Pov Rum
Aku terdiam di dalam kamarku, masih memandang kosong pada pemandangan semu di hadapanku. Pikiranku dipenuhi dengan peristiwa malam itu, ketika pembunuh bayaran itu mengincarku. Mereka mengira aku adalah rose, dan ingin membunuhku, jika yang berada disana benar-benar rose, bagaimana nasibnya?
Aku memainkan kelopak bunga mawar yang berjatuhan dari dalam vas, di atas meja. Tangan kananku memegang erat foto yang kutemukan di kamar rose, dan pikiranku masih melayang dalam kebingungan. Bagaimana rose tahu tentang ibuku? Dan kenapa foto ibu, disatukan dengan foto raja dan ratu? Apakah mereka memiliki hubungan? Sejenak aku jadi meragukan statusku sebagai putra haram tuan Jhone.
Kulangkahkan kakiku keluar dari kamarku, dan masuk ke dalam kamar rose yang seperti biasa, begitu sunyi seperti tidak ada kehidupan. aku membuka pintu kamar itu dengan pelan, dan mengetok pintu itu dengan pelan sebagai formalitas saja. Masih sama, sosok wanita itu masih tertidur dengan tenangnya di atas ranjang. Hari ini dia memakai dress putih, sama sepertiku. Aku berjalan perlahan, sembari masih melirik kea rah wanita itu. aku membelokkan tubuhku, berhenti di meja kerja dan mulai mencari setiap inci dari meja itu. satu persatu laci kubongkar, tumpukan buku usang, kertas-kertas dengan coretan abstrak, bahkan kotak-kota di lemari belakang meja. Sekitar 30 menit mencari, namun tidak ada hasilnya, aku menyerah karena begitu melelahkan mencari sesuatu yang tidak kuketahui bentuknya. Aku duduk di kursi di belakang meja kerja, menyenderkan sebentar tubuhku di sandaran kursi.
Rum : Lihat rose, aku sekarang seperti badut. Aku lelaki yang memakai dress seperti seorang wanita bangsawan, berjalan berkeliling dengan sepatu hak tinggi, ditambah tatapan orang-orang seperti ingin melahapku (seketika seluruh tubuhku merinding)
Rum : sampai kapan kau akan tertidur? Sampai kapan aku harus terus menjadi dirimu? Semalam saja sudah ada pembunuh bayaran yang datang, bagaimana besok? Lusa? (sedikit kesal)
Rum : Apa rahasia yang kamu tahu tentangku, tentang ibuku, tentang ayahku, dimana kau sembunyikan? (bergumam pelan)
Secara kebetulan, mataku mulai menatap ke arah bawah meja kerja, ada sebuh benang nilon tipis seperti keluar dari suatu ruang kecil di dalam meja. Aku menarik benang itu dengan hati-hati, dan sebuah laci kecil terbuka dari bawah meja. Di dalam laci itu, keluar sebuah kotak kecil tipis.
Rum : apa ini? (sambil membuka kotak itu)
Aku terbelalak, beberapa helai rambut dan cincin? Brengsek. Bagaimana aku tahu ini milik siapa? Apa aku harus membawanya ke paranormal? Kepalaku semakin pusing, tapi sepertinya ini sesuatu yang penting sebagai petunjuk.
Aku bergerak membersihkan kekacauan yang kubuat, lalu segera keluar dari kamar Rose dengan membawa kotak kecil itu. aku kembali ke kamarku, dengan perasaan campur aduk. Kusembunyikan kotak kecil itu bersama dengan foto ibuku di dalam laci di lemari kamarku. Lalu aku kembali mengatur posisi duduku seperti aku tak pernah beranjak dari kursiku. Beberapa saat kemudian, Us datang sambil membawa beberapa aksesoris untuk rambutku.
Us : kau habis ngapain? (sambil menaruh satu kotak aksesoris ke atas meja rias)
Rum : Aku tidak melakukan apa apa, hanya melamun. (melirik ke arah Us)
Us : apa kau tidak bosan seperti itu? mau keluar?
Rum : kemana? Ke pusat kota? (berdiri dan mendekati Us)
Us : tidak, kau mau mati. Ayo jalan-jalan ke rumah utama saja, pasti ada yang menyenangkan disana.
Rum : huft.. (cemberut)
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MY MARTINI (BIBLEBUILD)
Fiksi PenggemarRum (Biu) adalah seorang lelaki yang harus menyamar menjadi putri bungsu dari keluarga D'licht untuk bertahan hidup dan mendapat pengakuan dari ayahnya. namun, tak disangka ia malah jatuh cinta dengan seorang kepala pelayan, Lotus (Bible) yang tern...