Serena pergi kerumah Vivy yang merupakan sahabat karibnya ditemani Ravin yang takut terjadi apa-apa selama dijalan.
Vivy tinggal disebuah kostsan biasa, ia tak tinggal bersama orangtuanya karna baginya tinggal sendiri jauh lebih nyaman. Saat Serena membuka kamar kost secara tak sopan, terlihat Vivy sedang makan yang kaget karna ulahnya.
"Ya allah Na lo bikin gue jantungan anjing!"
Tanpa basa-basi Serena langsung membaringkan dirinya dikasur membuat Vivy menggeleng karna ulah sahabatnya itu.Saat Vivy akan melanjutkan makannya yang terganggu, tiba-tiba pintu kostnya diketuk tiga kali, saat ia kembali melihat kearah pintu disana terlihat seorang laki-laki yang sangat tampan membuatnya kincep.
"Maaf, gue boleh masuk gak?" Tanya Ravin ragu saat melihat Vivy yang bengong.
"Hello.. lo masih hidupkan?" Tanyanya lagi.
"Ahh iya iyaa, masuk aja paling nanti ada yang ngegrebek." ucap Vivy gelagapan, matanya teralihkan dari nasi padang yang begitu menggugah selera pada sosok asing yang mengikuti sahabatnya.Ravin masuk kedalam kost milik Vivy, ia meneliti kamar itu, ukurannya kurang lebih 6x4 m dengan satu meja kecil, lemari, dan kasur tentu saja. Ravin berfikir jika kamar mandi dan dapur ada di belakang ruangan ini karna ada jalan lain saat ia melihat keujung ruangan itu. Namun kamar itu terlihat sangat berantakan. Buku dan laptop terlihat berceceran, sampah berserakan, baju dimana-mana, belum piring kotor yang menumpuk disudut ruangan membuat Ravin menggelengkan kepala.
"Lo gak beres beres?" Tanyanya sambil memungut baju yang menghalangi jalannya.
"Ehehe beres-beres kok cuman berantakan lagi. Lo taulah gimana anak yang tinggal sendiri." elaknya sambil melanjutkan makan yang tertunda."Belum puas nangisnya?" Tanya Ravin mengusap punggung Serena yang masih bergetar. Hanya gelengan yang menjawab tanya Ravin.
Vivy yang merasa heran langsung meninggalkan nasi padang yang ia santap, nafsu makannya sudah hilang saat Serena membuka pintu dengan kakinya, lantas mendekati Serena dan Ravin.
"Kenapa dia?" Tanya nya heran pada Ravin.
"Nanti lo denger sendiri ceritanya dari si Seren langsung." jawab Ravin "sekarang beresin dulu sana makannya terus cuci tangan." ucap Ravin kembali sambil menatap jijik tangan Vivy."Dihh siapa elo berani nyuruh gue?"
Ravin menghela nafas saat melihat Vivy langsung duduk dikasur tanpa cuci tangan terlebih dahulu.
"Maaf maaf aja ni yaa, gue emang orang asing tapi ini juga demi kesehatan kalian. Masa belum cuci tangan udah naik kasur sih? Hehh hehh jangan sentuh si Seren sebelum cuci tangan! Jorok banget sih lo!" matanya melotot melihat Vivy seolah gadis itu adalah hantu gentayangan yang akan mengaggu Serena, Ravin segera melindungi punggung Serena dari tangan Vivy membuatnya memajukan bibir beberapa senti namun gadis itu menuruti perintahnya.Dua menit berlalu, kini Vivy sudah kembali dengan tangan yang bersih.
"Nih udah bersih!" Ucapnya memamerkan tangan yang sudah kembali bersih."Na, tumben tumbennan lo nangis? Kenapa hemm? Awasin tangan lo nya, ishh ganggu banget." Tanyanya mengusap punggung Serena dan menyingkirkan tangan Ravin.
"Na, lo mulung yang kaya gini dimana? Emang sih ganteng cuman nyebelin." bisik Vivy ditelinga Serena.
"Ehemm gue bisa denger." ucap Ravin mendelik kearah Vivy membuat sang gadis menghela nafas.Tiba-tiba Serena bangun dari tengkurapnya, dengan spontan ia memeluk Vivy begitu erat. Vivy yang tak tahu permasalahannya hanya membalas pelukan itu sambil mempertanyakan kenapa sahabatnya ini begitu sulit membuka mulut.
Tak lama kemudian pintu kembali diketuk dan menampilkan Rialdi, kakak Serena. Vivy yang melihat kehadirannya pun langsung membolakan matanya dan merapikan rambutnya meski masih memeluk Serena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi
Teen Fiction(Belum diresvisi yaa^_^) harap maklum kalo ada typo atau penempatan tanda baca yang kurang tepat:) "Ser, aku mau kita udahan," "Kakak kamu hamil anak aku, Ser," "Maaf." Serena mematung mendengar itu, ia tak menyangka Natayla tega menikamnya dari be...