"Yaya pernah menggambar seorang pemuda dengan bibir merah merekah seperti buah ceri. Dia memakai Polo shirt warna ungu pastel. Dia, hm, dia tampak seperti kamu."
Jantung Widi sudah berdetak tidak karuan. Rasanya ingin melarikan diri dari tempat itu. Widuri kembali memainkan foto di atas meja. Ia menunjuk wajah seseorang.
"Di sini ada Om Ivan juga. Aku sih yakin kalau kalian saling mengenal," celotehnya.
"Ya terus kenapa kamu enggak tanya sama Ivan saja?!" Widi mulai gemas. "Kamu buang-buang waktu dengan menginterogasiku!"
"Aku sudah tanya, kok. Tapi belum dibalas."
Wajah Widi sepucat bulan di pagi hari. Dalam hati ia mengutuk ulah ayah dan anak yang merepotkan hidupnya ini. Ponsel Widuri berbunyi dan sebuah pesan masuk. Perasaan Widi semakin khawatir, takut jika Widuri mendapatkan jawaban dari Ivan.
"Panjang umur!" seru Widuri. Ia menatap Widi. "Om Ivan bilang kalian adalah teman saat kuliah. Yaya bahkan kos di rumahmu."
Tuh kan! Widi ingin menguap saja, kemudian menghilang di udara! Di saat-saat genting begini, Widi berharap Ronan datang dan menyelamatkan dirinya. Eh? Enggak jadi, deh! Mulut Ronan bocor! Bisa-bisa Widuri tahu semua yang terjadi di masa lalu Ezra dan Widi.
Siapa pun, yang penting jangan Ronan, tolong datang dan selamatkan aku! - Widi
"Widuri!"
Tapi enggak dia juga! - Widi
Widi meletakkan kepalanya di atas meja. Tangannya meremas rambut di kedua sisi kepalanya. Perasaannya campur aduk. Satu sisi senang karena ia percaya semua ini akan berakhir. Di sisi lain ia sangat benci karena yang datang malah Ezra.
"Kenapa kamu masih di sini? Kenapa belum pulang ke Palo Alto?" Ezra terlihat sangat khawatir. Beberapa orang di dalam Sugar Gems menatap padanya.
"Yaya juga kenapa ke sini?"
"Yaya ke sini untuk cari kamu. Kamu enggak balas pesan atau angkat telepon dari Yaya. Temanmu bilang kamu enggak kuliah hari ini. Kamu sedang apa di sini?!"
Widi berusaha berdiri walaupun kakinya begitu gemetar. Ia berusaha menenangkan Ezra. "Urus anakmu. A-aku mau pulang."
Lelaki mungil itu segera lari keluar Sugar Gems. Tinggallah Ezra yang masih menatap tajam ke arah Widuri. Kemudian ia menatap selembar foto yang tergeletak di atas meja.
Sialan. - Ezra
*
Dalam perjalanan menuju Palo Alto, Ezra mendiamkan Widuri. Meskipun Widuri tahu dirinya salah karena tidak langsung kembali ke Palo Alto, ia malah bertanya ini itu pada sang ayah, yang tentu saja tidak akan pernah dijawab oleh Ezra. Sosok Widuri yang menyebalkan membuat Ezra yakin kalau itu pasti turunan darinya. Rubiyah terlalu baik untuk disalahkan.
"Aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan Yaya, Om Ivan, Om Kenny, dan ayahnya Sarah." Widuri menatap mobil yang berada di depan. "Aku pikir kalian berteman, lalu bermusuhan."
"Lebih baik kamu tidak tahu apa-apa, Wid. Enggak semua hal di dunia ini butuh jawaban."
"Tapi aneh! Widi sepertinya kenal Om Kenny. Om Ivan juga bilang kalau kalian sempat kos bareng. Terus kenapa kalian malah saling berbohong?"
"Yaya enggak bohong. Yaya hanya enggak mau jawab."
Mobil mereka kini keluar dari jalan tol. Ezra terus menyetir sambil mendengarkan semua dugaan sang anak. Pukul tujuh malam mereka sampai di bangunan apartemen yang biasa disewa oleh mahasiswa universitas Stanford.
![](https://img.wattpad.com/cover/317717789-288-k273906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
His Love 3 🌈
Любовные романыApakah kau akan terus mencintai seseorang yang punya masa lalu sangat buruk?