Pov Rum
Keesokan harinya, kami mulai bekerja bersama. Kami berdua turun ke ladang pertanian tembakau, mulai meneliti dan menjalin kerjasama dengan beberapa petani yang potensial. Dari sini, hasil belajar kilatku bersama Lotus mulai diuji, agar kami lebih mudah bergaul dan meyakinkan para petani untuk menjual hasil pertanian mereka. Salah seorang petani, yang bernama Tama, adalah petani yang paling ramah dibanding petani lainnya. meskipun tetap saja, respon dari petani lainnya kurang baik dan terkesan membenci kehadiran kami.
Sepanjang perjalanan kembali dari ladang pertanian, aku sempat bertanya beberapa hal kepada pak Tama. Lotus hanya memperhatikan sembari tetap waspada dengan sekitar.
Rum : Pak, boleh kami bertanya, kenapa para petani sangat tidak menyambut pembeli atau pedagang dari ibu kota?
Tama : Dulu, kami pernah ditipu habis-habisan oleh orang-orang ibu kota, mereka membawa kabur semua hasil pertanian kami, kami kelaparan dan kemiskinan selama satu musim.
Rum : Apa anda masih ingat, siapa mereka?
Tama : kalau tidak salah, mereka anak buah dari keluarga D'licht, ah... yah... seingatku begitu, (menggaruk kepala)
Rum : Keluarga D'licht? (tersentak kaget, lalu melirik kea rah Lotus yang sama terkejutnya)
Lotus : Anda yakin? (memastikan)
Tama : Yah, tentu.. aku bahkan masih memiliki beberapa dokumen yang mereka berikan, (setengah marah)
Rum : Boleh kami melihatnya?
Tama : Tunggu, kenapa kalian sangat ingin tahu, apa kalian mengenal keluarga penipu itu? (mulai meninggikan suaranya)
Rum : Ah..ah... tidak, hanya saja... (panic)
Lotus : Tenang pak, kami hanya memastikan apakah benar itu keluarga D'licht, karena setahu kami mereka adalah keluarga kaya raya yang selalu melakukan jual beli dengan jujur (dengan tersenyum)
Pak tama melihat kami bergantian, sambil memainkan kumis lebatnya yang panjang. Meskipun ia yang paling ramah dari petani yang lain, bukan berarti ia yang paling baik. Untung, kami memperkenalkan diri sebagai pengusaha kecil dari kota Archen yang tertarik dengan usaha tembakau desa ini. Jadi ia masih menyambut sedikit ramah, ia hanya paling benci dengan orang ibu kota.
Tama : ya sudah, ikut aku ke rumah... sekalian kita makan siang bersama... (sedikit kesal)
Rum : Terima kasih banyak pak, (sambil merangkul tangannya yang besar penuh lemak itu)
Tama : Oh iya, ah... aku selalu luluh.. kalau melihat wanita cantik seperti nyonya, ( tersenyum genit)
Lotus yang berjalan pelan di belakang kami mulai menghela nafas panjang, seakan menahan ledakan di dalam dirinya. Hei, siapa juga yang mau merayu bapak-bapak galak dan mesum ini, betapa risihnya aku ketika dia terus melirik setiap bagian tubuhku.
Dalam perjalanan ke rumah Pak tama, kami benar-benar disuguhi hamparan ladang pertanian tembakau yang memukau. Belum lagi, kami juga sempat melewati sungai yang sangat jernih dan tenang, dengan warna kehijauannya yang memukau. Rumah pak tama tepat berada di sisi lain sungai, yang membuat kami harus melewati jembatan kayu yang sangat licin dan hanya berpegangan dengan seutas tali tambang yang membentang.
Lotus : berhati-hatilah, ini sangat licin, (berbisik dan memegang tanganku dengan erat)
Rum : Kau juga hati-hati,
Lotus : Pegang talinya sayang, aku tidak mau kau jatuh...
Mendengar kata "Sayang" yang terlontar dengan nada lembut membuatku merasa merinding. Ini memang bukan pertama kalinya ia memanggilku sayang, selama kami bersandiwara menjadi suami istri, aku harus terbiasa dipanggil sayang oleh Lotus. Tapi sejujurnya, aku masih merinding jika mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY MARTINI (BIBLEBUILD)
FanfikceRum (Biu) adalah seorang lelaki yang harus menyamar menjadi putri bungsu dari keluarga D'licht untuk bertahan hidup dan mendapat pengakuan dari ayahnya. namun, tak disangka ia malah jatuh cinta dengan seorang kepala pelayan, Lotus (Bible) yang tern...