20. Cure Me, Please (Pt. 2)

612 75 16
                                    

.
.
.
.
.

Ketika Tuhan mempertemukan 2 hati yang patah karena ulah manusia.
Dan dengan kehendak Tuhan jugalah.
Mereka tak akan pernah terpisahkan.

🍂🍂🍂

--CURE ME, PLEASE--

Baekhyun menatap dalam ponsel pintar miliknya yang ia letakkan asal di atas meja. Otaknya berkali-kali memikirkan saran Taeyeon. Hingga terngiang-ngiang di dalam otaknya layaknya memutar lagu kaset yang sudah rusak.

Hal pertama yang harus kau lakukan. Hindari sosial media dan apapun itu.

Apapun itu?

Ya, kau tahukan seperti grup atau kenalan yang memiliki gejala yang sama denganmu. Bukan berarti kau tak boleh berbicara sama sekali dengannya. Hanya saja kurangi frekuensinya. Jangan terlalu sering.

Ada lagi?

Kalau perlu kau bisa mengganti nomor ponselmu dengan nomor yang baru.

Menghindari sosmed, mengganti nomor ponselnya serta mengurangi kontak berlebihan dengan seseorang yang sama dengannya.

"Ok, baiklah. Kau bisa. Kau pasti bisa, Byun Baekhyun." dengan gerakan slow motion, Baekhyun menggapai ponselnya, menekan jarum kecil pada lubang simcard, mengeluarkan kartu berukuran micro itu dan menggantinya dengan yang baru. Semua nomor kontaknya telah ia hapus. Yang tersisa hanyalah nomor beberapa rekan kerjanya di kantor, nomor ponsel ibunya dan juga nomor ponsel Taeyeon.

Setelah sukses, Baekhyun mulai mengayunkan jarinya dan menghapus apapun yang berhubungan dengan apa yang dia derita. Baik itu akun sosmednya yang lama, foto, video atau apapun itu. Baekhyun lenyapkan hingga tuntas. Setelah beberapa saat berkutat pada ponselnya, kini Baekhyun menghela nafas berat saat beban penyimpanan ponselnya telah kosong melompong seperti sedia kala, di saat ia baru membelinya.

Seperti kata orang-orang terdahulu. Untuk menggapai keberhasilan, ada yang harus dikorbankan.

--CURE ME, PLEASE--

Bunyi dentuman senjata, sesekali umpatan terdengar menggelora dari ruangan berukuran 5×5 meter bernuansa putih dengan aksen modern itu. Dengan meja yang membatasi mereka. Sepadang muda-mudi, mereka berdua asyik dengan layar ponselnya. Jari-jari mereka menekan layar sentuh itu dengan frekuensi tinggi. Tak mengindahkan waktu yang mungkin sudah menunjukkan waktu makan siang.

"Aahh! Yes! We did it!" pekik Baekhyun setelah berhasil memenangkan turnamen. Begitu juga dengan Taeyeon, ekspresi bahagia juga tercetak di wajah cantiknya.

"Hahaha! Astaga, hampis saja kita berdua mati tadi." ujar Taeyeon.

"Hei, kau meragukan kemampuanku dalam bermain game, huh? Walau umurku sudah 34 tahun. Kalau sudah urusan game, aku jagonya!" seru Baekhyun, dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Taeyeon mengulum senyum manis. Mengamati wajah Baekhyun yang kelewat bahagia. Tak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat. Sudah lebih dari 3 minggu Baekhyun menjadi pasiennya. Dan yang sangat membuat Taeyeon bangga adalah pria itu-Baekhyun-berhasil melewati tahap pertama dalam metode yang ia gunakan.

Dan mereka sudah sampai pada tahap yang kedua, yaitu melakukan kegiatan positif, yang paling tidak dapat mengalihkan diri dari gejolak psikologis yang tengah penderitanya alami. Salah satunya dengan bermain game seperti saat ini.

Taeyeon akui, tak mudah bagi seseorang yang sudah lebih dari separuh hidupnya terjerumus dalam jurang yang curam dan dalam untuk merangkak ke permukaan. Tak mudah bagi seseorang untuk merubah apa yang sudah mengakar dalam dirinya. Tapi, Baekhyun berhasil melakukannya. Walau terkesan dingin dan pesimis di awal, tapi seiring berjalannya waktu sikap Baekhyun berubah, menjadi lebih positif dan juga memiliki tekad sekuat baja. Dan itulah yang Taeyeon sukai darinya.

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang