77. Sinyal Darurat Memanggil

718 74 6
                                    

Layaknya tidak ada hari esok untuk mereka berdua, baik Haris maupun Vanny saling mencium satu sama lain dengan amat menggebu. Dengan kedua tangan yang saling menahan, bibir mereka terus bergerak dalam pagutan dan lumatan tanpa henti. Menghadirkan percikan yang dengan amat cepat menyengat naluri laki-laki Haris.

Haris beringsut. Tangannya pindah. Melepaskan pipi Vanny dan membiarkan jari-jari lentik itu tetap menahan wajahnya. Memutuskan untuk merengkuh pinggang Vanny. Menarik tubuh itu untuk melekat padanya.

Vanny pindah. Tak lagi duduk di sofa yang empuk itu. Alih-alih sudah mendarat di pangkuan Haris. Dengan kedua tangan yang menahan pinggangnya, Haris memastikan tak ada lagi jarak yang bisa memisahkan mereka berdua.

Mengangkat wajahnya, bibir Haris membuka di bawah tekanan ciuman yang Vanny berikan. Dengan sukarela menyilakan Vanny untuk merasai semua yang ada di dirinya. Ia memberikan. Tapi, ia juga meminta.

Karena ketika Vanny meloloskan lidahnya ke dalam mulut Haris, ia dengan segera menikmatinya. Menangkapnya. Memerangkapnya. Dalam satu lumatan yang membuat Vanny mengerang karenanya.

Vanny merasa dirinya seolah terisap. Tertarik dalam medan magnet yang bernama Haris. Yang membuat ia tak bisa menghindar. Alih-alih ia justru semakin mendekat. Melekat. Hingga kedua tangannya mengalung di leher Haris.

Rasa manis itu menghadirkan candu bagi Haris. Membuat ia terus dan terus melumat lidah Vanny. Mencecap semua yang ada di sana. Menyesapnya. Dengan penuh penuntutan dan keinginan untuk meredakan semua dahaga yang menyiksa dirinya selama ini.

Erangan Vanny kembali terdengar. Ketika pada akhirnya Haris melepaskan lidahnya dan melarikan tubuhnya untuk meraba lekuk tubuh itu, Vanny mendapatkan kesempatannya untuk menarik napas.

Vanny mengangkat wajahnya. Dengan pandangan yang tak lagi fokus dan tertutupi oleh kabut gairah, bola matanya memutar ke sembarang arah. Bersamaan dengan mulutnya yang membuka. Dalam bibir yang terasa membengkak, ia berusaha untuk menarik udara sebanyak-banyaknya.

Vanny berusaha untuk tetap bernapas. Tapi, satu kecupan basah yang mendarat di lehernya membuat usahanya terasa payah. Sontak membuat udara tertahan di dadanya. Dengan kedua tangan yang lantas berpegang pada pundak Haris, jari-jari itu mencengkeram. Upaya terakhir yang bisa Vanny lakukan ketika sentuhan demi sentuhan terasa makin nyata melambungkan dirinya.

Basah dan hangat, begitulah Haris memastikan setiap kecupan yang ia berikan akan meninggalkan jejak di kulit Vanny. Ia turun. Tanpa putus memberikan jejak yang serupa.

Kian turun. Kali ini Haris dengan amat sengaja berlama-lama melabuhkan kecupannya di lekuk leher Vanny. Menggodanya. Bermain-main di sana dengan ujung lidahnya yang memabukkan.

"H-Haris."

Suara Vanny terdengar mendesahkan namanya. Membuat Haris semakin menggoda Vanny. Bukan hanya dengan bibir dan lidahnya, alih-alih dengan tangannya pula yang sedari tadi sudah melakukan penjelajahannya.

Jari-jari itu meraba. Pada paha Vanny yang membuka di pangkuannya. Naik. Dan lantas menyusup ke balik kaus santai yang ia kenakan.

Masuk. Mendarat dan merasakan kehalusan kulit Vanny di dalam sana. Pada perutnya yang ramping. Pada pinggangnya yang berlekuk.

Haris tau dirinya tak akan bisa bertahan. Maka ia pun memutuskan untuk tidak membuang waktu dengan percuma. Ia meraih pinggiran kaus Vanny. Dengan berat hati sedikit menarik diri demi menciptakan jarak yang ia butuhkan untuk meloloskan pakaian itu dari tubuh Vanny.

Vanny mengangkat tangannya. Membantu Haris melepaskan kaus itu dari tubuhnya. Tidak berkeberatan sama sekali. Bahkan ketika jari-jari Haris langsung menyasar pada kaitan bra di punggungnya, ia pun tidak menolak.

The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang