24. Wolf

446 49 35
                                    

.
.
.
.
.

Maukah kau menjadi temanku?
Teman?
Baiklah, aku mau menjadi temanmu!

🍂🍂🍂

--WOLF--

Bunyi gemericik air yang turun dari langit begitu terasa. Membasahi tiap jengkal tanah di sebuah pedesaan yang berlokasi di area kaki gunung. Sebuah desa kecil dengan kehidupan yang cukup memprihatinkan. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh penduduk desa selain menghidupi diri mereka sendiri dengan bercocok tanam ataupun berburu hewan di belantara hutan. Bahkan, sebagian yang lain memutuskan untuk pindah dan merantau di daerah lain untuk kehidupan yang lebih baik.

Tap! Tap! Tap!

"Ayo, kejar aku, Yoona!"

"Ahahahah! Awas kau Taeyeon!"

Tanah becek dan cuaca yang kurang bersahabat tak menyurutkan langkah 2 orang gadis untuk menyusuri jalan setapak yang menghubungkan setiap rumah di desanya.

"Hai, Taeyeon! Tunggu aku!"

Kim Taeyeon, gadis yang tahun ini baru menginjak usia 15 tahun itu sekilas menoleh ke belakang dan menjulurkan lidah pada kakak tirinya, Im Yoona. Mereka berdua hanya memiliki selisih umur 2 tahun. Sekali lagi, hanya 2 tahun. Tapi, Taeyeon iri setengah mati pada tinggi badan kakaknya yang jauh melampaui dirinya. Jika mereka berdua disandingkan, mereka akan terlihat seperti ibu muda dan seorang anak. Bagi Taeyeon, fakta ini sudah cukup menampar dirinya.

Mereka memang bukan keluarga kandung. Tapi, mereka berdua sudah lama kenal dan lumayan akrab. Sepuluh tahun yang lalu, setelah menghabiskan tahun demi tahun tanpa pendamping setelah kepergian ibunya, Ayah Taeyeon akhirnya kembali jatuh cinta dan menikah dengan Ibu Yoona yang sudah lama menjanda. Dan disinilah mereka, sebagai 1 keluarga utuh yang bahagia.

Walau rasa sedih karena kehilangan sosok ibu masih melekat di hati Taeyeon, tetapi berkat keluarga barunya sekarang. Sedikit demi sedikit, Taeyeon kembali bangkit dan memupuk harapan baru. Ibu barunya juga sangat menyayangi dirinya dan memperlakukannya dengan baik, layaknya putri kandungnya sendiri.

Taeyeon terkikik geli karena menyadari Yoona sudah tak mampu lagi mengejarnya. Namun, gadis labil itu belum mau berhenti, dia terus saja memaksa kedua kakinya untuk melangkah. Kedua matanya yang seterang madu murni itu menyisir setiap jalan yang ia lewati. Terlalu fokus untuk lari dari kejaran sang kakak hingga dia tak menyadari. Dirinya sudah jauh meninggalkan desa.

"Uh?" langkahnya terhenti, Taeyeon menatap sekeliling. Yang dia dapatkan hanyalah semilir angin yang berhembus dibalik semak belukar yang tumbuh subur serta pepohonan besar nan rimbun di sepanjang matanya.

"Kakak! Kak Yoona! Kakak dimana!?" Taeyeon berteriak, meletakkan kedua telapak tangannya di sisi-sisi bibirnya guna menciptakan gema yang lebih keras. Namun, tak ada satupun yang menjawab teriakannya selain suara angin yang semakin berhembus kencang. Taeyeon mengusap kedua lengannya. Ia memutuskan untuk mencoba untuk berputar arah. Mengingat-ingat patokan-patokan terakhir yang ia lewati tadi sebelum masuk ke dalam hutan.

Tapi, semakin ia menyusuri jalan yang ada. Dia semakin menyadari, kalau jalan yang dia tempuh berbeda. Ini bukan jalan yang dia lalui tadi. Pepohonan semakin lebat dan rerumputan tinggi mulai menutupi jarak pandangnya. Dia tersesat.

"Ba-bagaimana bisa?" dia mulai ketakutan. Langkahnya mulai melamban. Perasaan ragu semakin membumbung tinggi, menggerogoti semangatnya untuk keluar dari hutan ini. Taeyeon merasa, usahanya tidak berguna, ini sia-sia.

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang