camping

310 12 0
                                    

Malam sudah larut namun Olivia masih bungkam, ia merajuk saat Serena mengakui jika dirinya bertemu dengan orang tuanya. Sebenarnya Serena sudah menjelaskan serinci mungkin pada Olivia kenapa ia menemui orang tuanya, namun dasar Olivia, dia berbalik marah dan tak mau makan meski malam ini Ravin memasakan makanan yang sangat menggoda penciumannya.

"Liv, yakin gak mau? Kalo gak mau ini porsi lo, gue bagi dua nih sama si Seren," ancam Ravin saat melihat Olivia yang masih diam dimeja makan, tak menyentuh apapun yang tersaji disana.

Olivia hanya menatap Ravin dengan mata memicing, ia tak suka dengan wajah tengil itu, lebih menyebalkan dari wajah Levi!

Piring dihadapan Olivia akan Ravin ambil jika saja gadis itu tak menepis tangannya. Dengan mata yang masih mengawasi pergerakan Ravin, gadis itu memasukan satu suap hidangan yang tersaji kedalam mulut.

Hening memenuhi meja makan, namun tidak dengan indra pengecap Olivia. Didalam mulut gadis itu membucah berbagai rasa yang sangat memanjakan lidah, entah ini hanya perasaannya saja atau memang benar jika Ravin pandai memasak yang jelas ia menyukai hidangan makan malam hari ini.

Dalam diam Serena tersenyum kecil melihat Olivia memakanan bagiannya dengan lahap, entahlah selalu ada kebahagiaan tersendiri untuk Serena saat melihat seseorang menikmati makanannya dengan lahap, meski bukan ia yang memasak.

"Enakkan?"

Olivia tak menanggapi ucapan Ravin, ia terus memasukan makanan itu pada mulutnya sampai habis. Serena maupun Ravin tersenyum dalam diam melihat tingkah Olivia yang seperti itu.

Pintu apartemen terbuka, memperlihatkan Vivy membawa tas cukup besar dan Rialdi menenteng Aksa yang masih teler karna ia ketahuan minum dipinggir jalan.

Vivy berjalan kearah dapur karna ia tahu jam makan Serena, "Ren, besok main yuk." tanpa basa-basi, Vivy langsung mengajak Serena.

"Kemana?"

"Kita ngecamp di gunung.." alis Vivy naik turun saat mengatakan hal tabu itu.

Kening Serena mengerut mendengar ucapan Vivy, hey.. kenapa tiba-tiba? Terlebih ia tak penah mendaki gunung dan ia sangat awam jika menyangkut alam bebas.

"Bukan ngecamp digunug, tapi di taman deket danau diujung kota," ujar Rialdi, tangannya mengetuk kening Vivy yang sudah berbohong.

"Kalian juga ikut aja, gue juga bakal bawa pemuda yang hilang arah ini!" Rialdi memperlihatkan Aksa yang sangat mabuk, matanya teler bahkan kakinya seperti tak sanggup menompang berat badannya.

Ravin dan Olivia yang mendapat ajakan Rialdi langsung mengaggukan kepala antusias, mereka tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sangat langka ini.

"Bang, itu si Aksa ketemu dimana?" Serena menatap Aksa kasihan, ia tak menyangka saudaranya akan seterpuruk itu.

"Di tengah jalan, kalo aja gue gak injek rem mendadak, mungkin nyawa dia udah terbang diambil malaikat." ada nada kesal sekaligus marah dari kalimat yang terucap.

Serena menghela nafas capek, ia melirik Olivia yang masih anteng dengan hidangan yang ada didepannya lalu menatap Aksa yang kini sudah dibawa Rialdi kesofa. Dalam diam ia merasa aneh, kenapa Olivia bisa setenang ini saat dia kehilangan seseorang yang sangat ia incar, kenapa Aksa tak setenang Olivia?

"Gue gila, gue gak peduli sama tubuh gue, gue sering mabok, gue selalu ngebantah omongan orang tua, bahkan Kemaren gue mau bunuh diri. Gue calon penghuni neraka jahanam, gue gak pantes hidup tenang, tapi gue mau berubah, gue mau buka lembaran baru dan gue mau berusaha jadi manusia lebih baik dari kemarin, gak kaya si Aksa," seolah tahu isi pikiran Serena, Olivia menjelaskan apa ada di pikirannya.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang