17. Reality (Pt. 3)

556 57 6
                                    

.
.
.
.
.

Jika aku tak seperti yang kau kira selama ini.
Jika aku tak seperti yang kau impikan selama ini.
Apakah perasaanmu akan tetap sama padaku?

🍂🍂🍂

--REALITY--

Beberapa buah kaleng minuman ringan yang berserakan payah di atas jalan tak luput dari amukan ganas milik gadis bermarga Kim itu. Ditendang, diinjak dan dilecehkan secara verbal. Sebagai pelampiasan amarah yang membeludak yang seharian ini sudah susah payah ia tahan di balik senyum manisnya.

Dari pagi hari ia menginjakkan kaki di kampus hingga bulan mulai muncul dibalik gelapnya malam. Taeyeon disibukkan dengan tugas seabrek-abrek serta kegiatan kemahasiswaan yang tentu saja banyak menyita waktu dan tenaganya.

"Cih! Dasar dosen tua bangka! Jelek! Mesum! Seenaknya saja memberi tugas sebanyak itu padaku!? Memangnya dia pikir aku ini robot apa!?"

Kata-kata makian terus saja meluncur dari bibir mungil Taeyeon bak air bah yang siap menghantam seisi kota. Ada sebuah tulisan tak kasat mata tercetak di atas kening gadis itu. Tulisan itu berbunyi ...

AWAS! AWAS! SIAGA TINGKAT 3!

"Ggrrrr!!! Sialan!!"

Taeyeon tengah dalam mode bahaya. Kalau sudah seperti ini, hanya satu orang yang bisa meredakan amukannya. One and only. Her beloved boyfriend, Byun Baekhyun.

Sudah 3 hari, ia dan Baekhyun tak bertatap muka secara harfiah. Tugas kuliah yang menumpuk, menghadiri acara seminar sana-sini serta berbagai kesibukan lainnya membuat ia dan Baekhyun untuk sekarang tak memiliki waktu untuk bertatap muka.

Baekhyun juga mulai disibukkan dengan tugas praktek magang di sebuah perusahaan ternama. Mereka sama-sama sibuk. Sehingga quality time di antara mereka berdua menjadi lebih sedikit dari biasanya. Untuk mengobati rasa rindu, ia hanya bisa video call atau melakukan panggilan telepon.

"Ah, Baekhyun sekarang lagi ngapain ya? Hm, jadi rindu." gumam Taeyeon seraya mengerucutkan bibirnya, menyembunyikan sembarut merah yang perlahan mulai tercetak di permukaan pipinya.

--REALITY--

Entah mengapa hati nurani Taeyeon merasakan suatu hal yang aneh. Seakan-akan ada hal yang salah terjadi di depan matanya.

"Kemana semua orang? Kenapa malam ini sepi banget sih?"

Salah satu tangan Taeyeon bergerak ke atas, mengusap tengkuk lehernya sendiri. Taeyeon bisa merasakan jika bulu kuduknya berdiri tegak.

Dingin, disini lebih dingin dari biasanya.

Kedua bola matanya memindai setiap sudut. Mewaspadai setiap kemungkinan yang ada di balik cahaya remang-remang lampu jalanan.

"Kalau tahu gini jadinya. Mendingan aku pulang sama Hyoyeon tadi." sungutnya, mengutuk nasib sial yang tengah menyandera dirinya.

Seorang diri di jalanan sepi seperti ini? Anak gadis mana yang tak takut coba?

Apalagi Taeyeon mau tak mau harus mengakui, dia ini lumayan cantik dan manis-penyakit pedenya lagi kambuh-siapa tahukan ada pria tua hidung belang yang mengikutinya diam-diam lalu mencari kesempatan untuk bercengkerama dengannya?

Bulu kuduk Taeyeon merinding hebat, pikirannya melayang jauh ke angkasa luar. Bahkan sampai ke alam ghaib. Di dalam otaknya berseliweran bayang-bayang aneh. Kebiasaannya kalau lagi takut. Suka membayangkan kemungkinan terburuk yang akan menimpanya.

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang