8. Paint

940 82 22
                                    

.
.
.
.
.

When I see you.
I can feel my heart.
And my future.

🍂🍂🍂

--PAINT--

Berkali-kali, pria imut berjakun gaib--Byun Baekhyun--menelan salivanya sendiri. Ia terpaksa menyeret kakinya yang terasa berat, menapaki lantai porselen putih yang telah pecah termakan oleh waktu. Menyesal, sungguh dia sangat menyesal mengikuti permainan Truth or Dare yang ia ikuti tadi siang.

Berterima kasihlah kepada Kyungsoo yang telah membuatnya harus mengikuti tantangan mengerikan ini.

"Si botak mah emang yak! Aing pites-pites sampe kepalanya botak beneran baru tahu rasa dia mah!" gerutunya.

Brak!

Tung!

Brak!

"EMAK!" pekiknya bersamaan dengan suara benda jatuh yang entah berasal darimana. Baekhyun menutup kedua matanya dan menggumamkan lantunan ayat suci yang biasa dibacakan ketua kelas lola a.k.a Lay saat ada yang kesurupan.

"Meong."

Baekhyun menghela nafas saat mendengar suara halus si Empus, "Eta mah nakutin aing terus. Jan gitu atuh cing." Baekhyun mengelus dadanya lalu kemudian melanjutkan langkahnya.

Jaring laba-laba, dedaunan kering yang berserakan serta barang-barang aneh ia temui sepanjang perjalanannya. Patung kucing berukuran besar, jam gantung yang Baekhyun yakini sudah berusia puluhan tahun dan-

Aahh ... Ini adalah yang paling ia benci. Sebuah lukisan tua dengan tampang menyeramkan.

Baekhyun meneguk salivanya berkali-kali, menatap tajam lukisan seorang wanita yang begitu mengerikan karena telah termakan oleh usia, matanya begitu dingin, ia tak tersenyum sama sekali.

Baekhyun menyorot cahaya senternya kearah lukisan, sekedar untuk memperjelas bagaimana view lukisan itu.

"Kim Taeyeon, 1948." gumamnya saat memperhatikan apa yang tertulis disudut lukisan itu.

Tapi setelah ia perhatikan lebih dalam, ia menyadari satu hal, "Teteh ini mah geulis pisan ei tapi serem. Coba aja tetehnya senyum dikit beeh! Pasti tambah geulis atuh teh."

Memang benar, lukisan ini sudah cukup tua. Setara dengan usia mendiang neneknya. Tapi yang membuatnya berbeda adalah objek yang menjadi lukisan itu. Seorang gadis itu terlihat masih sangat muda, manis dan juga cantik.

Sudah 5 menit ia masih betah menikmati lukisan itu. Bahkan ia sempat berandai-andai, jika saja gadis yang ada didalam lukisan itu ada didunia nyata, ia pasti akan berusaha untuk mendapatkan nomor kontaknya, mendekatinya, menjadikannya pacar, menikah dan hidup bahagia selama-lamanya.

Baekhyun menggeleng kuat, ia mendumel dalam hati. Aneh, hanya dengan memandang lukisan itu, ia sampai menghayalkan yang aneh-aneh.

Aneh-aneh? Eits, tunggu!

Jangan samakan ia dengan Jongin, ia bukan tipe pria semesum itu. Yah, walaupun ia juga mengoleksi video 'kuda-kudaan' sih. Tapi sungguh, koleksinya tak sebanyak dan sekeras punya Jongin.

Lagipula, untuk seorang pria itu masih tergolong normal. Mana ada pria yang tak pernah menonton video bergenre panas seperti itu? Bahkan si Anak Tuhan--Xiumin--pernah menontonnya dikelas, ramai-ramai pakai proyektor malah.

Kriieet ...

Keringat dingin mulai membasahi pelipis Baekhyun. Menoleh ke sumber suara dan mendapati sebuah pintu kamar terbuka lebar.

Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba sebuah pintu berukuran besar terbuka lebar tepat dihadapanmu. Apa kau masih betah berada disitu?

"WAAAAH!" dengan kecepatan supersonik, Baekhyun melesat kearah pintu utama, meninggalkan villa tua itu tanpa berniat ingin kembali lagi kedalam sana.

--PAINT--

"Dasar anak aneh! Padahal aku hanya berniat ingin menyapanya." sahut seorang gadis berambut ikal yang baru saja keluar dari kamarnya. Wajahnya seputih salju, rambut pirang dan hazel mata seterang madu. Menggunakan baju dress kembang dengan hiasan pita diatasnya, pakaian khas wanita zaman Belanda dulu.

"Sudahlah, Hyoyeon. Kau menakutinya."

Wanita yang disapa Hyoyeon itu menekukkan bibirnya, "Cih, dasar bocah penakut."

Sementara, lawan bicaranya hanya tersenyum menanggapi perkataan Hyoyeon. Ia menggerakkan jari-jari lentiknya, menekan dimensi gaib yang menghalangi tubuhnya. Hingga seluruh tubuhnya keluar dari permukaan kanvas tua itu.

"Tapi, Hyoyeon menurutku dia-" ia mengalihkan kedua bola matanya kearah Hyoyeon, senyum manis mengembang dari bibirnya, senyuman yang jarang ia perlihatkan selama puluhan tahun.

"Dia sangat tampan." lanjut gadis itu yang tentu saja membuat kedua bola mata Hyoyeon melotot hebat--seperti akan meloncat keluar--ditambah dengan bibirnya yang menganga lebar.

"Taeyeon, jangan bilang kau menyukainya!" pekik Hyoyeon tak kuasa menahan luapan emosi didalam hatinya. Hyoyeon mendekat dan mengguncang lengan Taeyeon. Memastikan apakah benar temannya ini kembali merasakan apa yang namanya jatuh cinta.

"Kau menyukainya kan? Iyakan? Ayolah, Taeng! Jangan mengelak! Astaga setelah sekian lama patah hati dengan Mino. Syukurlah!" ucap Hyoyeon.

Sementara dia--Taeyeon--memutar bola matanya malas, "Akukan hanya memujinya, Hyoyeon. Sudahlah, aku mau mencari udara segar." kilahnya sebelum pergi menjauh dari Hyoyeon.

"Apa gunanya mencari udara segar? Toh kita sudah mati." cibir Hyoyeon sambil bersedekap dada menatap lekat sosok Taeyeon yang mulai hilang dari pandangannya.

Taeyeon menggigit bibir bawahnya, menahan gelak tawa yang bisa muncul kapan saja.

"Hantu jatuh cinta? Yang benar saja." gerutunya.

.
.
.
.
.

END

I'm comeback!

Huhuhu ... Setelah sekian lama enggak Up! Omaya! Dapat juga akhirnya mood buat nulis 😂

Anehnya kok dapat feelingnya pas mau UAS, UNBK dan sebagainya 😂

Au ah gelap!

Sebagai pembaca yang baik, tinggalkan dukungan baik berupa vote dan komen ya! Biar semangat gitu liat work nya 😂

Bye-bye!

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang