William mulai mengkhawatirkan sang ayah yang dipikirkannya akan menjalin hubungan asmara lagi dengan seorang pria. Eli berbeda dengan Ezra. Dia tak hanya mendekati Widi, tapi seluruh keluarganya juga. Selain memberikan kartu member khusus untuk pergi ke gym miliknya selama dua tahun, Eli juga sangat perhatian pada Louisa, William, bahkan Sarah yang tengah jauh dari mereka.
Saking ingin dekatnya dengan William, Eli dengan senang hati mengantar Noel ke dokter hewan untuk vaksin. Bahkan ia membayar tagihannya.
“Nanti aku bilang Ayah untuk ganti uangmu,” ujar William saat mereka berada di dalam mobil.
“Tidak usah. Melihat Noel sehat saja aku sudah senang.”
Remaja itu menoleh ke arah Noel yang berada di dalam kandang di kursi belakang mobil Eli. Si kucing asyik tidur di sana. Tak mau ambil pusing soal tagihan vaksin siapa yang bayar.
“Apa kau sedang mendekati ayahku? Apakah kau menyukainya?”
“Jawaban ‘ya’ untuk kedua pertanyaanmu.”
“Kenapa kau menyukai ayahku?”
“Secara fisik ia menarik. Secara kepribadian ia menarik juga. Sifatnya yang canggung pada orang baru membuatku ingin selalu lebih dekat dan semakin hangat padanya. Jadi ia tak perlu merasa canggung lagi.”
“Tapi kan usia kalian jauh sekali!”
“Memangnya kenapa? Aku bukanlah anak di bawah umur.”
“Sudah begitu Ayah punya dua anak. Anaknya sudah besar. Kau mau kami panggil ‘daddy’?”
“Boleh saja.”
“Ayahku bukan orang kaya.”
“Aku punya penghasilan sendiri.”
William mengerut cemberut di kursinya. Semua perbedaan itu dipatahkan oleh Eli. Dia pikir semudah itu menyuruh Eli pergi dari hidup Widi. Tidak semudah itu, Ferguso!
Kemudian William berkata, “Ayah menyukai seorang gadis di Indonesia. Dan Desember nanti kami akan ke sana untuk mengunjunginya.”
“Oh. Begitu, ya?”
“Ya.”
“Hm, akhirnya aku tahu jadwal Widi. Oke. Kalau begitu, aku akan mengatur jadwal lagi untuk bertemu dengan orang tuaku.”
“Apa?!”
Eli hanya tersenyum. Senyum jahil yang seolah mengatakan ‘kau tak bisa mengalahkanku!’. William makin sebal saja padanya, tapi sampai saat ini ia belum menemukan kesalahan fatal yang bisa membuatnya benci pada Eli.
Setelah dari klinik hewan, Eli mengantarkan William ke Sugar Gems untuk bertemu dengan ayahnya. William memeluk Widi sebagai tanda senang bertemu dengan sang ayah. Kemudian ia menatap Eli dengan sinis.
“Kau akan kembali ke gym, kan?” tanya William.
“Ya. Aku harus bekerja, mengumpulkan uang untuk menikahi ayahmu. Hahaha!” Tawa Eli membuat William naik pitam. “Sampai jumpa, Widi sayang. Dan sampai jumpa lagi, William.”
Pria muda itu pamit dengan anggun. William menjulurkan lidahnya untuk mengejek. Eli tertawa kecil sambil berlalu. Widi menatap William yang sedang misuh-misuh, ia belai kepala putranya agar amarah anak itu reda.
*
“Aku ikut!”
Sarah berteriak dari dalam layar laptop. William sampai mengecilkan volume suara agar tidak terjadi keributan.
“Ya, ya. Kau ikut!”
“Bagus!”
Widi menoleh ke arah anak-anak yang sedang mengobrol. Ia menambahkan, “Nanti Ayah siapkan segala kebutuhan terbangmu.”
![](https://img.wattpad.com/cover/317717789-288-k273906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
His Love 3 🌈
RomanceApakah kau akan terus mencintai seseorang yang punya masa lalu sangat buruk?