hal yang mengganggu

640 29 1
                                    

Serena meletakan kepalanya diatas meja, dia tak mendengarkan penjelasan dari guru yang saat ini sedang mengajar. Entah kenapa pikirannya berkelana kesuatu tempat yang entah dimana.

"Ren, bangun. Bu Kiran ngeliatin lo!" tegur Vivy yang khawatir sahabatnya mendapat semburan dari guru.

"Serena, angkat kepala kamu. Ini sekolah, kalo kamu mau tidur dirumah!" teriakan yang begitu nyaring memekakan telinga siapa saja yang mendengar. Serena meringgis saat telinganya dijewer oleh wanita berusia setengah abad itu.

"Bu, bu. Sakit. Au, au jangan ditarik terus, bu." Serena mengaduh saat telinganya terasa akan copot karna ditarik sekuat tenaga oleh bu Kiran.

Vivy yang melihatnya hanya bisa meringgis saat Serena memohon agar telinganya dilepaskan, "lain kali kalo ibu lagi jelasin pelajaran itu dengerin bukan malah tidur!" Bu Kiran memberi wejangan, "coba ulangi apa yang tadi ibu jelasin!"

Mendengar itu membuat Serena kelabakan karna ia tak mendengar sedikitpun apa yang dijelaskan, membuatnya hanya menyengir, memamerkan gigi rapinya membuat Bu Kiran kembali memelototi Serena karna kesal.

"Seren, selama tiga tahun belajar disekolah ini, kamu gak pernah hilang fokus kaya gini. Tolong, kamu murid kebanggaan ibu, jangan bikin ibu kecewa!" tegurnya lantas kembali kedepan kelas untuk menjelaskan materi yang belum selesai ia terangkan.

Bel istirahat sudah berbunyi membuat para siswa berhamburan keluar kelas guna menghilangkan rasa suntuk selama pelajaran berlangsung.

"Ren, hari ini lo beda dari biasanya. Ada apa? Kalo ada masalah cerita ke gue," Vivy memulai percakapan saat melihat Serena yang masih menelungkupkan kepalanya dimeja.

Serena yang mendengar itu secara perlahan mengangkat kepalanya, ia menatap sahabatnya yang melemparkan tatapan heran padanya. Ia tak pernah menyembunyikan apapun dari Vivy, sahabatnya itu tahu segala hal tentangnya jadi tanpa berpikir panjang Serena menceritakan apa yang menimpanya kemarin malam.

Vivy yang mendengar cerita itu semakin menautkan alisnya, ia tahu Serena tak akan berbohong, tapi ia sedikit tak mengerti jika memang hantu itu baik dan ingin menyelamatkan Serena. Kenapa memperingati hal sepenting itu harus dari bisikan? Kenapa tak menampakan wujudnya? Dan kenapa hanya setengah setengah?

"Aneh kan?" Serena bertanya saat melihat raut wajah Vivy yang kebingungan, "udah ahh daripada bingung mending kekantin, gue laper." tak ingin terlalu memikirkan hal yang tak masuk akal, Serena mengajak sahabatnya itu pergi ke kantin.

Vivy yang tersadar dari lamunannya tak bertanya banyak hal, ia hanya mengangguki usulan itu dan berdiri untuk mengikuti Serena yang sudah berjalan kearah pintu.

Dikantin sangat ricuh oleh para siswa yang memesan makanan, membuat Serena maupun Vivy harus sedikit berdesakan dengan mereka. Keduanya membagi tugas, Vivy mencari bangku yang masih kosong sementara Serena memesan makanan.

Setelah mengantri cukup lama akhirnya bagian Serena memesan makanan, dia berdampingan dengan seorang pemuda dengan perawakan yang lumayan berisi, mungkin tubuhnya lebih tinggi dari Ravin dan yang pasti Serena tahu jika pemuda itu anak baru, karna ia belum pernah melihat sosok itu sebelumnya.

Tanpa diduga-duga laki-laki itu melirik kearahnya sekilas, namun seperti tak peduli ia berjalan meninggalkannya saat pesanan sudah dia terima. Serena memperhatikan sosok itu dengan kepala sedikit miring, kedua alisnya mengerut seperti akan bertemu, dilihat sekilas saja ia tahu jika laki-laki itu sangat kelelahan,terlihat dari kantung mata yang membesar dan pandangan mata yang kosong sudah menggambarkan jika pemuda itu tak baik-baik saja.

Serena memesan beberapa menu dan memilih menunggu pesanannya dimeja. Lagi-lagi matanya menatap pemuda yang saat ini tak menyentuh makananya sedikitpun. Yang ia lakukan hanya menelungkupkan kepalanya dimeja dan membiarkan semangkuk soto itu mendingin didekat kepalanya. Suasana dikantin cukup ricuh namun rupanya hal itu tak membuat suasana hati pemuda itu berubah. Serena meringgis melihatnya, seburuk apa masalahnya sampai dia tak peduli dengan dunia yang saat ini sedang berjalan cukup cepat?

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang