34.

34 7 9
                                    

Tangan besar itu digenggam erat oleh Ronan. Ia sama sekali tak mau menyerahkan Nando pada siapa pun sejak pria itu melewati masa kritisnya. Ketika dokter hendak memeriksa, mereka harus meyakinkan Ronan sekuat hati kalau Nando baik-baik saja. Ronan mengecup tangan itu berkali-kali sebelum menyerahkan Nando pada dokter.

Nando membuka matanya perlahan. Dokter segera memeriksanya. Ronan yang melihat kejadian itu menjadi tak sabar untuk menyambut suaminya. Apalagi saat mendengar namanya disebut oleh Nando. Setelah dokter memeriksa dan menjelaskan kondisi Nando, barulah Ronan mendekati sang suami.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Ronan yang takut diusir oleh Nando.

“Aku baik-baik saja,” jawab Nando yang masih lemah.

“Kamu enggak akan mengusirku, kan? Di iNVT aku diusir. Aku masuk daftar hitam katanya,” keluh Ronan dengan nada manja.

“Tidak lagi. Mana mungkin aku mengusir orang yang paling aku cintai?”

“Cintai?” Mata Ronan berkaca-kaca. “Kau tak marah lagi padaku?”

“Aku masih marah. Tapi, aku rasa, aku bisa meredakan amarahku. Mulai hari ini, jangan lakukan kesalahan seperti hari kemarin. Aku sangat memohon atas hal ini. Anakku masih ada tiga, tapi jangan bahayakan mereka dengan menyetir saat mabuk. Mengerti?” Nando mengelus tangan Ronan. Pria muda itu tertunduk di hadapannya. Malu karena ulahnya menyebabkan bencana bagi orang lain.

“Mengerti. Aku janji akan menghilangkan semua sifat burukku. Aku tak mau jadi bencana berjalan lagi. Terima kasih telah memaafkanku. Tapi, hm, apakah anak-anak marah padaku?”

“Mereka tidak marah. Bagi mereka semua ini sudah kehendak Tuhan. Ya mau bagaimana lagi?” Nando menatap sekeliling ruangan. “Pengacaraku belum datang, ya? Aku ingin cabut tuntutan cerai. Mana ponselku?”

“Benarkah?” Ronan terlihat girang sekali. Ia hapus air matanya yang mengalir setelah Nando menganggukkan kepala. “Terima kasih! Aku sangat mencintaimu! Terima kasih sudah menerimaku lagi!”

“Sama-sama. Aku juga mencintaimu. Dan aku tak akan menghilangkan dirimu dari ruang hatiku.”

“Janji, ya?” Ronan menunjukkan kelingkingnya.

Kelingking mereka berkaitan. Kemudian kedua pria itu saling memberi kecupan mesra. Ronan bahagia sekali hari ini karena tak kehilangan Nando dan cintanya.

*

Karena tidak ada pekerjaan di kantor, Widi memilih membantu melayani pelanggan Sugar Gems. Ia berkata di kasir dan menangani beberapa pembayaran. Saat sedang sepi, ia menghubungi Ronan dan menanyakan bagaimana kabarnya dan Nando. Ia juga meminta maaf karena belum bisa menjenguk Nando sekarang.

Balasan dari Ronan cukup cepat. Ia bilang kalau Nando mulai pulih dan mencabut gugatan cerainya. Selain itu mereka akan berlibur bersama anak-anak ke Maroko.

“Oh, senangnya,” gumam Widi.

“Widi!” sapa Zoh. Ia membawa satu kodi cake pop yang lucu. “Aku sudah lama tidak melihatmu di sini.”

“Aku baru kembali dari Indonesia.”

“Enak sekali bisa pulang kampung. Aku setahun sekali saja belum tentu bisa,” keluh Zoh. “Tapi kayaknya tahun ini aku akan pulang kampung, sih. Hehehe.”

“Ada acara apa?”

“Aku akan menikah.”

“Oh, ya! Selamat, ya!” Widi menjabat tangan Zoh. “Aku belum pernah melihat pacarmu.”

“Dia seorang ilmuwan data. Kalau akhir pekan dia jadi komika. Kami bertemu di sebuah kafe saat dia sedang open mic.” Zoh membuka ponselnya dan menunjukkan fotonya dengan seorang pria Asia yang tampan.

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang