merasa berguna

548 28 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat empat puluh menit malam, keheningan apartemen itu terpecahkan saat ada orang yang membuka pintu memperlihatkan wajah Serena dan Vivy yang terlihat lelah.

Rialdi menyambut kedatangan dua perempuan itu dengan rokok dimulutnya, alhasil ia mendapat tatapan tajam dari Serena maupun Vivy.

"Bang!! Berapa kali gue bilang, jangan ngerokok diruangan!" teriakan Serena berhasil memekakan telinga siapa saja yang mendengar. Rialdi menyipitkan matanya mendengar suara yang begitu menggelegar didepannya, ahh sial gendang telingnya berdengung mendengar suara Serena. Sementara Ravin langsung mematikan rokok yang baru ia nyalakan dan menyimpannya disofa, tepat dibalik bokongnya.

"Gimana kenalan sama tetangganya? Lancar?" tanya Ravin saat Serena dan Vivy berjalan kearahnya disusul Rialdi yang memegang telinga dengan bibir maju beberapa senti kedepan.

"Ya gitu, ada yang ramah ada yang jutek. Masa kita baru ngenalin diri dia cuman senyum dikit terus ngambil cupcake yang kita kasih terus nutup pintu gitu aja." Serena mengutarakan kekesalannya pada Ravin, ia ingin mencaci tetangga itu, namun Vivy mencubit pinggangnya membuat niat itu ia urungkan.

"Ya lo juga salah, masa orang baru buka pintu langsung ditodong sama cupcake, kan dia juga bingung!" Vivy menoyor kepala Serena membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Haha pasti pemilik pintu dua sembilan lima, kan?" tawa Ravin terdengar membuat ketiga orang itu menatapnya bersamaan, "dia penghuni gak tetap disini, dia baru datang lagi kesini setelah dua tahun apartemen itu kosong dan orangnya juga sedikit cuek tapi dia baik, kok. Dua atau tiga hari kedepan gue yakin dia bakal ngetuk apartemen ini sambil bawa makanan," ada jeda dari laki-laki itu namun tak lama kemudian Ravin kembali membuka mulutnya.

"Awalnya gue juga punya pikiran kaya lo, cuman pas dia ngetuk pintu sambil bawa onion soup pikiran miring tentangnya hilang gitu aja."

~~>_<~~

Tak terasa hari sabtu sudah datang membuat Serena maupun Vivy sudah rapi dijam delapan pagi, kegiatan rutin mengunjungi perpustakaan kota adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh keduanya.

"Buku kemaren udah lo baca semua?" Vivy menanyakan satu pertanyaan yang membuat Serena berhenti mengunyah.

"Udah dong. Bener kata mbak Saru ceritanya menarik, gue jadi jatuh cinta sama si Juan.." mata Serena berbinar saat menyebutkan nama tokoh dari buku itu, ia tersenyum saat mengingat satu kalimat yang berhasil membuat hatinya melayang.

"Andai si Zaki sesetia dan seromantis si Juan, mungkin saat ini gue lagi klepek-klepek karna kata-kata manisnya."

"Gue ingetin lo lagi kalo cowok yang lo sebutin tadi udah khianatin lo. Gak kebayang gue kalo si Zaki sepuitis si Juan, mungkin sekarang lo lebih hancur dari ini!" ucapan Vivy berhasil menarik kesadaran Serena sepenuhnya. Ahh ia kembali pada kenyataan pahit ini. Dia sadar jika Zaki sudah menusuknya dari belakang ia juga mengingat bagaimana laki-laki itu menghancurkan dirinya dengan begitu kejam.

"Udah, gak usah sedih-sedihan, yuk berangkat sekarang." seketika Vivy menyadarkannya kembali membuat Serena menatap sahabatnya itu dan mengaggukan kepala.

Baru saja keduanya berniat meninggalkan apartemen, ketukan pintu membuat mereka saling melemparkan pandangan dan mau tak mau Serena harus berjalan kearah pintu untuk membukanya.

Pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita dewasa dengan dress diatas lutut berwarna putih dengan bercak navy tersenyum hangat padanya. Seketika otak Serena melayang pada sosok wanita yang hanya menyungingkan senyum dan menutup pintu begitu saja.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang