teman baru?

997 37 30
                                    

Hari sudah menjelang sore, namun keempat orang itu masih sibuk masing-masing, tak ada yang sadar jika matahari akan tenggelam sebentar lagi.

Tiba-tiba satu ponsel bersuara membuat keempat orang itu menoleh secara bersamaan. Ternyata ponsel Serena yang berbunyi membuatnya menyambar benda itu dan melihat nama yang terpampang besar di layar.

Aksa

Serena mengerutkan keningnya heran, tumben saudaranya itu menelpon maka dengan segera ia mengangkat panggilan itu.

"Iya Sa, kenapa?"

"Ren, lo dimana? Kata om Alois lo pergi dari rumah?"

"Kirain ada apa! Gue sekarang di apartemen si bang Anan, lo tau kan?"

Setelahnya telpon ditutup oleh Serena, ia lantas meletakan ponselnya diatas nakas dan kembali menata buku dirak bersama Vivy.

"Guys, makan dulu yu." setelah sekian lama diam, Vivy akhirnya buka suara, ia tak tahan jika cacing diperutnya terus berdemo meminta asupan.

"Delivery atau bikin sendiri?" Serena menyahuti Vivy, ternyata gadis itu juga sudah lapar membuat kedua laki-laki itu ikut terdiam.

"Mending bikin sendiri biar lebih hemat." usul Vivy, "tapi bantuin gue nyiapin semua bahannya." Ketiga manusia yang berada disana langsung mengagguk tanda setuju membuat Vivy tersenyum lebar dan langsung melangkah kearah dapur.

Vivy memberi arahan kepada tiga orang itu apa yang harus dilakukan, dia tak begitu pusing saat memberi intruksi karna Serena dan Rialdi sudah biasa memasak bersamanya Ravinpun melakukan tugasnya dengan baik karna ia juga mengerti dunia masak membuat pekerjaan Vivy menjadi ringan.

"Bikin lima porsi ya," usul Serena membuat Ravin mengerutkan kening. Mereka berempat, kenapa harus menyiapkan makanan lima porsi? "si Aksa bakal dateng, masa iya kita makan dia engga." pertanyaan yang berada di kepala Ravin langsung terjawab membuatnya mengaggukan kepala tanda mengerti.

Serena memperhatikan Vivy yang sedang memasak, entah kenapa hatinya berdesir saat melihat tubuh sedikit berisi itu bergerak mengikuti tangan yang menari diatas wajan. Ia tak ingin kehilangan sosok itu, meski kerap kali membuatnya kesal tapi Vivy adalah rumah paling nyaman setelah Alleta, ia tahu sahabatnya itu tak akan meninggalkannya tapi entahlah, rasa takut itu selalu menghantui Serena.

Tiba-tiba pintu depan diketuk membuat Serena harus pergi dari dapur dan membukakan pintu itu. Terlihat Aksa berdiri diluar pintu bersama Olivia membuat Serena mengagkat sebelah alisnya, "ngapain bawa cewe pembawa onar segala?" mungkin ucapan Serena terdengar pedas ditelinga beberapa orang, tapi tampaknya gadis yang disindir tak merasa tersinggung, ia hanya memamerkan lesung pipi yang tampak sempurna dipipi tirusnya.

"Yaelah Ser, jangan gitulah. Biar gimanapun juga gue temen sekelas lo," jawabnya seolah mereka dekat.

Serena hanya memutar bola matanya lantas mengizinkan kedua orang itu masuk ke apartemennya.

"Lagi masak Vy?" Aksa mencoba basa-basi pada Vivy yang sibuk sendiri.

"Kaga, gue lagi mandi." tampak ketus tapi begitulah interaksi antara Vivy dengan Aksa, terkadang cuek namun tak jarang saling peduli.

Olivia memperhatikan ruangan itu, ia kenal dengan Rialdi namun ada sosok asing yang membuatnya penasaran, ia perhatikan dari samping mulai dari postur tubuh sampai raut wajah ia tahu bahwa laki-laki itu berusia sekitar dua puluh tiga tahun, "dia siapa?" nadanya rendah, bertanya pada Serena yang berada disebrang Olivia.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang