Seorang wanita dengan surai hitam itu tertawa begitu riang, orang asingpun akan tahu sebahagia apa wanita itu hanya dengan melihat sorot matanya yang berbinar memencarkan kilauan yang begitu indah.
Ravin tersenyum melihat kekasihnya yang bisa tertawa bahagia hanya karna sebuah balon berwarna biru malam. Ia tak mengerti dengan pola pikir kekasihnya itu, dia akan bereaksi biasa saja saat Ravin membelikannya barang berharga seperti tas dari merek ternama atau ponsel keluaran terbaru yang sangat diminati oleh banyak orang, tapi ia akan tersenyum tulus bahkan tertawa riang saat Ravin membelikannya balon berwarna biru malam seperti saat ini, wanita itu tak melepaskan pandangannya dari balon tersebut.
Ahh.. lihat senyuman indahnya itu, ia tak pernah melihat seorang wanita tersenyum begitu indah seperti ini sebelumnya. Tuhan.. ia benar-benar bersyukur telah bertemu dengan seorang wanita sederhana seperti Mahira, entah takdir apa yang sudah ia tukar dengan hadirnya Mahira dalam hidupannya, yang jelas ia tak akan menyesali pilihannya.
"Ravin, jangan bengong dong, kamu beli balon itu buat aku atau buat sendiri?" ada nada kesal yang keluar dari mulut kecil itu membuat Ravin tersenyum sipul melihat tingkah kekasihnya yang imut.
"Kamu mau balon ini?" tanya yang sudah pasti jawabannya Ravin lontarkan membuat Mahira mengerucutkan bibirnya kedepan.
"Kamu mau apa?" Mahira tahu betul jika Ravin sudah membawakannya balon berwarna biru malam, maka ada sesuatu yang laki-laki itu inginkan.
Mendengar pertanyaan dari Mahira sukses membuat bibir laki-laki itu terangkat, ah.. kekasihnya ini selalu berhasil membuatnya bahagia.
"Temenin aku kepertemuan keluarga ya." Ravin mengutarakan keinginannya, ia tak ingin menjadi objek cemoohan seluruh anggota keluarganya, maka dengan tekad yang bulat ia memutuskan mengajak Mahira untuk ikut dengannya.
"Gak ah, takut. Apalagi liat tante kamu itu yang aura intimidasinya melebihi papa kamu. Hihh merinding.." tolak Mahira sambil bergidik saat membayangkan tatapan Karin yang notabenya adalah tante dari Ravin.
"Yaudah gak bakal aku kasih balonnya," ucap Ravin, berusaha mengancam kekasihnya.
"Daripada harus ketemu sama tante Karin mending aku gak dapet balon itu." lagi dan lagi sebuah tolakan Ravin terima membuat laki-laki harus memutar otak supaya kekasihnya mau ikut dengannya.
"Ouhh.. jadi kamu mau tega nih sama aku?" diluar dugaannya, Mahira menganggukan kepala membuat Ravin menghela nafas berat. "Kamu yakin gak mau ikut? Kalo kamu gak ikut udah dipastikan aku bakal putusin kamu."
Perkataan Ravin berhasil membuat Mahira membelalakan matanya, "kenapa mutusin aku?!" ada nada kesal dari kalimat itu, Mahira menatap Ravin yang memasang wajah sendu.
"Pertemuan kali ini bakal ada calon yang dikenalin sama oma, aku kan udah punya kamu, jadi aku ingin kamu ikut dalam pertemuan keluarga ini karna aku mau ngenalin kamu sebagai calon istri aku." laki-laki berusia dua puluh dua tahun itu menatap sendu kekasihnya, "tapi kalo kamu gak mau ikut~"
"Gak! Aku bakal ikut! Selama aku masih hidup, aku gak bakal ngebiarin kamu nikah sama siapapun, kecuali sama aku!" ujar Mahira begitu yakin, persetan dengan Karin yang selalu menatapnya penuh intimidasi, ia tak ingin kehilangan Ravin yang sudah menjadi kekasihnya selama tiga tahun itu.
Keputusan Mahira berhasil membuat bibir itu terangkat, Ravin tersenyum puas kala mendengar Mahira mau ikut kepertemuan keluarga besarnya.
~~◇□♡~~
"Gak perlu cemas, kamu cukup perlihatkan senyum paling indah dan menjawab tanya yang terlontar dari mulut mereka, oke." Ravin menyadarkan Mahira dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi
Teen Fiction(Belum diresvisi yaa^_^) harap maklum kalo ada typo atau penempatan tanda baca yang kurang tepat:) "Ser, aku mau kita udahan," "Kakak kamu hamil anak aku, Ser," "Maaf." Serena mematung mendengar itu, ia tak menyangka Natayla tega menikamnya dari be...