejak aku mengambil alih bar ini. Sepeninggal ibuku 2 tahun lalu, aku menjadi pemilik dan pengelola dari bar ini. Bagiku, tidak sulit untuk menjalankan bar kecil ini, karena disinilah aku dibesarkan oleh ibuku. Aku juga tidak sendiri, ada adik angkatku yang selalu membantu dan menemaniku dalam bekerja. Selain itu, ada beberapa pekerja lama yang masih setia bekerja di bar kecil ini.

Rum : Roh, tolong bawakan nasi goring daun jeruk ini ke meja no. 17

Roh : siap kak,

Jok : Ah, ayam panggangnya sudah siap, (teriak dari dalam dapur)

Blu : Rum, ada yang memesan satu botol wine, meja nomor 4 (berbisi)

Rum : sepertinya, dia seorang bangsawan atau pengusaha, sudah lama tidak melihat mereka di bar kecil ini.

Blu : kau benar, biasanya yang kesini hanya pedagang-pedagang atau budak kapal saja

Rum : mungkin dia bosan dengan bar di tengah kota, (sambil menyodorkan satu nampan berisi sebotol anggur, gelas wine, dan satu wadah kecil berisi es batu )

Seperti yang kukatakan, sudah sejak lama aku tak melihat sosok bangsawan atau pengusaha kelas atas yang mampir ke bar ini. Mungkin terakhir kali aku melihat mereka, saat aku masih anak-anak. Saat itupun, tidak banyak seperti yang dulu ibuku ceritakan padaku.

Setiap hari, aku membuka bar pada sore hari dan menutupnya ketika matahari akan terbit, terkadang bahkan lebih lama dari itu jika pengunjung tidak banyak atau ada pengunjung yang mabuk berat. Bagiku, bar ini adalah warisan paling berharga di dunia ini yang ditinggalkan ibuku. Tentunya, Roh, adikku juga adalah peninggalan ibuku yang paling berharga.

--Perjalanan pulang ke rumah---

Roh : Kak, jika suatu saat kakak menikah, apakah aku masih boleh tinggal dengan kakak?

Rum : Hei, pertanyaan macam apa itu, tentu saja. (sambil memeluknya)

Roh : Suatu saat, aku ingin membeli mobil untuk kakak, agar kita bisa pulang dengan mobil, bukan jalan kaki (gumam yang menggemaskan)

Rum : Hmm.. (mengangguk), aku akan menunggunya adik kecilku. (senyum)

Roh : Kak, aku selalu penasaran. Sejak dulu, setiap kali kakak ada masalah sebesar apapun, kakak selalu tersenyum. Bagaimana kakak bisa melakukan hal itu dengan mudah?

Rum : Ibu yang mengajariku, mungkin senyum tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Tapi dengan tersenyum, perasaan kita jadi lebih ringan dan bisa memandang suatu masalah menjadi lebih jelas. Kita juga bisa belajar untuk merelakan, mengikhlaskan, dan berusaha dengan sebaiknya. Selain itu...... (diam sejenak) ibu bilang kalau aku tampan saat tersenyum, (senyum lebar)

Roh : aku tidak percaya, kata-kata bijakmu sebelumnya jadi hancur karena kata-kata itu, huh (gumam)

Rum : uuuuh... adikku... (sambil memainkan wajah Roh yang putih dan kecil itu)

YOU ARE MY MARTINI (BIBLEBUILD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang