33. Paper Heart (Pt. 3)

366 42 24
                                    

.
.
.
.
.

Setiap kata yang tertulis menggambarkan isi hatinya.
Seluruh hatinya, bahkan sisi tergelapnya sekalipun.

🍂🍂🍂

--PAPER HEART--

Mata monolid sang pria menatap lurus ke objek yang sudah beberapa jam ini menyedot seluruh perhatiannya. Dengan tangan terlipat, berdiri tegap dengan sedikit menyenderkan dirinya di tepi meja makan. Dia memperhatikan punggung mungil seorang gadis yang tengah asyik mencuci tumpukan piring kotor dan peralatan masak.

"Kamu rajin sekali, Taeyeon. Halmeoni pasti bangga memiliki cucu yang rajin sepertimu." Baekhyun dapat melihat bahu Taeyeon tampak menegang saat kata-kata itu keluar dari bibirnya.

"Ssaem terlalu berlebihan. Aku ... Aku cuma mencuci piring saja, Ssaem." Baekhyun tersenyum tipis mendengar nada bicara Taeyeon yang tampak tak nyaman dan merendahkan dirinya sendiri.

"Jangan merasa rendah diri seperti itu. Aku perhatikan zaman sekarang, lebih banyak perempuan yang tahu masalah sosial media dibandingkan membersihkan rumahnya sendiri. Karena itulah aku memujimu." Baekhyun sekuat tenaga menahan gelak tawanya, "Jika kau terus mempertahankan kebiasaan baikmu itu, kau akan menjadi istri yang baik."

Pria itu menunggu bagaimana reaksi si gadis dengan sabar. Bagaimana tanggapan Taeyeon setelahnya. Tapi, yang ia dapatkan malah suara-suara percikan air di tempat cuci piring. Keheningan yang cukup membuatnya merasa sepi. Gadis itu tak memberi balasan lebih padanya.

"Loh, kenapa cuma diam, hm?"

"Eng ... Enggak, Ssaem. Taeyeon cuma ... Uhm, cuma bingung mau jawab apa. Hehehe." gadis itu tertawa canggung. Tak lama dia mematikan kran air dan mengelap tangannya dengan serbet kering yang tergantung tepat di hadapannya.

"Taeyeon."

"Iya, Ssaem?"

"Itu ... Maaf, sebelumnya. Tadi aku sedang membereskan barang-barangmu yang berserakan." lebih tepatnya diam-diam mengecek apa saja yang ada di dalam sana, "Aku tidak sengaja melihat map yang isinya surat-surat aneh. Kalau boleh tahu, itu surat dari siapa?"

Taeyeon sontak berbalik, "O ... Oh, map itu ya. Itu cuma surat-surat biasa kok, Ssaem."

"Surat biasa atau surat kaleng dari penggemar gelap?"

"Ssaem ... Itu ..." Taeyeon tak bisa berkata apa-apa lagi. Kata-kata sang guru sudah memukul telak semua argumen yang ingin Taeyeon jadikan alibi.

"Maaf, Taeyeon ... Aku bukan bermaksud untuk ikut campur urusan pribadimu. Sebagai gurumu, aku merasa bertanggung jawab atas murid-muridku. Aku hanya ... Sedikit khawatir." Baekhyun mendekat, ia mengusap puncak kepala Taeyeon dan menatap teduh manik madu milik sang gadis, "Aku cuma takut jika semakin lama dibiarkan, orang ini akan bertindak nekad atau bahkan lebih dari sekedar mengirimkan surat. Aku takut terjadi apa-apa padamu. Aku adalah gurumu dan kau adalah tanggung jawabku, Kim Taeyeon"

"Tidak ... Tidak perlu, Ssaem. Taeyeon tidak apa-apa. Lagipula selama ini orang tidak pernah menyakitiku, Ssaem."

"Kamu yakin tidak ingin melaporkannya ke polisi?" sebuah gelengan penuh keyakinan Taeyeon berikan padanya, "Kau memang gadis yang baik."

"Ssaem." Taeyeon mengangkat wajahnya, mendapati bibir sang guru yang kian terangkat, tersenyum lebar padanya.

"Kau tahu siapa pengirim surat itu?" Taeyeon menggeleng pelan, ia menunduk, tak kuat untuk mempertahankan kontak mata pada sang guru yang menatapnya dengan intens.

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang