Cahaya matahari masuk melalui celah tirai berwarna putih membuat netra seindah zambrud itu terbuka, Serena duduk di ujung ranjang untuk mengumpulkan kesadarannya sebelum kaki jenjang itu membawa dirinya ke kamar mandi.
Dengan rasa kantuk yang masih tersisa gadis itu membasuh wajah kusutnya. Serena tak langsung mandi karena ia sadar saat ini dirinya tak berada di kamar miliknya.
Perlahan kaki jenjang itu melangkah meninggalkan kamar dan mendapati Ravin tengah tertidur pulas di atas sofa. Serena tak ingat kapan ia pindah ke kamar, seingatnya ia tertidur di pelukan Ravin yang begitu nyaman. Perlahan Kaki itu membawa Serena ke hadapan sang kekasih, dengan senyum hangat gadis itu mengusap lembut rambut Ravin.
"Pagi," Ravin terbangun dari tidurnya, laki-laki itu langsung memegang tangan Serena yang masih berada di kepalanya.
"Pagi, maaf aku ganggu tidur kamu," ada rasa bersalah yang Serena rasakan ketika melihat Ravin terbangun.
Laki-laki itu menggelengkan kepala dengan senyum yang tak pernah luput dari wajahnya, "engga, aku bangun bukan karena kamu,"
~~□■□~~
"Babe, sejak kapan kamu berpaling dari si Zaki?" Ravin mengeluarkan tanya yang semalam menghantuinya.
Serena melirik kekasihnya sebelum netra itu kembali memandang pantai di sore hari, "sejak pertama kali aku nyobain masakan kamu,"
"Maksud kamu pas di vila itu?"
Anggukan menjawab tanya Ravin sebelum gadis itu berdiri dari duduknya dan mendekati pantai yang seolah melambai ingin ia sentuh.
"Kamu tau? Awalnya aku kurang nyaman sama kehadiran kamu, kamu datang gitu aja ke hidupku dan memporak-porandakan hari-hariku," senyum penuh arti terlihat dari wajah cantik itu, "dulu.. aku gak bisa percaya sama laki-laki gitu aja, ada satu kebencian yang gak bisa aku jelasin sampai detik ini. Memang ada beberapa yang aku percaya, salah satunya si Zaki, namun nyatanya dia juga menghancurkan kepercayaanku. Tapi tiba-tiba kamu hadir dan menghancurkan tembok yang aku buat itu, kamu masuk seenaknya dan menerobos semua batasan yang aku buat."
Serena masuk ke pantai diikuti Ravin, entah kenapa saat ini laki-laki itu sangat penasaran dengan sudut pandang sang kekasih tentang dirinya, "jadi... sekarang kamu udah merubah cara pandang kamu?"
"Belum sepenuhnya, tapi sedikit demi sedikit aku mulai bisa menerima mereka," deburan ombak menyapa kaki telanjang Serena, membuatnya memejamkan mata seperti menerima sambutan pantai di sore itu.
Ravin tersenyum penuh arti menatap punggung Serena, ternyata usahanya selama ini membuahkan hasil. Kini ia tak perlu berusaha lebih kuat lagi. Perlahan tangan besar itu melingkar di pinggang sang gadis membuat yang di peluk sedikit terhenyak.
"Makasih," suara berat itu langsung masuk ke telingan Serena membuat si gadis sedikit merinding.
"Makasih karena kamu mau percaya sama aku," Ravin membalikan tubuh Serena, perlahan wajah itu mendekat dan mengecup bibir Serena sekilas.
Serena menerima perlakuan yang Ravin berikan, ia bahkan meminta lebih ketika bibir tipis itu menjauh dari wajahnya. Entah apa yang merasuki tubuh itu sampai berani menarik tubuh Ravin dan melahap bibir laki-laki itu.
Dalam diam Ravin menyeringai melihat perubahan kekasihnya, tentu ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, dengan enteng ia memangku Serena dan memperdalam ciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi
Teen Fiction(Belum diresvisi yaa^_^) harap maklum kalo ada typo atau penempatan tanda baca yang kurang tepat:) "Ser, aku mau kita udahan," "Kakak kamu hamil anak aku, Ser," "Maaf." Serena mematung mendengar itu, ia tak menyangka Natayla tega menikamnya dari be...