“Done! Good job, Sarah!”
“Thanks!”
Sarah menyalami sang fotografer dan beberapa kru yang hadir di sana. Seorang kru berkata kalau ada satu pakaian lagi yang harus Sarah kenakan untuk diambil gambarnya, tapi Sarah dipersilakan untuk istirahat sambil menunggu gilirannya dirias. Ia menuju ruang tunggu dan menghampiri Ezra yang asyik dengan ponselnya.
“Maaf telah membuatmu menunggu lama,” kata Sarah.
“Tak apa-apa. Untung saja di sini banyak camilan dan minuman ringan.”
“Kau enak bisa makan. Para model jarang diizinkan makan dengan bebas.” Sarah mengambil sekaleng bir dari dalam kulkas.
“Kau mau minum itu?” tanya Ezra begitu melihat apa yang hendak Sarah minum.
“Ya. Aku penasaran bagaimana rasanya. Teman-temanku bilang ini enak.”
“Jangan macam-macam. Kau sudah membuatku dalam masalah dengan mengajakku ke sini memakai mobil ayahmu. Sekarang kau mau minum? Nanti aku bisa dikeroyok oleh Widi dan arwah Jon!”
“Sedikit saja. Please,” pinta Sarah.
“Put it back. Now.”
Melihat wajah marah Ezra membuat Sarah takut juga. Ia menyerahkan bir itu pada seorang kru yang lewat. Kemudian membuka kulkas lagi untuk mengambil jus dalam kemasan.
“Lihat! Jus jeruk!” kata Sarah. Ezra mengangguk setuju. Mereka kemudian duduk bersama. “Aku pikir kau orang yang bebas. Aku pikir aku akan sedikit melewati batas jika bersamamu.”
“Kau masih di bawah umur, Sarah. Jangan berbuat sesuatu yang merugikan dirimu sendiri.”
“Ah! Bilang saja kalau kau takut dengan Ayah.”
“Memang begitu. Aku tak takut pada arwah Jon. Aku lebih takut jika Widi membenciku. Selain itu kau seusia dengan anakku, masa aku rela melihatmu minum?”
“Oh.”
Keduanya terdiam sambil memperhatikan lalu lalang orang-orang dalam ruangan itu. Sarah tiba-tiba membayangkan kalau Jon pasti akan melakukan hal yang sama jika dia masih hidup. Kemudian ia menatap Ezra dari samping, menilai lelaki itu yang menurutnya punya banyak perbedaan dengan Jon dan Widi. Sarah bisa merasakan kalau jiwa Ezra itu bebas, tak banyak aturan seperti Jon dan Widi. Mungkin dulu ini yang membuat Widi berpaling dari Jon yang hidupnya lurus-lurus saja.
“Jangan sering-sering melihatku. Nanti bisa jatuh cinta,” celetuk Ezra. Ia meneguk minumannya.
Gadis itu tersenyum tipis. Saat ia hendak melanjutkan obrolan dengan Ezra, salah seorang kru memintanya untuk dirias dan mengganti pakaian kembali.
“Satu pemotretan lagi. Setelah itu kita pulang,” ucap Sarah sebelum pergi. Ezra hanya mengangguk saja.
*
Sudah lewat jam makan malam dan Sarah belum pulang juga. Dari raut wajahnya, Widi terlihat begitu khawatir. Padahal Sarah sudah mengabarkan padanya dan Louisa kalau hari ini dia akan jalan-jalan sebentar dengan Ezra. Berkali-kali Widi mengintip keluar jendela, berharap kalau Sarah sudah sampai di rumah.
“Duduklah, Widi,” pinta Louisa. “Sarah akan baik-baik saja.”
Seolah tak mendengar ucapan Louisa, Widi masih sibuk ke sana-sini seperti orang linglung.
“Apa yang sebenarnya kau khawatirkan?” tanya perempuan tua itu.
“Aku takut jika Ezra berbuat macam-macam pada Sarah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
His Love 3 🌈
RomanceApakah kau akan terus mencintai seseorang yang punya masa lalu sangat buruk?