Harapan itu telah pupus

177 11 0
                                    

Seorang gadis dengan mata rubah memasuki toko coklat milik Aiden, sebelum bertegur sapa dengan kasir, ia memperhatikan ruangan dengan aroma manis dipadu dengan aroma bunga lily itu sekilas. Seulas senyum terpatri kala manik indahnya menangkap beberapa meja yang disediakan untuk pelanggan yang ingin langsung menikmati coklat yang sudah mereka beli.

Lucy cukup terkesan dengan pemikiran sang pemilik yang lebih mementingkan kenyaman pelanggan, alih-alih memajang semua produk yang mereka buat.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" suara seorang laki-laki menyadarkan Lucy dari lamunan singkatnya.

"Ah.. selamat siang, saya Lucy Chandrika, dari institut Paul Bocuse. Saya mendengar kabar jika toko ini sedang naik daun di kalangan semua usia, bolehkah saya bertemu dengan pemilik toko ini? Saya ingin melakukan beberapa pengamatan untuk tugas yang sedang saya kerjakan," senyum terlukis di bibir tipis itu.

"Baik, tunggu sebentar, saya akan sampaikan pada beliau,"

Laki-laki itu pergi meninggalkan Lucy yang masih terpaku pada interior di sana, demi apapun jiwanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan otaknya langsung membayangkan toko permen yang akan ia bangun nanti.

Langkah kaki membawanya ke sebuah meja yang terletak di pojok ruangan, sepatu ia lepaskan membuat telapak kakinya bersentuhan langsung dengan lantai berbahan dasar kayu. Ah... inikah surga coklat yang dibicarakan orang-orang? Netranya terus menatap deretan coklat yang berjajar rapi, ingin rasanya ia langsung memesan makanan manis itu, namun otaknya menyuruh ia untuk bersabar dan tak melupakan tujuan awal mereka datang ke sini.

"Maaf, nona. Tuan Aiden saat ini sedang tak ada waktu luang, tapi beliau berpesan pada saya untuk mengantar anda berkeliling dan menjelaskan apa yang ada di sini," laki-laki bernama Orion itu tersenyum hangat pada Lucy.

Orion mempersilakan Lucy agar mengikutinya. Sepanjang kakinya melangkah, laki-laki itu terus bercerita bagaimana awal mula toko coklat ini dibangun.

Catatan kecil beserta pena menemani Lucy yang canggung berjalan di belakang Orion, biar bagaimanapun ini pertama kalinya ia mengunjungi suatu bisnis seorang diri. Banyak pertanyaan yang ia simpan di kepalanya, banyak juga tebakan yang terus memenuhi rasa ingin tahunya.

"Dan di sinilah semua coklat yang memanjakan lidah pelanggan dibuat," Orion membuka pintu dapur membuat netra berwarna hitam legam itu membulat sempurna.

Beberapa juru pastry bergelut dengan bahan baku, sebagian lainnya mempercantik hidangan yang akan mereka jual. Tanpa sadar kaki Lucy berjalan pada seorang wanita yang sibuk menghias coklat yang sudah dingin. Netranya memerhatikan bagaimana wanita itu bekerja dengan lihai.

"Mau mencobanya?" tawar wanita yang sedang Lucy amati, bernama Charlotte.

Sekilas gadis itu menatap manik biru Charlotte. "Memang boleh?"

"Bien sûr¹." Charlotte memberikan mangkuk berisi kacang almond, membuat Lucy mau tak mau harus menerimanya.

"Berimajinasilah seindah mungkin, apapun yang kamu pakai untuk menghias coklat ini, itu karya seni," Charlotte meyakinkan Lucy jika ia tak boleh takut salah ataupun merasa canggung.

Lucy menyimpan mangkuk, tangan lentiknya beralih mengambil elemen lain yang menurutnya cukup menarik.

Charlotte hanya memperhatikan bagaimana Lucy menghias. Ia cukup terkesan melihat imajinasi yang dituangkan pada coklat yang menarik perhatiannya itu.

"Bagaimana? Mudah, bukan?"

Anggukan menjawab tanya Charlotte, Lucy melirik sekilas wanita eropa itu, seulas senyum hangat terpatri kala netra mereka berpapasan.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang