rindu yang berujung temu

628 23 0
                                    

Serena membuka matanya perlahan dan mendapati jika dirinya masih berada dipantai, namun dengan posisi yang berbeda. Seingatnya tadi ia bersandar didada Ravin, seingatnya juga ia duduk diatas pasir yang lebut, tapi kenapa kini ia berada diatas tikar tipis yang menjadi alas dari pasir?

Gadis itu menolehkan kepalanya kekiri dan mendapati Ravin yang berbaring terlentang dengan satu tangan menjadi bantal untuk Serena, ia memandang langit yang perlahan mulai memudarkan warna jingganya.

"Hai, nyenyak tidurnya?" sapaan terucap dari bibir Ravin, tak sempat Serena menjawab tanya itu karna Ravin langsung mengalihkan topik, "eum... pulang yuk, udah mau malam. Aku gak mau dimarahin abang kamu lagi."

Serena yang kesadarannya belum penuh hanya bisa menganggukan kepala mengiyakan.

Serena menerima uluran tangan laki-laki itu lantas mengikuti langkah Ravin yang pelan, dalam diam ia memandangi punggung lebar itu, otaknya berusaha mencerna apa yang terjadi hari ini. Bolehkah ia mempercayai Ravin? Ia tak ingin kenbali kecewa, namun disisi lain ia ingin keluar dari belenggu yang menyiksanya.

Serena menghela nafas, berusaha meredam perdebatan yang terjadi di dalam dirinya. Matanya memejam sejenak sebelum mengambil keputusan yang mungkin saja akan ia sesali suatu hari nanti.

Apapun yang akan terjadi suatu hari nanti, ia tak akan menyalahkan takdir, kali ini keputusannya sudah bulat, ia akan mempercayai Ravin untuk menyembuhkannya dari luka yang dibuat Zaki.

Serena memandang laut yang memantulkan cahaya matahari, ia tersenyum saat warna jingga itu secara perlahan berubah menjadi warna merah sebelum warna itu hilang ditelan lautan yang begitu tenang.

Sejenak ia menghentikan langkahnya membuat Ravin ikut terhenti dan membalikan tubuhnya, menghadap Serena. Ravin mengikuti arah mata gadis itu sebelum dirinya tertegun melihat keindahan yang ada didepan matanya.

Dari tadi Ravin terlalu fokus pada rencananya sampai tidak menyadari jika hari ini matahari tenggelam begitu indah.

"makasih, makasih karna udah ngajak gue ke pantai hari ini. Tanpa lo, gue gak bakal bisa liat keindahan ini." Serena menolehkan kepalanya, menatap Ravin dengan mata penuh binar keindahan. Bibirnya tersenyum begitu tulus, sangat tulus sampai Ravin tak bisa berkutik melihat bagaimana gadis itu berterima kasih dari lubuk hatinya.

Netra Ravin membulat seolah melihat banyak bunga yang bertebaran menghiasi wajah Serena, ia tak pernah melihat senyuman seindah itu sebelumnya, ingin rasanya ia memotret senyum yang sangat indah itu, namun ia tak ingin menghancurkan momen berharga ini. Biarlah otaknya yang merekam semua keindahan yang ada dihadapannya.

Untuk meredakan ledakan yang terjadi didalam tubuhnya, Ravin menghirup udara sangat banyak sebelum dihembuskan perlahan, ia memandang Serena lekat seolah jika ia palingkan matanya gadis itu akan hilang ditelan ombak.

"Berterima kasihlah pada laut, karna berkat dia kamu bisa liat keindahan yang sangat nyata ini." entah sejak kapan bahasa yang digunakan Ravin berubah menjadi sedikit lembut dan hal itu sukses membuat pipi Serena memerah.

Serena berusaha menekan reaksi tubuhnya, dengan susah payah ia menenangkan kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya, ahh... kenapa reaksi ini yang selalu ia dapat saat perlakuan Ravin sedikit lembut? Kenapa hatinya sangat mudah goyah saat laki-laki itu memperlakukannya sedikit lebih spesial?

Bolehkah Serena menaruh harapan pada Ravin yang notabenya mereka baru saling mengenal?

~~◇♡◇~~

Jam baru menunjukan pukul delapan malam, namun kini Serena sudah berada didepan pintu apartemen, bibirnya sedikit maju karna ia belum puas bermain di pantai.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang