Alois duduk disofa berhadapan dengan Ravin yang keringat dingin saat dipandang dengan tatapan sinis. Serena didapur bersama Vivy yang malam itu datang bersama Rialdi, bermaksud akan menginap lagi disana.
Rialdi terpaku saat melihat Alois memeluk adik kecilnya dilorong apartemen. Ia kira Serena akan aman berada diapartemen miliknya, ia kira kedua orang tuanya tak akan menyadari jika adik kesayangannya tinggal di tempat yang hanya ia dan ayahnya yang tahu.
Alois menatap Ravin dengan pandangan menelisik curiga, ia tak ingin anak bungsunya kembali terluka oleh laki-laki brengsek lagi, tak salahkan tindakannya ini? Ia hanya ingin melindungi gadis kecilnya.
"Pa, udah dong jangan liatin si Ravin kaya gitu." Serena berjalan kearah pria itu dengan napan berisi tiga cangkir kopi ditangannya.
"Papa cuman liatin dia doang, apa salahnya?" Alois mengalihkan pandangannya pada Serena, ia tersenyum melihat gadis itu berjalan sangat pelan karna tak ingin gelas berisi kopi itu tumpah. Usia Serena sudah menginjak delapan belas tahun, namun dimatanya Serena tetaplah gadis kecil yang ceroboh, ia akan menangis jika hal yang tak diinginkan terjadi, Alois benar-benar mengenal anak terakhirnya dengan baik karna hanya Serenalah yang mendapat perhatian khusus dari Alois.
Pikiran Alois terbang kedelapan belas tahun yang lalu, hari dimana Serena lahir. Ia sangat gugup menanti istrinya di ruang operasi, meski ini bukan yang pertama kali, namun tetap rasa gugup bercampur khawatir itu tak ingin pergi dari diri Alois.
Pria itu menunggu di ruangan lain dengan perasaan campur aduk, ia tak sadar jika ada dua anak kecil yang terus mengikuti langkah besarnya sampai satu tangan kecil menarik ujung baju Alois dan berhasil mengembalikan kesadarannya. Dengan cepat kepala itu menoleh ke belakang, melihat satu anak laki-laki berusia lima tahun dan satu anak perempuan yang menggendong boneka kelinci berusia tiga tahun.
"Pa, Nana capek ngikutin papa jalan telus." suara itu terdengar begitu kecil ditelinga Alois.
"Sayang, kalian duduk ya dikurs~"
"Pa, mama pasti baik-baik aja, kok. Aku percaya mama kuat, mama bisa ngelahirin dedek Serena dengan selamat." suara Rialdi berhasil membuat Alois terhuyung, ia tak menyangka jika anak sulungnya akan mempunyai pemikiran lebih dewasa dari usianya.
Alois mengaggukan kepalanya beberapa kali sebelum berjongkok, menyamai tinggi tubuh kedua anaknya itu, "ya sayang, kita berdo'a sama-sama ya semoga mama kuat dan dedek Serena lahir dengan selamat." Alois mengusap kepala anaknya bergantian sebelum mendengar suara tangis dari dalam ruangan oprasi.
Hari itu Alois menangis bahagia anak bungsunya lahir dengan keadaan sehat, tak ada yang kurang sedikitpun, dan Aletta berhasil melewati masa melahirkan dengan baik.
Alois sadar jika dirinya lebih banyak menghabiskan waktu bersama Serena daripada bersama kedua anaknya, ia tak bisa memungkiri jika kehadiran Serena sangat ia nantikan.
"Pa, malah bengong." teguran Serena berhasil mengembalikan kesadaran Alois, ia baru menyadari jika dihadapannya sudah ada segelas kopi hitam dengan aroma yang sangat harum. Dengan senyuman hangat Alois berterima kasih pada Serena yang dibalas oleh senyuman manis.
"Bang Anan, wajahnya gak usah tegang gitu, papa gak bakal ngasih tau mama kalo Serena ada diapartemen ini." Alois memulai obrolan saat melihat reaksi Rialdi yang gelisah, terlihat dari jari tangan yang ia mainkan dengan cepat dan ekspresi wajah yang sangat tegang membuat Alois dengan cepat bisa mengabil kesimpulan kalau anak sulungnya ketakutan jika ia akan memberitahu keberadaan Serena pada Alleta.
"Papa tau emosi mama kamu belum stabil, jadi papa gak bakal ngasih tau kalo kamu menyembunyikan Serena darinya."
Mendengar penuturan Alois membuat Rialdi mau tak mau harus mengaggukan kepalanya, ia percaya pada Alois, papanya itu tak mungkin mengkhianatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi
Teen Fiction(Belum diresvisi yaa^_^) harap maklum kalo ada typo atau penempatan tanda baca yang kurang tepat:) "Ser, aku mau kita udahan," "Kakak kamu hamil anak aku, Ser," "Maaf." Serena mematung mendengar itu, ia tak menyangka Natayla tega menikamnya dari be...