Netra sehijau zamrud itu melebar mendengar suara lembut yang tak asing untuknya. Serena tak ingin melihat siapa yang memanggilnya karna dari suara serta nada yang terucap ia sudah tahu jika yang memanggilnya adalah orang yang tak ingin ia temui sampai kapanpun.
Namun reaksi tubuhnya berbanding terbalik dengan hatinya, kepala Serena memutar untuk menemukan warna netra yang senada dengannya, darah dalam tubuhnya seketika mendidih melihat perut Natayla yang sudah besar.
"Ren, kamu ngapain sendirian di sini? Si Vivy mana?" entah ada dorongan sekuat apa didalam diri Zaki sampai kalimat itu terlontar dari mulutnya.
Serena tak menjawab tanya Zaki, fokusnya hanya pada wanita yang berdiri didepannya seperti tak mempunyai rasa bersalah. Tak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut Natayla, bahkan wanita itu terlihat mengabaikan kehadirannya membuat Serena sedikit naik pitam dan menyeret Natayla untuk menjauh dari Zaki.
Genggaman tangan terlepas kala keduanya sudah jauh dari pandangan Zaki, Serena memojokan Natayla di dinding, netranya manatap tajam pada sang kakak, terlihat ingin mendominasi keadaan.
Tempat itu sedikit ramai namun tak ada seorangpun yang peduli pada tatapan Natayla yang seolah meminta tolong. "Jelasin semuanya, sekarang!" suara Serena terdengar pelan, namun setiap kata yang terucap penuh penekanan membuat Natayla sedikit was-was.
"Jelasin apa? Lo udah tau se-"
"Belum semua! Gue belum tau kenapa lo milih buat menghianati gue!"
"Ren.."
"Jelasin semuanya!"
Natayla menarik nafas panjang sebelum netra itu menerawang pada masa lalu yang tak ingin ia lihat kembali.
Sebenarnya Natayla sudah menaruh hati pada Zaki jauh sebelum laki-laki itu menyadari perasaannya pada Serena. Selalu ada gelenyar tak nyaman ketika Natayla berbicara atau hanya sekedar melihat sosok Zaki yang melintas di depannya, entah sedalam apa rasa yang di milikinya sampai ia tak rela melihat Zaki mencoba mendekati adiknya.
Rasa yang di miliki Natayla memang besar, namun keberanian yang di milikinya tak sebesar itu untuk menyatakan semua yang ia rasa, sampai ia harus merelakan Zaki menjadi pacar Serena.
Namun rupanya keberuntungan berpihak padanya karna dua bulan setelah Zaki menjalin hubungan bersama Serena, laki-laki itu mengeluh padanya karna Serena tak ingin di sentuh lebih dari batas yang sudah gadis itu tentukan.
Ada rasa puas di dalam hati Natayla ketika mendengar keluhan Zaki, karna biar bagaimanapun ini merupakan satu penghalang yang sangat tipis antara mereka, namun meskipun tipis penghalang itu sangat kuat karna keputusan yang sudah Serena buat tak akan bisa di ganggu gugat lagi oleh siapapun.
Sebenarnya Natayla berniat membuat hubungan keduanya menjadi renggang dan hancur ditangannya, namun ia tak ingin namanya menjadi buruk bagi Serena, maka dari itu satu ide gila menghampirinya dan berhasil menguasai otak gadis itu.
Setelah Zaki mengeluh padanya, Natayla memberikan saran pada laki-laki itu agar terus melanjutkan hubungannya dengan Serena, namun Zaki bisa menyentuh Natayla sepuasnya.
Awalnya Zaki menolak, namun Natayla berhasil memberikan opini yang kuat sampai laki-laki itu menyetujui usul yang di berikan.
Satu minggu, dua minggu hanya sentuhan-sentuhan kecil yang Zaki berikan pada Natayla, namun semakin hari sentuhan itu semakin gencar menjamah tubuh ramping Natayla sampai hari itu terjadi, hari dimana gadis itu menyerahkan mahkotanya pada Zaki.
Ia kira itu hanya akan terjadi sekali, namun sepertinya Zaki tak berpikir hal yang sama, karna laki-laki itu selalu meminta hal yang serupa ketika mereka bertemu dan kejadian itu terus berulang sampai saat dimana Natayla mengandung buah hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi
Teen Fiction(Belum diresvisi yaa^_^) harap maklum kalo ada typo atau penempatan tanda baca yang kurang tepat:) "Ser, aku mau kita udahan," "Kakak kamu hamil anak aku, Ser," "Maaf." Serena mematung mendengar itu, ia tak menyangka Natayla tega menikamnya dari be...