"Aku yakin kalau ini akal-akalan Haris buat berduaan dengan kamu."
Suara Esti menggema di benak Vanny. Tak hanya sekali, tapi justru berkali-kali. Maka Vanny buru-buru menggelengkan kepala. Berusaha mengusir hal tersebut dari benaknya.
"Nggak nggak nggak," geleng Vanny. "Kamu kan tau kalau Esti itu suka ngomong yang aneh-aneh. Lagian masa sih? Nggak mungkin banget kan?"
"Apanya yang nggak mungkin?"
Satu suara mengejutkan Vanny. Sontak cewek itu terlonjak. Ia berbalik dan mendapati ada Haris. Satu tangannya menyeret koper.
Tampil dalam penampilan yang berbeda dengan biasanya, Haris memadukan celana jeans bewarna hitam dengan kemeja lengan pendek bewarna biru muda. Ia terlihat segar dan membuat Vanny tertegun untuk beberapa saat. Dan ketika pada akhirnya Vanny tersadar, ia buru-buru menghampiri Haris.
"B-Bapak sudah sampe?" tanya Vanny basa-basi dengan tergagap. "Sini saya bawain kopernya."
Vanny buru-buru mengambil alih koper Haris. Menyeretnya ke sisi tubuhnya dan memasang sikap siaga. Mengingatkan diri sendiri bahwa saat itu ia berperan sebagai sekretris yang menemani perjalanan dinas sang bos.
"Baru sampe beberapa menit yang lalu. Aku nelepon kamu dan nggak aktif. Aku jadinya harus muter-muter nyari kamu."
"Aaah! Kayaknya hp udah saya matiin, Pak. Kan mau naik pesawat."
"Check in aja belum eh hp udah kamu matiin aja. Kenapa nggak dari rumah kamu matiin?"
Vanny hanya bisa meringis. Bahkan ketika pada akhirnya mereka sudah melewati petugas pemeriksaan dan masuk ke bandara, ringisan itu masih bertahan.
Haris berjalan di depan Vanny. Membiarkan cewek itu di belakangnya dengan menyeret dua koper di kedua tangannya. Sekilas melirik, Haris lantas menghentikan langkah kakinya.
"Ups!"
Nyaris Vanny menabrak Haris yang berhenti tiba-tiba. Untung saja rem kakinya termasuk pakem. Tabrakan pun bisa dihindari walau tak urung mata Vanny membola kaget.
"Bapak kalau berenti jangan mendadak gitu," keluh Vanny. "Ini dua koper perlu dikondisikan."
Haris melirik pada dua koper berukuran 24 inci itu. Lalu tanpa diduga oleh Vanny, ia mengambil alih keduanya.
"Loh, Pak?"
"Biar aku yang bawa ini," ujar Haris seraya kembali melanjutkan langkah kakinya. "Kasihan juga lihat kamu. Bawa dua koper ke mana-mana kayak istri yang dipulangkan suami aja."
Di belakang Haris, Vanny mencibir. Sebelum ia menyusul cowok itu, ia menyempatkan untuk memperbaiki letak tas selempang yang menyelip di antara pinggang dan juga ranselnya. Terhimpit oleh beban tas ransel di pundaknya. Yang isinya memang lumayan banyak dan terasa cukup berat. Dan itu membuat Vanny terpikir sesuatu. Ehm ... mungkin yang dikatakan Haris ada benarnya juga. Dengan bawaan sebanyak itu sepertinya Vanny dan istri yang dipulangkan suami tidak ada bedanya.
Telah berada di dalam pesawat sekitar setengah jam kemudian, tentunya kursi bisnis yang menjadi tempat duduk Vanny dan Haris. Dengan Vanny di dekat jendela sementara Haris di sebelahnya.
"Aku dengar dari Bu Astrid katanya kamu mabuk udara ya? Bener?"
Mendapati pertanyaan itu, Vanny melihat bagaimana Haris yang tampak santai memegang satu majalah penerbangan. Membuka tiap lembarnya walau Vanny ragu apakah Haris benar-benar membacanya atau tidak. Mungkin saja Haris seperti anak-anak kecil pada umumnya kan? Membuka majalah atau buku hanya sekadar untuk melihat gambarnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...