24. Wolf (Pt. 2)

356 44 7
                                    

.
.
.
.
.

Maukah kau menjadi temanku?
Teman?
Baiklah, aku mau menjadi temanmu!

🍂🍂🍂

--WOLF--

Pikiran Taeyeon mulai berkecamuk saat Ibunya terus menarik dirinya, membawanya masuk ke dalam rerimbunan hutan yang jauh dari desa mereka. Biasanya, jika ibunya ingin mengajaknya ke kebun, ibunya pasti selalu mengajak dirinya dan Kakak Yoona untuk ikut bersamanya.

Taeyeon sangat paham, jalan yang sedang mereka tempuh bukanlah jalan yang biasa mereka lewati untuk pergi ke kebun. Tanpa adanya jalan setapak dan pemandangan pepohonan yang semakin rapat. Taeyeon menatap sang ibu yang fokus pada apa yang ada dihadapannya.

"Ibu, kita mau pergi kemana?"

Dengan nada lemah lembut, wanita itu menjawab pertanyaan Taeyeon dengan jawaban yang terdengar sedikit ambigu, "Sebentar lagi kau juga akan tahu, sayang."

Taeyeon memandangi kedua kakinya yang terus saja melangkah. Mencelos dalam hati. Merasa usahanya untuk bertanya malah berakhir sia-sia. Ibunya malah menjawab dengan rangkaian kalimat yang malah menimbulkan pertanyaan baru baginya.

Taeyeon sempat bimbang, kemana ibunya pergi?

Pertanyaan Taeyeon terjawab setelah beberapa belas menit berlalu. Tepat disaat mereka melewati ilalang tinggi dan berhenti di sebuah aliran sungai yang tampak cukup tenang. Airnya begitu jernih. Bahkan dengan mata telanjang Taeyeon bisa melihat bebatuan di dasar sungai. Di seberang sungai-tepat di depan mereka-banyak tumbuh bunga dengan berbagai macam bentuk dan juga warna.

"Wah, disini indah sekali, Ibu." kedua mata Taeyeon berbinar, dia tidak tahu kalau ada tempat seindah ini di dalam hutan. Taeyeon maju beberapa langkah guna mendapat pemandangan yang lebih untuk relaksasi matanya.

"Ya, tempat ini sangat indah." Ibu Im berdiri tepat di belakang putrinya, "Dan tempat ini sangat cocok untukmu, anakku."

Ibu Im mengeratkan kedua tangannya. Dia sadar, terkadang ada hal yang harus dia lakukan seorang diri. Jika Sang Penguasa Kegelapan tidak ingin melenyapkannya. Biarkan dia saja yang menggantikan tugasnya.

"Akh!?"

Splash!

Mendorong keras punggung gadis itu hingga ia terjungkal, jatuh ke dalam sungai. Taeyeon berusaha untuk mendongakkan kepalanya pada permukaan air. Namun, sang ibu tampaknya tidak ingin membiarkan rencananya gagal lagi. Tanpa rasa iba, wanita itu menekan kepala Taeyeon masuk ke dalam air.

"Ib-ibuuhh ... Ugh! Aaah!"

Wajahnya datar tanpa ekspresi. Seolah-olah apa yang ia lakukan ini bukanlah perkara besar. Ia terus menekan kepala Taeyeon yang terus meronta-ronta.

"Kau gadis yang keras kepala ya? Apa tidak bisa kau berhenti melawan Ibu, hm?"

"Huah! Akh!"

Lagipula, siapa yang akan mencurigainya? Tidak ada satupun saksi mata disini. Tempat mereka berada juga jauh dari pemukiman penduduk. Tidak ada seorangpun yang tahu tentang hal ini.

Senyum seorang iblis mengembang lebar di bibirnya. Gadis menyebalkan yang sebelumnya masih kekeuh untuk bertahan hidup kini mulai memudar. Perlawanan alot yang ia berikan lamban laun melemah. Setidaknya, beban hidup keluarganya akan sedikit berkurang. Suaminya masih cukup berguna untuk menghidupi dia dan putri kandungnya. Sedangkan anak ini, dia tidak berguna untuknya.

Ibu Im terus melancarkan aksinya. Hingga dia tak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan dirinya. Berwarna merah darah dengan kilatan api kemarahan yang begitu mendalam.

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang