33. Paper Heart (Pt. 4)

267 31 5
                                    

.
.
.
.
.

Setiap kata yang tertulis menggambarkan isi hatinya.
Seluruh hatinya, bahkan sisi tergelapnya sekalipun.

🍂🍂🍂

--PAPER HEART--

Taeyeon merasakan pelukan erat gurunya mulai melonggar. Kini ia dapat melihat dengan jelas wajah pria yang baru saja mendeklarasikan dirinya sebagai sang penggemar rahasia. Orang yang selama ini selalu mengirimkan surat cinta padanya. Senyum dibibir Baekhyun tak pernah pudar. Sebaliknya, semakin dilihat hati kecilnya kian meleleh. Taeyeon merasakan kedua pipinya kian memerah karena atensi Baekhyun yang selalu terkunci pada dirinya seakan-akan dia adalah perempuan paling spesial di dalam hidupnya.

"Ssaem, kenapa Ssaem terus menatapku seperti itu?"

"Tidak, tidak. Hanya saja ..." Baekhyun tertawa rendah, "Kalau dilihat dari dekat, kau semakin cantik, sayang."

Pandangan Taeyeon menunduk, pipinya mengembung karena tak tahan dengan rayuan sang guru, baru beberapa saat yang lalu dia menerima perasaan sang guru, pria itu sudah memborbardir hatinya dengan berbagai macam pujian manis yang mampu membuat jantungnya berdegup kencang, "Ih, Ssaem."

"Kau berpikir aku sedang berbohong, hm?" Baekhyun mengecup gemas pipi pualam Taeyeon. Kecupan kecilnya sontak membuat gadis itu terjengit di tempatnya berdiri. Baekhyun meraih pinggang ramping gadis itu. Lagi-lagi, Baekhyun kembali melayangkan kecupan. Kali ini tepat di atas bibir Taeyeon yang begitu menggoda. Kecupan yang dalam dan lembut. Membuat gadis itu terpaku dan hanyut dengan alur yang pria itu berikan.

Baekhyun tahu kalau Taeyeon bukanlah gadis yang akrab dengan yang namanya sentuhan fisik apalagi sentuhan fisik dari yang namanya lawan jenis. Dia adalah gadis pemalu yang selalu bersembunyi dari berbagai sorotan kamera, "Kenapa terkejut? Apa selama ini belum pernah ada pria yang menciummu?"

"Be ... Belum. Hanya Appa yang pernah mencium pipiku dan itu waktu aku masih kecil, Ssaem." mata gadis itu melirik ke bawah, tak berani menatap iris mata pria dewasa itu. Karena Taeyeon yakin, sekali ia mengangkat wajahnya maka ia tak mampu lagi mengontrol raut wajahnya yang sudah merah padam.

"So, i'm your first kiss?"

"Yes, you are."

"What an honour." Hati Baekhyun bersorak girang karena dia adalah pria pertama yang mengenalkan Taeyeon apa yang namanya love language. Ini jauh lebih baik daripada yang ia perkirakan.

Dia berusaha mencari tahu semua tentang Taeyeon. Dia sadar gadisnya sangat haus akan kasih sayang. Ditinggal oleh ayah dan ibu diusia muda memang membuat siapapun terluka. Baekhyun mengusap pipi si gadis belia, mengisyaratkan gadis itu untuk mengangkat wajahnya, "Aku berjanji mulai sekarang, aku akan selalu menjagamu."

"Menjagaku?"

Baekhyun mengangguk, kini dengan alis mengayun, "Bukankah sudah menjadi tugasku sebagai seorang pria untuk menjaga calon istrinya?" pria itu tertawa saat gadis itu memukul-mukul dadanya. Dia tahu kalau Taeyeon tengah salah tingkah. Baekhyun membawa gadis itu ke meja makan, dia menarik kursi dan duduk disana. Sementara Taeyeon hanya diam menatap setiap gerak-garik Baekhyun dengan kening yang sedikit mengerut-bingung.

Yang lebih dewasa menepuk-nepuk pahanya, dengan suara serak ia berucap, "Sit on my lap, baby."

Taeyeon awalnya ragu, tapi melihat bagaimana air muka pria itu yang datar dan sorot matanya yang tajam nan menuntut. Gadis itu memilih untuk menuruti titahnya. Duduk di pangkuan Baekhyun yang begitu tampak mendambakan dirinya.

"Good girl." Baekhyun mengecup pelipis Taeyeon, tangan kanannya menyapu halus lengan telanjang si gadis. Sementara tangan kirinya tengah asyik bergerilya di paha Taeyeon, "Demi Tuhan, aku sudah tak sabar untuk segera menikahimu, Taeyeon. Ah! Bagaimana kalau besok setelah pulang sekolah, kita pergi ke gereja di tepi kota dan menikah disana?"

Mata Taeyeon membelalak tak percaya mendengar bagaimana Baekhyun yang begitu blak-blakan, "Bukankah ini terlalu cepat, Ssaem? Kita ... Kita baru resmi pacaran 10 menit yang lalu!" Taeyeon mendengus kesal.

"Dan aku sudah menyukaimu sejak pertama kali aku melihatmu, sayang." Baekhyun menekan ujung hidung Taeyeon, gemas melihat gadisnya yang tengah merajuk, "Aah! Kau menggemaskan sekali."

"Ssaem mesum!!"

Puk! Puk! Puk!

Baekhyun hanya bisa pasrah saat Taeyeon kembali melampiaskan rasa kesalnya dengan melayangkan pukulan pada dada bidangnya. Tak tahan dengan bagaimana tingkah Taeyeon yang menggemaskan seperti kucing. Baekhyun meremas pinggang Taeyeon sembari mengecup setiap inci wajah Taeyeon-dari dahi hingga sudut bibirnya. Dan berakhir dengan lumatan penuh cinta. Detik berikutnya decapan bibir terdengar. Ciuman itu akhirnya terputus. Menyisakan Taeyeon yang tampak sesak-menghirup oksigen sebanyak yang ia bisa-dan Baekhyun yang begitu posesif ingin segera memiliki Taeyeon seutuhnya.

"Taeyeon."

"Iya, Ssaem?"

"Aku rasa hujannya sudah reda." Baekhyun mengelus helaian rambut Taeyeon yang terurai, menyisipkan mahkota sang gadis pada daun telinganya, "Mau pulang sekarang?"

Taeyeon teringat neneknya yang pasti sangat mengkhawatirkan dirinya, sendirian di rumah dengan perasaan tak menentu. Tak ingin membuat neneknya semakin khawatir, ia lantas mengangguk dan berbisik lirih, "Mau, Ssaem. Aku takut Halmeoni kenapa-napa."

--PAPER HEART--

Suasana malam yang terasa sunyi. Taeyeon dapat melihat daun yang basah dan genangan air di sepanjang jalanan beraspal, "Di depan ada perempatan, belok ke kanan, Ssaem."

"Okay." Baekhyun memutar stirnya ke kanan, sesuai dengan arahan Taeyeon. Jalannya kali ini lebih sempit, Baekhyun juga mulai sadar kalau ia masuk ke daerah yang belum banyak tersentuh dengan modernisasi. Masih ada toko-toko kecil, pasar tradisional dan rumah penduduk.

"Disini, Ssaem. Berhenti disini."

Baekhyun menginjak rem, "Disini?"

"Iya!" Taeyeon mengangguk, ia bisa bernafas lega setelah melihat rumahnya tercinta, "Terimakasih sudah mengantarkanku, Ssaem."

"No, problem." Baekhyun mengangguk, matanya menyisir setiap jengkal tanah yang rumah itu pijaki, "Jadi, kau tinggal disini?"

"Iya, Ssaem." Taeyeon menunduk, jarinya bertautan, ia merasa sungkan saat Baekhyun melihat bagaimana keadaan rumahnya yang bertolak belakang dari rumah sang guru. Rumah yang kecil dan sebagian besar masih terbuat dari kayu. Selain sahabat dekatnya yang sudah ia percaya, tidak ada orang yang tahu dimana dan seperti apa rumahnya.

"Kenapa murung seperti itu, hm?" Baekhyun mengambil jari-jemari halus Taeyeon, mengarahkannya pada bibirnya, mengecupnya dengan penuh cinta.

"Aku ... Hanya ..." Taeyeon menggigit bibirnya, rasanya malu untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan.

"Haaah ... Taeyeon, dengarkan aku, ya?" helaan nafas berat menyadarkan Taeyeon, gadis itu mengangkat wajahnya, "Aku ini pria normal. Aku ingin menikahi orangnya bukan rumahnya."

.
.
.
.
.

END

a.n :

Waaa sudah lama tidak update work yang ini :)) #plak Kalau suka jangan lupa berikan dukungan berupa vote, komentar ataupun follow!!

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang