68.

20 3 2
                                    

Catatan:

Selama menulis bab ini, ada satu lagu yang sering banget saya putar supaya dapat vibe seksi yang saya inginkan. Lagu ini berjudul X X X dari L'arc-en-ciel. Kamu bisa dengar versi original lagu dalam bahasa Jepang (seperti yang saya pasang di bab ini) atau bisa juga dengar yang versi bahasa Inggris (saya lebih suka versi bahasa Inggris, sih. 🙂). Kamu bisa dengar lagu ini di YouTube atau aplikasi streaming online lainnya.

*

Langit pagi masih gelap ketika Widi dan Ronan sampai di rumah Ronan. Suasana rumah masih terlihat seperti awal pesta dimulai, hanya saja sekarang banyak orang tidur tidak beraturan di nyaris setiap sudut rumah Ronan. Ronan biasa saja berjalan melewati orang-orang yang tergeletak di lantai rumahnya. Berbeda dengan Widi yang merasa ngeri karena takut orang-orang ini sudah menjadi mayat. Keduanya naik ke lantai dua. Tiba-tiba mereka berpapasan dengan Eli yang baru keluar dari salah satu kamar sambil memakai celana denimnya.



"Lookin' good, El," sapa Ronan.



"Thanks!" sahut Eli sebelum menuruni tangga.



Pintu dari kamar tempat keluar Eli kembali terbuka. Mata Ronan membulat ketika melihat yang keluar adalah Mindy, yang sibuk memakai sepatu hak tingginya. Mindy tersenyum canggung. Ronan tertawa.



"Tampaknya kau bersenang-senang malam ini," goda Ronan sambil membantu Mindy berdiri dengan benar.



"Pria muda itu sangat memikat." Wajah Mindy memerah. Mindy bilang pria muda karena usia Eli belum sampai tiga puluh tahun. Perbedaan usia mereka cukup jauh.



"Datanglah ke pusat kebugaran tempatnya bekerja." Ronan memberikan kartu nama Eli pada Mindy.



"Elijah Sommer," ucap Mindy setelah membaca nama lengkap Eli di kartu. "Sampai jumpa, Jo."



"Sampai jumpa."



Widi dan Ronan menatap Mindy yang menjauh. Kini Ronan beralih pada Widi dengan senyum nakalnya.



"Semua orang bersenang-senang, kau juga harus bersenang-senang. Mobilmu masih di depan, sepertinya Ezra belum pulang." Tiba-tiba Ronan menguap lebar seperti kuda Nil. "Aku ngantuk! Aku mau kembali ke kamarku, Widi."



Langkah Ronan mulai sempoyongan. Ia membuka salah satu pintu yang ada di sana. Tapi ia teringat sesuatu. "Oh, ya. Waktu Nando telepon, ia bilang Ezra ada di kamar ujung sana."



Jari telunjuk Ronan mengarah ke sebuah kamar di ujung koridor. Widi menatap pintu putih itu, lalu menatap Ronan lagi.



"Banyak atau sedikit, cinta itu harus diungkapkan. Kalau tidak, waktu akan mencurinya dari kalian. Ia tak akan mengembalikannya," ucap Ronan sambil tersenyum lembut. "Sampai jumpa!"



"Sampai jumpa."



Pintu Ronan tertutup. Kini Widi sendirian di koridor. Ia ragu untuk datang pada Ezra. Hingga akhirnya ia mengambil beberapa langkah, kemudian berhenti sejenak untuk berpikir apakah ini langkah yang baik? Kemudian dia mau apa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang