"Kamu kurang tidur, Van?"
Tidak aneh sepertinya bila pagi itu Haris menanyakan hal tersebut pada Vanny. Karena ketika mereka sedang mengantre untuk mengambil sarapan keesokan harinya, Haris mendapati Vanny yang menguap beberapa kali.
Tubuh Vanny tersentak seketika tatkala mendengar suara Haris di belakangnya. Dekat dengan telinganya. Meremang, bulu kuduk Vanny seperti memberikan sinyal padanya bahwa ada sesuatu yang harus diantisipasi.
Vanny buru-buru maju. Menciptakan jarak yang hanya bertahan sedetik lantaran Haris pun turut maju.
Aduh! Namanya juga antre kan?
Menarik napas dalam-dalam, Vanny mencoba untuk mengenyahkan apa yang telah terjadi di antara dirinya dan Haris semalam. Terlebih lagi dengan sikap Haris yang tampak biasa-biasa saja maka Vanny pun mengultimatum dirinya sendiri.
Jangan sampe kamu keliatan norak. Jangan sampe terintimidasi sama Haris cuma karena satu ciuman dan sekali remasan itu.
Eh?
"Kok wajah kamu keliatan kusut banget pagi ini?" tanya Haris. "Persis kayak celana bokser aku kalau baru keluar dari mesin cuci."
Horor Vanny melihat pada Haris. Spontan dengan mimik ngeri seperti ia melihat ada Kolor Ijo yang keluyuran tanpa kolor. Eh?
"Nggak ada perumpaan yang lebih bagus lagi apa?"
Vanny manyun. Bibirnya cemberut hingga Haris yakin bisa mengikat bibir itu dengan karet gelang. Terus dikasih jepit kupu-kupu. Sudah deh! Bibir Vanny pun terlihat cantik. Hihihihi.
Namun, mengabaikan sikap Vanny yang sedikit ketus pagi itu, Haris justru menyadari sesuatu. Bahwa pagi itu Vanny bicara padanya dengan sikap yang biasa. Tidak ada kesan formal di sana dan tanpa ada embel-embel bapak.
Ehm ... ternyata ancaman soal anak-anak kemarin manjur juga. Walau sebenarnya ngebuat Vanny jadi seorang ibu dan terus kami bersatu padu melestarikan penduduk Indonesia dalam bentuk bocah yang imut-imut adalah ide yang sangat bagus.
Sepertinya Haris harus menunda sejenak imajinasinya yang satu itu. Tidak bagus untuk kesehatan jantung. Terbukti. Sekarang Haris jadi berdebar-debar.
"Sorry. Tapi, beneran. Kamu keliatan kusut pagi ini. Kenapa? Kamu kurang tidur?"
Tangan Vanny terulur. Maksud hati ingin mengambil piring, ia justru mendapati bagaimana tangan Haris yang lebih panjang berhasil mendahuluinya. Mengambil piring tersebut dan mengelapnya sekilas dengan sehelai tisu. Lantas memberikannya pada Vanny.
Vanny menyambutnya dengan wajah datar. "Aku nggak bisa tidur," ujarnya menjawab pertanyaan Haris tadi. Ia tak lupa mengambil sendok dan juga garpu. "Makasih."
Menanggapi ucapan terima kasih Vanny dengan anggukan sekali, Haris mengambil piring untuk dirinya sendiri. Dan ketika ia ingin mengambil sendok beserta garpu, Vanny sudah menaruh benda itu di piringnya. Senyum kecil timbul di wajah Haris.
"Tuh kan kamu nggak bisa tidur. Coba kalau kita tidur bareng. Udah pasti deh aku tidurin."
Vanny yang semula ingin mengambil nasi goreng sontak menoleh ke belakang. Mendelik pada Haris. Dan cowok itu langsung menutup mulutnya.
"Ups!" kesiap Haris pura-pura salah bicara. "Maksudnya bisa aku nina boboin. Aku timang-timang. Biar kamu bisa tidur."
Tentu saja Vanny tidak percaya. Ia melotot dan buru-buru mengambil nasi gorengnya. Berikut dengan satu telur ceplok dan sambal goreng.
Haris mengulum senyum geli ketika melihat Vanny yang buru-buru pergi dari sana. Langsung menuju satu meja yang kosong. Dan Haris yang menyusulnya.
Tidak langsung menikmati sarapannya, ternyata Vanny kemudian beranjak kembali. Demi mengambil sepiring buah, sepiring aneka roti serta biskuit, dan juga sepiring kerupuk. Tak hanya itu. Ia pun tak lupa mengambil dua gelas air putih, secangkir teh, secangkir kopi, dan dua gelas jus jeruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...