Seorang asisten rumah tangga dengan tergopoh-gopoh berjalan menuju meja makan. Di mana Widia dan Tasya baru saja akan duduk di kursi masing-masing. Bersiap untuk makan malam kala itu, mereka berdua keheranan melihat kedatangan asisten rumah tangga yang bernama Ina tersebut.
"Ada apa?" tanya Widia acuh tak acuh.
Ina menenangkan napasnya sejenak, lalu langsung menjawab. "Di depan ada keluarga Wiguna, Nyonya."
Semula Widia ingin mengambil nasi. Memulai makan malam tanpa merasa perlu menunggu kehadiran sang suami. Tapi, perkataan Ina membuat tangan Widia berhenti bergerak.
Widia berpaling. Dengan dahi mengerut, ia kembali bertanya demi memastikan bahwa Ina tidak salah bicara.
"Keluarga Wiguna?"
Ina mengangguk. "Iya, Nyonya."
Diam sejenak lantaran masih dilanda kebingungan, Widia menangkap kesiap Tasya yang duduk di seberangnya.
"Ya Tuhan. M-maksudnya ... Haris?"
Kali ini Ina beralih pada Tasya. Ia kembali mengangguk.
"Ada Tuan Haris dan kedua orang tuanya, Nona."
Kesiap Tasya tak bisa terbendung lagi. Ia sontak bangkit dari duduknya. Wajahnya menunjukkan raut keterkejutan. Tapi, seberkas kebahagiaan pun memancar di sana.
"Mama."
Widia melihat Tasya. Putrinya itu terlihat senang.
"Haris datang ke rumah dengan orang tuanya, Ma," ujar Tasya tak mampu menyembunyikan rasa bahagia itu. "Dia pasti mau membahas soal perjodohan itu."
Widia diam sejenak. Tapi, ketika ia memikirkannya maka tidak ada kemungkinan lain yang bisa menjadi alasan Haris datang bersama kedua orang tuanya selain kemungkinan yang satu itu. Maka tak ayal kebahagiaan Tasya pun menular pula padanya.
"Iya, Sya. Pasti. Mereka pasti mau membahas soal perjodohan kalian."
Maka Widia dan Tasya tidak membuang waktu. Mereka segera meninggalkan meja makan dan beranjak ke luar. Tanpa lupa memberikan perintah pada Ina untuk segera memanggil Bhakti. Tapi, ketika Widia dan Tasya tiba di ruang tamu, ternyata Bhakti sudah berada di sana.
Kesan kaget langsung tercetak nyata di wajah Bhakti. Yang terkejut mendapati kedatangan istri dan putrinya. Terlebih lagi karena Widia dan Tasya tidak hanya datang. Alih-alih turut bergabung dengan mereka.
Widia duduk di dekat Bhakti. Memberikan senyumnya pada tamu yang datang malam itu.
"Arif," sapa Widia dengan hangat. "Sekar."
Ketika Arif membalas sapaan tersebut dengan sesopan mungkin, maka lain lagi dengan Sekar. Wanita paruh baya itu jelas sekali menunjukkan sikap yang sebaliknya. Tersenyum enggan dan singkat. Ia membuang napas panjang.
Sikap Sekar tentu saja bukan hal yang diharapkan oleh Widia. Hingga menimbulkan tanda tanya di benak Widia. Karena hal tersebut tentunya memberikan keraguan pada Widia.
Mereka benar-benar mau membahas soal perjodohan Tasya dan Haris kan?
Widia melirik. Pada putrinya yang terlihat amat semringah. Tatapannya yang berbinar-binar tertuju tanpa kedip pada Haris. Sementara Haris? Nyaris bisa dikatakan sebelas dua belas dengan sikap Sekar padanya tadi.
Haris tampak salah tingkah. Hanya memberikan satu anggukan singkat pada Tasya sebagai basa-basi. Setelahnya ia mengalihkan pandangannya pada Bhakti. Yang terlihat semakin tak nyaman di sofa yang ia duduki.
"Ma."
Suara Bhakti terdengar amat rendah. Lebih menyerupai desisan. Bersamaan dengan dirinya yang menyenggol Widia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...