sedikit akrab

876 34 0
                                    

Alarm sudah berbunyi dari lima menit yang lalu, namun Serena baru terbangun, jam berapa ini? Kenapa cahaya matahari tak mengusik tidur lelapnya? Ia berjalan kearah jendela dan menyibak gorden yang menghalangi sinar matahari. Ahh rupanya hari ini mendung, tak ada matahari, tak ada awan berwarna biru, yang terlihat hanya gumpalan awan berwarna abu-abu yang siap menumpahkan muatannya kapanpun.

Serena berbalik menatap kasurnya yang masih ada dua orang sedang bergelut dengan mimpinya, lantas gadis itu menghampiri kasurnya dan menyibak selimut yang digunakan Vivy.

"Vy, bangun.. udah hampir jam enam!" perintahnya, lantas berjalan kearah kamar mandi dan semedi disana selama sepuluh menit.

Vivy mengerjapkan matanya, mencoba fokus pada penglihatannya dan melirik gumpalan selimut yang masih membungkus tubuh seseorang.

"Ren, bangun. Udah jam enam." tak ada respon dari sosok itu membuat Vivy bingung karna Serena bukan orang yang susah dibangunkan, maka dengan kekuatan penuh ia menggoyangkan kembali tubuh itu, "Ren, bangun ishh! Udah siang ini!"

"Apa sih Vy?!" merasa ada yang memanggil, Serena keluar dari kamar madi dengan menggunakan handuk membuat Vivy mengerutkan keningnya. Jika Serena sudah mandi, maka siapa orang yang berada disampingnya? Dengan cepat Vivy segera melompat dari kasur dan bersembunyi dibalik tubuh Serena.

Serena memutar matanya dengan cepat ia menyibak selimut yang menggulung itu, terlihat Olivia yang masih bergelut dengan alam bawah sadar membuat Vivy keluar dari balik punggung Serena.

Vivy menepuk jidatnya, merasa bodoh karna ketakutannya tak mendasar. Ia lupa jika Olivia tidak pulang kerumahnya, terakhir ia melihat gadis itu kemarin malam entah apa yang terjadi tapi ia melihat Olivia seperti sudah menangis, namun lagi-lagi ingatannya terhapus karna ia tak kuat menahan kantuk akhirnya tertidur tanpa menanyakan kondisi gadis itu.

"Liv, Oliv, bangun. Udah jam eman, buruan mandi!" suaranya sedikit berteriak karna Olivia yang tak kunjung bangun.

"Lo duluan deh mandinya, si Oliv biar gue yang bangunin," usul Serena, ia berjalan kearah lemari dan melemparkan satu handuk berwarna hijau muda pada Vivy. Vivy menuruti ucapan Serena, ia berjalan kearah kamar mandi dan tak lama kemudian terdengar suara shower yang menyala.

Serena memakai baju sekolahnya lengkap dengan atribut dan make up anak sekolah. Setelah selesai dengan kegiatannya gadis itu menghampiri kasur yang masih menampung satu orang yang cukup sulit dibangunkan. Ia duduk di pinggir kasur lalu mengusap puncuk kepala Olivia yang masih mengorok, "Liv, lo mau sekolah gak?" alih-alih membangunkan, Serena malah bertanya pada orang yang masih berkelana didunia mimpi.

"Hmm... bentar lagi Cy." jawabnya sambil menggaruk leher putihnya.

Serena berdecak mendengar jawaban itu, ia memutar otak bagaimana caranya agar Olivia segera bangun? Ia tak begitu mengenal gadis itu, jadi dirinya tak tahu apa yang disukai Olivia. Sebentar, hal yang disukai Olivia? Tiba-tiba saja otaknya bekerja dengan baik, jika diilustrasikan akan ada lampu yang menyala diatas kepala Serena karna ia mempunyai ide untuk membuat Olivia segera bangun.

Serena mendekatkan bibirnya pada telingan Olivia lantas membisikan hal yang membuat kesadaran Olivia terkumpul detik itu juga, "Liv, bangun, si Lucas nungguin lo."

"Hah?! Mana? Mana si Lucas?" benarkan dugaannya, Olivia langsung terbangun dan celingukan mencari keberadaan Lucas namun laki-laki itu tak terlihat oleh penglihatannya. Serena tertawa cukup keras melihat kebodohan didepan matanya membuat Olivia tersadar jika dirinya tengah dibohongi, "bangsat lo! Gue kira beneran!" hardiknya memukul pangkal lengan Serena.

"Aduh!" rintihnya membuat Olivia menolehkan kepala padanya. Serena tak tahu jika tenaga Olivia besar, dirinya sedikit terdorong karna pukulan yang cukup keras mendarat dipangkal lengannya.

ObsesiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang