Sangat menyedihkan!

497 20 2
                                    

Serena memaksa Olivia agar mau memberitahukan dimana tempat yang paling sering Aksa kunjungi, memang sedikit sulit namun pada akhirnya Olivia mengatakan suatu tempat yang cukup asing bagi Serena.

Saat ini Serena mengendarai motor Olivia dengan sang pemilik yang memeluk erat pinggangnya, disusul Ravin dibelakang mereka. Serena melajukan motor itu dengan kecepatan tinggi, sampai beberapa pengendara menyumpah semrapahi dirinya.

Kini otak Serena dipenuhi oleh kemungkinan terburuk yang akan menimpa saudaranya. Ia tak ingin apa yang ada dipikannya terjadi, maka dengan kesadaran penuh ia terus memacu motor itu sangat cepat.

"Wohoo... gas teruss!!!" Teriak Olivia dari belakang.

"Oliv! Ini kemana lagi?!" suara Serena tak kalah berteriak dari Olivia, emosinya benar-benar campur aduk saat ini!

"Lurus aja terus, nanti ada belokan terus ada warung kecil, berhenti disana!" perintah Olivia dituruti Serena, ia fokus pada jalanan, tak merespon ocehan Olivia yang terus memujinya.

Motor berhenti didekat warung kecil yang Olivia katakan, kedua gadis itu turun untuk mencari keberadaan Aksa. "Hebat juga lo, gue sampe kagum loh. Eumm.. sebelas dua belaslah sama si Alana, tapi masih dibawah si Lucy," kini suara Olivia terdengar riang membuat Serena memutar bola matanya.

"Si Aksa dimana, anjing! Gue kesini buat nyari dia!" panik Serena sambil berlari kearah belakang warung yang terdapat pohon cukup besar. Ia takut jika Aksa sudah mengakhiri hidupnya dibawah pohon itu.

Beberapa kali Serena memutari pohon besar yang sudah tua itu, namun ia tak menemukan saudaranya disana.

"Oliv! Si Aksa dimana?!" Teriak Serena frustasi.

"Heumm.. kalo gak ada disini.. berarti di..." ucapan Olivia tergantung, ia mendorong Serena untuk berjalan kearah warung itu, "sana." telunjuknya menunjuk satu pemuda yang duduk dikursi seorang diri.

Serena membelalakan mata melihat kondisi Aksa yang jauh lebih memprihatinkan dari Olivia. Dengan cepat ia berlari menghampiri saudaranya itu.

"Aksa lo.." ucapan Serena terhenti saat hidungnya mencium aroma alkohol yang sangat pekat di tubuh Aksa, "Sa, sadar. Ini gue!"

Meski tak suka dengan baunya, Serena terus melawan rasa itu dan menggoyangkan tubuh Aksa yang sudah sempoyongan.

"Aksa! Sadar anjing!" tanpa aba-aba, Serena menampar pipi Aksa yang sudah pucat, "lo.. ah.. pulang yuk.." entahlah, Serena kehilangan kata-kata saat melihat kondisi Aksa yang sangat memprihatinkan.

"Hehe.. hai ren.. lo tau? Sekarang kita sama. Tos dulu dong.." Aksa mengangkat satu tangannya dihadapan Serena, bibirnya tersenyum namun air mata itu terus keluar dari netra teduh miliknya. "Lo ditikam sama kakak lo, sementara gue ditikung sama si Lucas brengsek itu!" suaranya meninggi saat mengucapkan nama Lucas sementara tangannya menghempaskan botol alkohol yang dari tadi ia tenggak.

Suara pecahan terdengar begitu nyaring, lengkap dengan teriakan Serena yang menggema disana. Sementara Olivia hanya tersenyum misterius, entah dia mengejek atau ikut prihatin melihat kondisi Aksa.

"Seren, Seren.. lo gak papa kan? Pecahannya kena lo, ya?" Aksa langsung memegang wajah Serena saat gadis itu sedikit terisak, "maaf."

Aksa menurunkan tangannya dari wajah Serena, namun di detik yang sama Serena memeluk Aksa erat, begitu etar sampai laki-laki itu sedikit terusik.

"Lo udah mabuk, pulang, ya.. gu~gue telpon bang Anan agar jemput lo, oke?"

"Hehe.. enggak, Ren. Kalo gue pulang sekarang yang ada gue dipukulin sama ayah, hehe.. gue udah gak pulang tiga hari dan~" Aksa mengucapkan kalimatnya tak jelas membuat Serena sedikit tak mengerti.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang