62. Menjauh Satu Langkah

690 70 1
                                    

Haris melihat jam tangannya. Sudah nyaris jam sembilan malam kala itu. Dan ia masih berada di apartemen Vanny. Duduk tak jauh dari tempat tidur. Melihat pada Vanny yang terbaring dalam tidurnya.

Haris sudah mengajak Vanny untuk ke rumah sakit. Tapi, ia menolak. Beralasan bahwa dirinya hanya lelah. Dan sekarang Haris bingung. Apakah ia harus pulang dan meninggalkan Vanny seorang diri atau bertahan dan mengabari Sekar?

Dering ponsel yang terdengar tiba-tiba menyentak Haris dari lamunannya. Tepat ketika ia terpikir untuk mengabari Sekar, ternyata sang ibu justru menghubunginya lebih dahulu.

Haris mengangkat panggilan tersebut seraya bangkit dari duduknya. Beranjak dan mengambil jarak yang lumayan demi tidak ingin mengganggu istirahat Vanny.

"Halo, Ma."

Langsung menyapa Sekar, Haris mendengar suara ibunya selang sedetik kemudian.

"Ris, kamu di mana? Udah jam segini belum pulang juga."

Haris membuang napas panjang. Kepergiannya ke apartemen Vanny memang tidak diketahui Sekar. Karena Sekar sudah mewanti-wanti Haris untuk memberikan waktu bagi Vanny. Tapi, walau sekuat apa Sekar melarang, nyatanya Haris tidak bisa melakukan apa yang Sekar perintahkan padanya.

"Aku lagi di apartemen Vanny, Ma," jawab Haris seraya melihat ke belakang sekilas. Pada Vanny yang baru tidur dan kesiap Sekar terdengar. "Dia lagi sakit."

Sekali lagi, kesiap Sekar kembali terdengar.

"Sakit? Vanny sakit apa? Sudah berobat?"

"Badannya panas. Cuma dia nggak mau dibawa ke rumah sakit. Sekarang dia lagi tidur."

Hening sejenak. Lalu suara Sekar kembali terdengar. Kali ini terkesan ragu-ragu.

"Ehm, Ris. Jadi sekarang ini kamu lagi jagain Vanny?"

Refleks, walau Sekar tidak bisa melihatnya, Haris mengangguk. "Iya, Ma."

"Ehm. Tapi, kamu nggak kepikiran buat nginap di sana kan?"

Kali ini Haris yang terdiam. Sejujurnya tentu saja ia ingin menginap. Tapi, tentu saja Sekar tidak akan memperbolehkannya.

"Bukannya apa ya. Tapi, kalian nggak boleh berduaan semalaman loh."

Haris sadar bahwa hubungannya dan Vanny sudah melampaui batas yang seharusnya. Tapi, tetap saja. Di depan orang tuanya hal itu akan selalu menjadi rahasia. Dan pembicaraan saat itu sudah memberikan bayangan untuk Haris.

"Vanny ada temen nggak? Yang bisa nemenin dia malam ini?"

Ketika Sekar menanyakan itu, tentu saja nama Esti langsung muncul di benak Haris.

"Ada, Ma."

Embusan napas lega Sekar terdengar samar. "Kamu hubungi dia. Coba minta tolong ke dia buat nemenin Vanny malam ini. Jadi kamu bisa balik."

Sejujurnya opsi itu sempat melintas di benak Haris. Dan sepertinya memang itulah pilihan yang terbaik saat itu.

"Dan kalau semisalnya besok Vanny masih sakit, biar Mama datang ke sana. Gimana?"

"Baiklah, Ma," jawab Haris seraya membuang napas panjang. "Kalau gitu aku telepon dulu temen Vanny."

Semula Haris ingin langsung menghubungi Esti ketika telepon Sekar berakhir. Tapi, suara lirih Vanny terdengar memanggilnya.

"Van?"

Vanny bangkit. Dengan mata dan wajah yang terlihat lesu. Sekilas ia melihat pada jam dinding.

"Kamu belum balik?"

The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang