Serena menilik cangkang kerang kosong yang Ravin berikan beberapa hari lalu, ia ingin bertanya pada laki-laki itu apa keuntungan yang ia dapat dengan menerima sampah laut itu? namun sialnya otaknya selalu mendadak kosong saat dirinya bertemu dengan Ravin.
Jika boleh jujur Serena masih asing dengan hubungannya sekarang, disatu sisi ia sudah menerima Ravin, namun disisi lain hatinya masih terpaku pada Zaki. Ah... entahlah, ia tak ingin mengambil pusing hubungannya sekarang, yang jelas ia ingin terbebas dari rasa sakit yang selalu menghantuinya.
Entah apa yang Serena pikirkan sampai kaki jenjangnya mengantarkan sampai depan pintu apartemen Ravin, dengan sekali hembusan nafas Serena mengetuk pintu yang tertutup rapat itu beberapa kali.
Tak butuh waktu lama untuk Ravin membuka pintu apartemen dan melihat gadis yang ia cintai masih memakai seragam sekolahnya. Ravin tersenyum melihat gadis itu sebelum mempersilakannya masuk kedalam apartemennya.
Kaki Serena memasuki ruangan dingin dengan aroma manis memenuhi ruangan, indra penciumannya tak bisa menghindari aroma yang begitu menggoda sampai kaki jenjangnya bergerak sendiri kearah dapur dan mendapati meja makan yang dipenuhi oleh berbagai dessert yang siap memanjakan lidah Serena.
"Jangan dulu dimakan!" suara Ravin berhasil membuat tangan Serena yang sudah mengambil satu waffle berhenti diudara, Serena menatap Ravin dengan tatapan seolah bertanya kenapa dirinya tak boleh memakannya?
Ravin mendekati Serena lalu mengambil waffle yang sudah berada didepan mulut gadis itu sebelum menjawab tanya yang tak dilayangkan Serena.
"Ini belum siap dimakan, masih polos. Kalo mau makan coba yang ini." Ravin mengambil satu egg tart lalu menyuapkan pada mulut Serena.
Gigi Serena mengunyah sesuatu yang baru untuknya, ia belum pernah memakan egg tart karna pada dasarnya gadis itu cukup pemilih dalam makanan. Matanya membulat saat menikmati rasa baru yang cocok untuk lidahnya.
"Enak, kan?" Ravin menanti jawaban dari Serena, terlihat dari raut wajah gadis itu jika ia menyukai dessert buatannya.
Serena mengaggukan kepala beberapa kali untuk menjawab tanya Ravin. Tangannya mengambil egg tart lagi dan dimasukan kedalam mulut tanda jika ia menyukai makanan itu.
Ravin mertawa gemas melihat kelakuan Serena, ia memperhatikan setiap gerak yang gadis itu lakukan. "Pelan-pelan aja, kalo suka kamu boleh bawa pulang semua dessert ini."
Mendengar penuturan Ravin mata Serena membelalak, kepalanya mengagguk beberapa kali sebelum tangannya meraih dessert yang berada diatas meja. Ravin yang melihat itu sontak melotot melihat Serena yang membawa hampir semua hidangan yang ia buat.
"Nanti babe, nanti. Sekarang belum selesai dikasih toppingnya." Ravin menghentikan tangan Serena yang akan membawa chocolate caramel puding cake.
"Sekarang bantuin dulu aku ngasih topping, yuk." ajak Ravin mendapat anggukan antusias dari Serena.
Ravin memberikan intruksi pada gadis itu, ia meminta Serena memotongkan strawberi untuknya.
"Kenapa strawberi?" protes Serena saat mendengar Ravin menyuruhnya memotong strawberi.
"Kenapa?" Ravin balik bertanya saat Serena melayangkan pertanyaan.
"Kenapa stawberi? Kenapa gak anggur?"
"Kenapa harus anggur? Kenapa gak blueberry aja?" tangan Ravin berhenti mengocok wipping cream, ia menatap Serena yang menatapnya penuh penentangan.
"Aku cuman tanya kenapa harus strawberi, kamu tau kan kalo aku gak terlalu suka buah itu? Kamu gak mau kalo semua dessert ini aku bawa pulang?!" nada yang dipakai Serena cukup memancing emosi Ravin sehingga laki-laki itu beberapa kali mengatur nafasnya, agar tidak terpancing emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi
Teen Fiction(Belum diresvisi yaa^_^) harap maklum kalo ada typo atau penempatan tanda baca yang kurang tepat:) "Ser, aku mau kita udahan," "Kakak kamu hamil anak aku, Ser," "Maaf." Serena mematung mendengar itu, ia tak menyangka Natayla tega menikamnya dari be...