2.

76 17 25
                                        

Widi berhasil menemukan Ezra di sebuah ruang IGD rumah sakit. Dari penjelasan dokter, Ezra mengalami keracunan solanin yang berasal dari kentang yang mulai menghijau. Kondisinya kini mulai stabil dan sore nanti bisa dibawa pulang. Widi lega sekali karena tak ada hal fatal yang terjadi pada lelaki itu.

“Keracunan kentang. Bodoh sekali,” sindir Widi pada Ezra yang masih pucat dan lemah. “Kentang kalau sudah menghijau jangan dimakan. Begitu saja tak tahu.”

Ezra tak bisa membalas sindiran Widi. Ia hanya tersenyum dan berkata, “Terima kasih sudah datang ke sini.”

“Sebenarnya aku tak mau datang. Tapi anak-anak yang menyuruh aku tetap datang.” Tunjuk Widi pada Sarah dan William yang mematung di ujung ranjang. Ini pertama kalinya mereka melihat secara langsung sosok Ezra. Biasanya hanya lewat media sosial. Itu pun mereka tak tahu siapa Ezra sebenarnya.

“Sarah dan William, terima kasih sudah membujuk ayah kalian untuk datang,” ucap Ezra.

Kedua anak itu tampak terkejut saat Ezra tahu nama mereka.

“Dari mana kau tahu nama kami?” tanya Sarah.

“Dari media sosial ayah kalian. Dia kadang mengunggah kebersamaan kalian.”

“Oh.”

“Kau sudah sembuh, kan?” tanya Widi yang tak sabaran. “Aku harus segera pulang ke rumah.”

“Apa kau tidak bisa menemaniku sehari saja?” Ezra malah balik bertanya.

“Tidak bisa. Aku bukan perawat,” tolak Widi.

“Ayah kan masih libur sampai hari Senin. Kita masih bisa merawat Ezra,” kata William.

He’s a bad guy!” seru Widi yang mulai marah.

I was!” tegas Ezra. “Aku belajar untuk menjadi seseorang yang lebih baik.”

Widi terdiam. Sarah dan William menjadi semakin curiga kalau ada sesuatu yang pernah terjadi di antara kedua lelaki ini.

“Maafkan aku. Maaf telah memaksa kalian untuk menemaniku.” Ezra menunduk dalam. Saat melihat kekhawatiran di mata Sarah dan William, ia melanjutkan, “Tak apa-apa. Kalian boleh pulang sekarang.”

“Ayah.” William menatap Widi dengan sepasang mata sedih.

Okay!” Widi akhirnya luluh. “Terus aku harus bagaimana?”

“Bawa dia ke rumah kita saja. Senin sore kita bisa menendangnya keluar rumah jika dia sudah benar-benar fit,” saran Sarah.

Ezra menahan senyum melihat reaksi Widi yang langsung manyun. Dengan berat hati, Widi mengangguk setuju dengan ide Sarah. Setelah beberapa jam dirawat oleh dokter, Ezra diizinkan untuk pulang.

*

Dengan sangat terpaksa Widi membawa Ezra pulang ke rumahnya. Ia sudah membuat perjanjian dengan anak-anak jika nanti Louisa bertanya tentang hal ini, merekalah yang harus menjawab. Widi dan Ezra sama-sama gugup karena ini seperti mengulang kejadian bertahun-tahun yang lalu.

William merelakan kamarnya untuk dipakai Ezra. Saat ia dan Widi menyiapkan kamar tidur, Ezra dibawa Sarah untuk minum di ruang makan.

“Aku tahu siap dirimu.” Sarah membuka obrolan.

Ezra tersenyum padanya. “Apa yang kau ketahui?”

“Aku tahu kau pernah menjadi orang ketiga di antara Ayah dan Papa. Itu terjadi jauh sebelum Ayah dan Papa menikah.” Pikiran Sarah berkelana jauh ke masa lalu saat Jon menceritakan itu semua. “Papa menceritakan hal ini padaku sebelum ia koma dan hilang ingatan. Papa bilang, ia salut denganmu yang selalu berusaha masuk lagi ke dalam kehidupan Ayah.”

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang