Vanny membeku seluruh tubuh. Merasa percuma saja ia rela-rela tidak makan malam bila akhirnya seperti ini.
"H-Haris."
Haris muncul dengan senyum yang amat lebar. Tepat di depan Vanny, ia berkata.
"Selamat ulang tahun, Van."
Mengerjap sekali, cahaya lilin yang berasal dari kue ulang tahun yang Haris bawa dengan kedua tangannya membuat Vanny tertegun sejenak. Seolah ia butuh waktu untuk meraba situasi saat itu. Untungnya Haris membantu cewek itu dengan bisikan gelinya.
"Ayo tiup lilinnya."
Vanny melihat pada petugas hotel di sana. Tergugu, tapi pada akhirnya ia menunduk. Menuju pada lilin dan mengembusnya pelan.
Tepuk tangan pecah. Petugas hotel yang ada di sana bertepuk tangan untuk Vanny. Apa itu membuat ia senang? Oh, yang ada ia malah menggerutu di dalam hati.
Sepanjang aku hidup baru kali ini ulang tahun aku dirayain sama mantan dan petugas hotel. Bukannya temen-temen yang tepuk tangan. Eh, malah petugas hotel. Ngenes nggak sih?
Hanya saja sepertinya cuma Vanny yang berpikir itu menyedihkan. Haris dan petugas hotel yang tersenyum lebar sepertinya justru berpendapat sebaliknya.
Haris menyerahkan kue itu pada petugas hotel. Ia beralih pada Vanny dan mengajaknya untuk menyingkir sejenak. Memberikan kesempatan untuk para pelayan hotel bergerak. Dan Vanny hanya melihatnya dalam diam. Persis seperti orang linglung.
Jadi di sinilah kemudian Vanny berada beberapa saat kemudian. Bersama dengan Haris di kamarnya. Duduk berdua di meja yang sama dengan hidangan yang tersaji. Ada kue ulang tahun dan juga steak yang menguarkan aroma lezat tak tertahankan. Di sekeliling mereka ada bunga dan dekorasi dadakan yang dengan cepat disiapkan oleh petugas hotel.
Ya Tuhan. Kan benar kata aku. Pasti ada sesuatu di balik diamnya Haris. Dan terbukti.
Haris tersenyum. Mengangkat gelas panjang berisi minuman di tangannya.
"Semoga kamu selalu bahagia, Van. Selalu mendapatkan apa yang kamu inginkan."
Embusan napas panjang mengalun dari hidung Vanny. Dengan mata yang sedikit menyipit, ia melihat pada Haris yang tengah menyesap minuman itu.
"Semoga saja," ujar Vanny. "Karena yang aku inginkan adalah kamu nggak ngerecokin hidup aku lagi."
Tidak tersinggung ataupun marah, senyum justru tetap bertahan di wajah Haris. Dengan santai ia menaruh kembali gelas minumnya. Melirik pada hidangan di hadapan mereka.
"Ayo, dimakan. Abis itu biar kamu bisa tidur. Kan katanya tadi kamu capek."
Wajah Vanny terasa panas. Sekarang Haris tentu bisa melihat bahwa pesan yang ia kirimkan tadi adalah sebuah kebohongan. Mana ada orang capek yang sesegar Vanny?
Vanny menyerah. Perutnya yang kosong langsung melakukan pemberontakan ketika aroma lezat steak itu masuk ke hidungnya. Ia raih pisau dan garpu yang tersedia. Dan walau saat itu sudah amat telat untuk sepiring makan malam, Vanny tak punya pilihan lain. Pada akhirnya daging itu pun ia iris. Satu suapan yang berarti masuk ke mulutnya.
Sensasi lembut, percikan rempah, dan rasa saus yang khas menyapa indra perasa Vanny. Mau tak mau membuat lidahnya bergoyang dalam irama penuh kenikmatan. Berat mengakui, tapi sajian itu benar-benar memenuhi semua fantasi Vanny untuk makan malam yang lezat.
"Enak nggak?"
Mata Vanny mengerjap. Membuat kunyahannya terjeda sejenak. Sedikit malu, tapi Vanny tak punya pilihan lain. Ia mengangguk dan Haris pun tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...