Pertemuan yang tak di inginkan

395 10 1
                                    

Serena terdiam di tengah lorong stasiun, kepalanya menoleh ke berbagai arah untuk mencari teman-temannya. Ah.. kenapa di saat seperti ini ia harus tergoda pada aroma roti boy, sih? Lihat, sekarang ia terpisah dari rombongan.

Serena meruntuki kebodohannya dengan mulut yang tak pernah berhenti memakan roti boy yang masih hangat, seulas senyum terlihat dari wajah itu, tak sia-sia ia terpisah dari rombongan untuk membelinya, namun di detik selanjutnya raut wajah itu kembali murung.

"Seren?" suara berat seorang laki-laki berhasil menghentikan kegiatan Serena.

Tubuh itu seketika membeku, tidak! Semoga telinga Serena salah dengar, ia tak ingin prasangkanya benar!

Serena tak ingin melihat siapa yang memanggilnya, namun tubuhnya berkata lain. Secara perlahan tubuh itu berbalik membuat netranya menangkap sosok yang tak ingin ia lihat.

Zaki tersenyum melihat Serena yang berputar seperti anak kecil, ah.. salahkah jika ia sedikit merindukan bekas kekasihnya itu? Kaki Zaki melangkah mendekati Serena membuat gadis itu harus mundur karena ingin menjaga jarak. "Kenapa mundur?"

Serena tak menggubris tanya Zaki, ia hanya diam dengan mata yang tak pernah berhenti mencari sosok Ravin. Rasa nyaman yang dahulu ia rasakan saat berhadapan dengan Zaki telah hilang, entah sejak kapan Ravin berhasil menggeser posisi itu.

Zaki menatap adiknya iparnya dengan wajah sendu, rasa sesak kini memenuhi relung hatinya. Kenapa ia merasa tak rela ketika Serena mencoba menghindarinya? Padahal sebelum menyapa ia sudah memantapkan hati jika hal seperti ini akan terjadi.

"Lagi ngapain di stasiun sendiran? Si Vivy mana?" tak ingin terlalu berlarut pada situasi canggung, Zaki kembali melontarkan pertanyaan.

Masih tak ada jawaban membuat laki-laki itu menghembuskan nafas menyerah, sudahlah, ia tak akan bisa mengembalikan kepercayaan Serena. Ia menyerah, ia tak akan bertanya apapun jika saja bibir Serena tak belepotan oleh remahan roti.

Zaki memberi kode pada gadis itu untuk melap bibirnya, namun memang pada dasarnya Serena sudah tak peduli pada laki-laki itu, ia mengabaikan kode yang di berikan.

Rasa gemas bercampur kesal seketika memenuhi diri Zaki, beginikah rasanya di abaikan oleh gadis yang dulu pernah mengisi harinya? Kenapa sangat menyebalkan? Tanpa berpikir dua kali laki-laki itu melayangkan tangannya ke bibir Serena, namun tindakannya terhenti ketika ada satu tangan yang menahan dan menghempaskan niat baiknya.

"Jangan sentuh dia!" suara itu terdengar penuh ancaman membuat Zaki menaikan satu sudut bibirnya.

"Siapa lo?"

Ravin tak menjawab Zaki, yang ia lakukan adalah berbalik dan membersihkan remahan roti yang ada di bibir kekasihnya. Perlakuan Ravin berhasil membuat Zaki kesal, demi apapun kenapa laki-laki itu lancang sekali menyentuh gadis yang begitu ia jaga?

Ravin berniat membawa Serena pergi dari sana, namun sepertinya Zaki tak akan membiarkannya begitu saja terlihat dari bagaimana laki-laki itu menahan satu tangan Serena agar mereka tak pergi.

Tangan Ravin melepaskan cekalan pada tangan kekasihnya, dengan senyum miring laki-laki itu menatap Zaki penuh perhitungan, "bro, lo udah buang dia dan selama ini juga si Serena berusaha keras buat lupain lo, jadi gue harap lo gak pernah datang lagi dan menghancurkan usaha dia,"

Zaki mengerutkan kening tak mengerti, siapa laki-laki ini? Kenapa dia berlagak seolah mengetahui kehidupan Serena? Netra itu beralih menatap si gadis yang bersembunyi di balik punggung Ravin.

Alis itu kini menukik sempurna melihat Serena yang menyandarkan kepalanya di punggung Ravin seolah menerima perlindungan laki-laki itu, dengan cepat netra Zaki menatap Ravin yang menyeringai seolah berkata jika Serena sudah menjadi miliknya.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang