22. Brood

498 51 5
                                    

.
.
.
.
.

Seiring waktu bergulir.
Jiwa akan terbang bebas.
Luka juga perlahan mengering.
Namun, kenangan yang ada tak akan pernah terlupa.

🍂🍂🍂

--BROOD--

Rasanya ia ingin sekali memutar ulang waktu yang telah ia lalui selama hidupnya. Menyelamkan otaknya kembali pada kenangan masa lalu yang teramat manis sekaligus menyakitkan. Seperti wine yang memabukkan namun merangkak tajam menarik kesadarannya hingga pada titik terendah.

Tulisan-tulisan itu. Kata-kata yang tertulis di atas kertas yang telah usang itu seakan kembali berusaha membuka tabir yang selama ini ia tutupi seorang diri. Membuatnya teringat kembali pada sinar yang tak pernah pudar.

"Taeyeon."

Gadis itu menegakkan punggungnya. Menutup buku tua yang berada di genggaman tangannya lalu beralih ke belakang. Dimana seorang pria berwajah sangar dengan celemek kotor kokoh berdiri.

"Iya, Jiyong?"

Pria itu namanya Jiyong, Kwon Jiyong. Penampilan luar tak menentukan karakter seseorang. Itulah yang Taeyeon pelajari saat pertama kali bertatap muka dengan Jiyong yang merupakan salah satu rekan kerjanya yang kebetulan sangat ahli dengan yang namanya memasak. Walau wajahnya teramat sangat dengan beberapa tindik yang tergantung di telinganya. Sungguh, dia adalah pria yang baik.

"Mau makan siang?"

Taeyeon memperhatikan jam yang tergantung di dinding. Kebetulan ini sudah waktunya istirahat makan siang, "Boleh, memangnya mau makan siang dimana?"

"Di tempat biasa."

"Baiklah, aku mau."

"C'mon." Jiyong menggerakkan kedua jarinya-telunjuk serta jari tengah-lalu berbalik, mengisyarat Taeyeon agar segera mengikuti langkahnya. Namun, Taeyeon masih belum beranjak dari sana. Kedua mata gadis itu malah sibuk memperhatikan punggung tegap Jiyong yang kini mulai menjauh, mendahului dirinya.

Jiyong adalah pria yang baik. Sudah menemaninya hampir setahun belakangan ini. Namun, tetap saja ada satu hal yang tak akan pernah mampu digantikan oleh siapapun. Satu orang yang berhasil merebut tempat teristimewa di hatinya. Seseorang yang kini mungkin tengah berbahagia di atas sana.

"Taeyeon, ini aku bawakan makan siang untukmu."

Taeyeon tersenyum tak nyaman, menggelengkan kepalanya sebagai isyarat penolakan halus. Tapi, tetap saja, pria yang terkenal akan kekonyolannya itu masih kokoh dengan pendiriannya. Berdiri menjulang di harapannya dengan 1 kotak bekal di kedua tangannya.

"Aku tidak mau tahu dan aku tidak menerima yang namanya penolakan, Kim Taeyeon." Taeyeon tergagap saat ia merasakan pergelangan tangannya terkunci oleh genggaman tangan pria itu. Membawanya pergi hingga ke ujung lorong sekolah, "Pokoknya kau harus makan. Aku tak mau asam lambungmu naik lalu kau pingsan seperti kemarin!"

"Taeyeon!"

"Eh? Ya!"

Jiyong menggeleng heran, ia berkacak pinggang sembari memiringkan kepalanya, "Hei, apa yang sedang kau pikirkan, hm? Ayo, cepat. Nanti keburu ramai."

"Ya! Ya! Baiklah!" Taeyeon berlari kecil, meninggalkan posnya dengan wajah tertekuk ke bawah dan bibir yang mengerucut seperti bebek.

"Kau ini dasar."

Tuk!

"Aduh!"

Taeyeon memegang kening cantiknya sembari mengaduh kesakitan akibat jitakan halus dari Jiyong, "Kenapa kau menyakitiku?"

Jiyong memasang wajah garangnya, ia mendengus kesal, "Kau sendiri yang mulai."

Wajah manisnya berubah menjadi masam saat melihat seorang gadis yang tengah ngos-ngosan dihadapannya. Masih sibuk mencari nafas akibat berlari sejauh beberapa meter.

"Sorry, aku telat." ucapnya.

Namun, baru saja ia mengangkat wajahnya. Sebuah ketukan panas mendarat di keningnya.

Tuk!

"Aduh! Baekhyun! Kenapa kau tega melakukan itu padaku!?"

"Kau yang mulai, Kim Taeyeon."

Pria itu berbalik, berjalan lurus meninggalkan gadis yang masih asyik mengelap keningnya dengan wajah yang merengut kesal. Beberapa langkah telah ia ambil, Baekhyun lalu berhenti lalu memutar kepalanya ke belakang.

"Ayo, nanti kita kehilangan keretanya."

Kening Jiyong mengkerut, heran, wanita itu malah asyik memandang wajahnya dengan gaya aneh. Melamun seperti anak kecil.

Jiyong menjentikkan jarinya beberapa kali, tepat di wajah Taeyeon, "Are you okay, Taeyeon?"

"Eh, apa?"

"Kau ini kenapa sih? Akhir-akhir ini sering melamun?" Jiyong melemparkan tatapan menyelidik kepada gadis itu. Gadis itu hanya tertawa kikuk seraya memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Sudahlah, hanya masalah kecil." ia mengibaskan tangannya, "Tidak perlu kau pikirkan, Jiyong."

Jiyong menyempitkan kedua matanya, "Baiklah, aku anggap kau berkata jujur. Ayo, pergi. Nanti kita enggak bakal kebagian kursi."

Taeyeon hanya bisa pasrah saat Jiyong menarik tangannya. Dari samping, Taeyeon memperhatikan garis wajah Jiyong. Dalam diam, ia mengulum senyuman. Keduanya memang tidak mirip secara fisik. Namun, karakter mereka sangat mirip.

'Dia benar-benar mirip sepertimu.'

'Aku merindukanmu, Baekhyun.'

.
.
.
.
.

END

A.n :

Jangan lupa berikan dukungan baik berupa vote maupun komentar ya, aeri! 😍

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang