rasa curiga

1.4K 45 2
                                    

Matahari sudah terbit menyinari kost Vivy yang sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan disana, Serena berada dikamar mandi sementara Vivy sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Ini hari sabtu, jadwal kedua sahabat itu pergi keperpustakaan kota, aneh memang tapi itu merupakan kegiatan wajib mereka di hari sabtu.

"Ren udah belum?" teriak Vivy dari dapur,
"Udah, bawel!" Serena keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililit di kepala.

Keduanya berjalan kearah meja, disana sudah ada dua piring yang berisikan dua roti dengan toping telur mata sapi dan tomat di padu dengan alpukat yang dipotong memanjang dan dikasih taburan sedikit nori membuat sarapan pagi itu terlihat menarik.
"Hari ini gue bikin avocado egg toast, monggo dinikmati," ujar Vivy sambil duduk di sebrang Serena. Serena yang pagi itu hatinya sedikit lebih baik dari kemarin lantas tersenyum sebelum meneguk jus strawberi yang tersaji didepannya.
"Bisa dijelaskan ini terbuat dari apa saja?" ujarnya seolah dia adalah juri.
"Eumm.. seperti yang anda lihat, disini ada dua roti gandum yang saya kasih sedikit mentega saat di panggang, lalu ada telur mata sapi yang saya kasih sejumput garam, dipadu dengan tomat dan alpukat yang saya potong memanjang."

Lantas Serena memakan sedikit roti itu dan mengunyahnya dengan perlahan, seolah dia mencari kesalahan yang Vivy buat.
"Eumm.. ini rotinya terlalu matang dipadu dengan telur setengah matang, menurut saya itu bukan perpaduan yang sempurna ditambah ini apa ini? Kamu kan tahu saya gak suka sayur!" tegurnya sambil memperlihatkan daun sawi yang berada di belakang roti.

Vivy yang mendengar itu lantas melirik tajam kearah Serena, "kalo lo gak suka buang aja, lagian itu cuman buat hiasan doang!" keduanya saling tatap lalu suara tawa terdengar dari kedua sahabat itu, Vivy tak merasa tersinggung dengan komentar Serena, ia tahu jika itu hanya guyonan, dan Serena pun tak merasa sakit hati karna dibentak Vivy, mereka sudah tahu sifat masing-masing dan tak pernah dimasukan ke dalam hati.

"Udah ahh buruan sarapannya, lo belum dandan gue juga belom mandi." Vivy langsung mengakhiri candaannya dengan Serena karna ia tahu jika dirinya belum mandi. Akhirnya kedua sahabat itu melakukan sarapannya dengan tenang, tak ada yang berbicara sampai roti itu habis.

~~●○●~~

Kali ini Serena yang nyetir, sementara Vivy hanya duduk manis dibelakang Serena. Vivy tahu resiko yang akan diterima saat ia mengijinkan Serena mengendarai motornya.
"Jangan ngebut!" peringat Vivy saat Serena mulai menaikan kecepatannya membuat yang ditegur kembali melajukan motor dengan kecepatan sedang.

Motor sudah memasuki halaman perpustakaan, disana tak terlalu padat membuat Serena tak begitu kesulitan saat memarkirkan motornya.

Saat mereka memasuki bangunan besar itu, mereka disuguhi oleh berbagai macam buku yang berjajar dari ujung ke ujung seolah melambai untuk segera diambil. Sebelum mencari buku yang cocok, kedua sahabat itu pergi ke arah lobi perpustakaan untuk mengembalikan buku minggu kemarin yang mereka pinjam.

"Mba, mau ngembaliin buku minggu kemarin," ujar Serena pada seorang pustakawan yang sedang bertugas.
"Hai Serena, tumben jam segini baru dateng?" sapa pustakawan itu.
"Hehe iya, mba, telat dikit."
Pustakawan itu tersenyum dan mengambil buku yang Serena simpan di meja lalu mengecek buku tersebut sebelum tersenyum dan kembali membuka mulut.
"Bagus, seperti biasa gak ada lecet. Kalo mau minjem lagi aku rekomendasiin di lantai tiga barisan ke empat, disana banyak buku baru." ujarnya sambil mengedipkan satu matanya.

Mata Serena langsung berbinar mendengar itu, tanpa menunggu Vivy ia langsung pergi ke lantai tiga.

Benar saja, disana terdapat banyak buku baru yang sebagian besar masih tersegel, Serena tersenyum senang, lantas tangannya mengambil sebuah buku kecil dengan sampul berwarna navy dan judul yang tertulis besar, disana tak ada ilustrasi ataupun sinopsis  membuat Serena sedikit mengerutkan keningnya karna menurutnya jarang ada penulis yang tak mencantumkan sinopsis cerita mereka. Karna rasa penasarannya, ia langsung menyandarkan tubuhnya di rak buku dan membuka halaman pertama buku kecil itu. Ceritanya ringan dan cukup menghanyutkan Serena, sampai akhirnya ada satu suara yang membuatnya kembali pada kehidupan nyata.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang