24.

52 8 26
                                    

Pintu lift terbuka perlahan di lantai 4. Tercium aroma yang begitu menyenangkan berasal dari luar lift. Aroma yang energik, hangat, dan seksi. Aroma parfum mahal yang bisa tercium walaupun pemakainya belum sampai di depan kita. Dan akan meninggalkan jejak wangi saat pemakainya pergi. Menurut Widuri, aroma ini hanya dimiliki oleh pria dewasa, cerdas, sukses, banyak uang, dan tampan.

Dia tak salah. Seorang pria kulit putih dengan mata biru yang indah muncul saat pintu lift terbuka. Ia memakai blazer pilot warna hitam yang memiliki empat garis kuning pada masing-masing lengan, sebuah lencana pilot terpasang di dada kirinya. Topi pilot dipakai di kepala semakin menambah kharisma pria itu. Di samping kanan tubuhnya ada sebuah koper hitam merek Briggs & Riley.

Widuri semakin salah tingkah saat pria itu tersenyum. Tiba-tiba pintu lift hendak tertutup kembali. Dengan cepat Widuri menahannya.

“Maaf, maaf. Aku turun di sini.” Widuri menundukkan kepalanya berulang kali sambil keluar lift.

“Tak masalah,” sahut pria itu sambil memasuki lift. Ia menekan tombol untuk turun. Sebelum pintu tertutup ia berkata, “Semoga harimu menyenangkan.”

Beberapa saat kemudian Widuri masih senyum-senyum sendiri di depan pintu lift. Kemudian ia teringat dengan misinya ke apartemen ini. Ia melihat alamat yang diberikan William.

“Lantai 4. Pintu 45.”

Gadis itu berjalan perlahan mencari pintu yang dimaksud. Untung saja dia berada di jalan yang benar. Tak jauh dari sana, pintu 45 berada. Dengan semangat Widuri mengetuk pintu itu.

Seorang pria membuka pintu dan langsung memasang handuk di kepalanya sambil berkata, “Apa ada yang tertinggal, Sonnenschein?”

Ketika tak mendapat jawaban, pria itu sadar bahwa yang mengetuk bukan orang yang dia kenal. Ia menatap wajah tamunya.

Di sisi lain, Widuri terkejut melihat sosok di depannya. “Om Kenny.”

Nama yang tercantum di kartu nama pemberian William adalah Heinrich K. Freudenberger. Di bayangan Widuri yang muncul bukanlah sosok pria berwajah oriental seperti ini. Apalagi sosok yang muncul adalah Kenny!

“Hai, Widuri,” sapa Kenny.

Kenny mengenal Widuri sejak kecil. Ketika sedang berada di rumah Ezra, Kenny selalu mengajaknya bermain. Sedangkan Widuri hanya tahu Kenny adalah teman ayahnya yang tiba-tiba menghilang.

“Ada apa, ya?” tanya Kenny lagi.

“Eh! Ini!” Widuri menyerahkan kartu nama pemberian William.

“Ini ....” Kenny membaca nama Heinrich ada di sana. “Siapa yang memberikan kartu nama ini?”

“William Yudhistira. Anaknya Widiyan Yudhistira. Om Ivan bilang, dia adalah teman Yaya.”

“Oh.”

Apakah ini sudah saatnya? – Kenny

“Apakah William menyuruhmu pergi ke alamat ini?”

“Ya.”

“Oke. Masuklah.” Kenny memberi jalan supaya tamunya masuk. Setelah itu pintu ditutup.

Raut wajah Widuri terlihat bingung saat melihat foto pernikahan Kenny dan Heinrich dengan latar belakang pemandangan yang sangat indah. Ia juga baru tahu pilot tampan yang tadi dilihatnya adalah suami Kenny.

I’m married. Duduklah. Sebentar, ya.”

Kenny menghilang di balik pintu kamar. Widuri duduk dengan gelisah. Matanya menatap ke sekeliling apartemen. Rasanya begitu aneh saat tahu orang yang dikenalnya memiliki orientasi seksual yang tidak biasa.

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang