20. Cure Me, Please

662 70 6
                                    

.
.
.
.
.

Ketika Tuhan mempertemukan 2 hati yang patah karena ulah manusia.
Dan dengan kehendak Tuhan jugalah.
Mereka tak akan pernah terpisahkan.

🍂🍂🍂

--CURE ME, PLEASE--

"Eomma ingin sekali gendong cucu, seperti teman-teman Eomma."

Baekhyun mengangkat wajahnya, menatap wajah sang ibu yang begitu menyiratkan keinginannya untuk memiliki seorang cucu darinya. Baekhyun menelan ludah, ia hanya bisa memberikan senyuman tipis dan menenggak air putih di gelasnya hingga tak bersisa.

Ya, rangkaian kata sederhana itu sudah cukup membuat batin Baekhyun tersiksa saat ini.

"Aku masih belum ingin menikah, Eomma." Baekhyun meletakkan gelasnya di atas meja, "Lagipula aku belum mendapatkan wanita yang cocok denganku."

"Bagaimana dengan Bae Suzy? Model itu? Bukankah sebulan yang lalu kalian lumayan dekat."

Baekhyun menggeleng, "Tidak, aku tidak menyukainya. Lagipula saat ini dia sudah dekat dengan orang lain."

"Bagaimana dengan Lee Jieun?"

"Terlalu serius, aku tidak suka."

"Kalau Jie Hyeran?"

"Dia ... Agh, Eomma!" Baekhyun berteriak tak suka, "Sudah aku bilang, aku tak menyukainya. Mau itu Suzy, Jieun, Hyeran. Aku tak suka."

"Baekhyun, tolong dengarkan penjelasan Eomma. Eomma ini sudah tua. Eomma tak yakin kalau Eomma masih diberi umur yang panjang. Dan kau sekarang juga sudah berusia 34 tahun, Baekhyun. Apa salahnya untuk memikirkan tentang pernikahan?"

Baekhyun menghela nafas berat sambil mengulum bibir bawahnya. Selalu, ibunya selalu berhasil membuat dirinya merasa bersalah.

"Dan Eomma yakin, Appa juga mengharapkan hal yang sama dengan Eomma, Baekhyun."

Baekhyun tergamang di tempat ia duduk. Hatinya seakan tertusuk oleh jutaan belati yang tak kasat mata. Deretan kata sederhana itu sudah cukup untuk merobek-robek hatinya hingga tak berbentuk. Mengingat ayahnya yang telah tiada dan juga permohonan sang ibu. Merongrong habis akal sehatnya.

"Aku mau istirahat dulu, Eomma." Baekhyun bangkit dari kursinya, meninggalkan Sang Ibu yang tengah duduk di hadapannya, "Selamat malam, Eomma."

"Baekhyun, Eomma-"

Dengan langkah lebarnya, Baekhyun memilih untuk meninggalkan Sang Ibu yang hanya bisa menatap punggung tegapnya dengan tatapan sendu. Pergi ke kamarnya dan menutup rapat pintunya. Baekhyun menyandarkan kepalanya pada pintu, menutup kedua pelupuk matanya, menangis dalam diam.

"Maafkan aku, Eomma. Maafkan aku." Baekhyun menunduk, mengusap salah satu pelupuk matanya dengan punggung tangannya lalu berujar lirih, "Seandainya aku normal seperti yang lainnya. Seandainya aku bisa mencintai wanita. Aku ... Aku ingin sekali membahagiakanmu, Eomma."

Ada satu hal yang selalu ia simpan rapat-rapat dari siapapun. Bahkan dari kedua orangtuanya sendiri. Aib terburuknya. Tentang apa yang membelenggu jiwanya dari dulu hingga saat ini. Suatu hal yang sangat tabu untuk diperbincangkan. Satu hal yang selama hampir 3 dekade menjangkiti dirinya, penyimpangan orientasi seksual.

Baekhyun menatap sekeliling kamarnya yang didominasi warna biru gelap, dari robot-robot koleksinya dan beberapa tumpukan buku perpajakan. Hingga atensinya kini teralih pada sebuah buku bersampul kecoklatan dengan lambang salib di atasnya.

The Tale Of BaekyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang