"Serena, tolong dengarkan aku, hidupmu dalam bahaya! Menjauhlah dari laki-laki biadab itu sekarang juga!" suara seorang wanita terdengar di telinga Serena. Sudah berulang kali gadis itu mengabaikan, namun suara itu terus terdengar dan membuatnya terusik.
"Aku selalu berusaha menyelamatkanmu, tapi kenapa kamu terus saja mengabaikan suaraku?!" sosok itu timbul secara perlahan membuat alis Serena menukik, "tolong kali ini dengarkan permintaanku."
Wujud itu kini terlihat jelas menatap Serena dengan netra berwarna coklat, rambut wanita itu tergerai indah di punggung kecilnya lengkap dengan kulit berwarna sawo matang yang sangat memukau membuat Serena tertegun melihat wanita itu.
"Kamu terpukau melihat wujudku?" tanya wanita itu ketika melihat Serena terdiam memandangnya. Seulas senyum terlihat dari bibir wanita asing itu, namun seketika pemandangan yang Serena lihat berubah menjadi begitu mengerikan.
Wajah wanita itu hancur dengan bola mata yang sudah hilang, sebagian wajahnyapun sudah menghitam seolah ada orang yang membakarnya dan... ah sudahlah, ia tak bisa menjelaskan semengerikan apa sosok itu sekarang.
Senyuman masih terlihat dari sosok itu, namun kini bibirnya sudah robek sampai telinga, membuat bulu kuduk Serena berdiri tegak, "bagaimana penampilanku sekarang?" suara itu masih lembut namun kali ini terdengar mengerikan, "aku tak ingin kamu berakhir sama sepertiku, Serena. Aku tak ingin kamu menjadi korban selanjutnya, maka turuti ucapanku."
Serena terbangun dengan keringat membanjiri seluruh tubuhnya, sungguh mimpi yang sangat mengerikan! Dengan cepat tangan itu meraih gelas yang berada di atas nakas, Serena menenggak habis air putih itu dengan nafas yang tersengal.
Berbagai asumsi memenuhi kepala Serena, otaknya berhenti bekerja ketika mengingat suara wanita itu. Itu...suara yang sama dengan suara yang memperingatinya waktu ia pulang dari vila milik Ravin, dengan cepat otaknya langsung menyimpulkan jika laki-laki yang wanita itu sebutkan adalah kekasihnya. Tapi.. kenapa?
"Ren, lo kenapa?" suara Olivia membuyarkan pikiran Serena dari mimpi buruknya, ia melirik Olivia yang masih setengah sadar dan mengatakan jika dirinya hanya bermimpi buruk.
Ketukan di pintu membuat Serena meninggalkan kasur empuknya dan berjalan untuk membuka pintu. Ia tahu itu Ravin, karena laki-laki itu selalu mengetuk pintu, ia tak akan menekan bel karena alasan tersendiri.
Senyum cerah Ravin perlihatkan pada Serena yang masih berantakan, "tumben belum siap? Biasanya jam segini kamu udah pake seragam," tanya Ravin seraya mengacak rambut Serena.
"Kesiangan," senyum Serena mempersilakan Ravin memasuki apartemennya.
Serena pergi ke kamar mandi sementara Ravin memasuki dapur untuk menyiapkan sarapan, ia membuka kulkas untuk mempersiapkan semua bahan yang akan di gunakannya.
Di dalam kamar mandi Serena tak mandi, ia menatap pantulan dirinya di cermin. Berusaha menghilangkan sosok wanita yang hadir di mimpinya, "seren... please! Itu cuman mimpi, gak perlu di pikirin!" beberapa kali gadis itu menepuk pipinya guna menghilangkan sosok yang tak pernah keluar dari kepalanya.
~~^_^~~
"Ren, lo kenapa?" lagi, Olivia menyadari jika ada yang tak beres dari teman sekamarnya ini.
"Gue semalem mimpi buruk," ucapan Serena berhasil membuat Vivy dan Olivia langsung menatapnya tak percaya.
"Seburuk apa sih mimpi lo sampe bikin lo ngelamun gitu?" kali ini Vivy yang bertanya membuat Serena mengangkat kepalanya dari meja.
"Ya... gitu, Gue ketemu cewek cantik, cantik banget, dia nyuruh gue jauhi si Ravin. Gue gak tau dia siapa dan kenapa nyuruh gue buat jauhin pacar gue sendiri, tapi.. dia bilang kalo dia gak mau gue jadi korban selanjutnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi
Teen Fiction(Belum diresvisi yaa^_^) harap maklum kalo ada typo atau penempatan tanda baca yang kurang tepat:) "Ser, aku mau kita udahan," "Kakak kamu hamil anak aku, Ser," "Maaf." Serena mematung mendengar itu, ia tak menyangka Natayla tega menikamnya dari be...