Bisa ditebak apa yang terjadi setelah Haris melayangkan ajakannya pada Vanny. Tentu saja cewek itu langsung buru-buru melarikan diri. Dengan kunci kartu yang telah berada di tangannya, tak sulit bagi Vanny untuk membuka pintu. Ia masuk dengan cepat dan langsung menutup pintu tepat ketika Haris akan turut masuk pula.
"Braaak!"
Pintu dibanting tepat di depan wajah Haris. Membuat cowok itu sontak memejamkan mata, jelas kaget. Terutama dengan fakta di mana pintu nyaris membentur hidungnya.
Astaga!
Ketika Haris membuka matanya kembali, ia buru-buru menarik napas sedalam mungkin. Berikut dengan angka yang langsung ia hitung.
"Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Enam. Tu ... juh."
Sepertinya lumayan sedikit ampuh untuk meredakan geram yang cowok itu rasakan. Walau rasa berdenyut masih terasa jelas di dadanya. Hingga tanpa sadar tangannya sudah naik satu. Membentuk satu kepalan yang ia sendiri bingung akan ia tujukan untuk siapa.
Untuk Vanny? Oh! Tentu saja tidak. Sedangkan Vanny mendapatkan perlakuan baik saja ia masih kerap menolak Haris. Apalagi kalau Vanny mendapatkan kekerasan? Tentu saja hasilnya tidak perlu ditanyakan lagi.
Haris menahan napas di dada seraya menujukan kepalannya ke pintu kamar Vanny. Tidak benar-benar meninjunya. Hanya memberikan beberapa pukulan kecil tak berarti.
"Sabar, Ris, sabar. Lebih baik sekarang kamu ke kamar. Mandi dan istirahat."
Pada akhirnya Haris pun beranjak dari depan kamar Vanny. Mandi dan istirahat adalah dua hal paling tepat yang akan ia lakukan sebelum tiba waktu makan malam nanti. Lagipula ia pun sadar. Tak selamanya Vanny bisa melarikan diri darinya.
Sementara itu di kamarnya Vanny mengintip dari lubang pintu. Dengan jantung yang berdebar parah layaknya ia adalah korban penculikan yang mencoba untuk melarikan diri dari kejaran penjahat, ia mengintai Haris. Melihat dengan jelas bagaimana wajah tampan itu memerah ketika ia menutup pintu dengan setengah membanting tepat di depan wajahnya.
Jujur saja. Vanny tidak berniat sampai bertindak seperti itu. Tapi, sepertinya rasa takut yang melandanya membuat ia mengeluarkan tenaga secara berlebihan.
Untung aja hidung mancung Haris nggak kena pintu. Kalau penyok kan kasihan juga.
Menunggu beberapa saat di balik pintu, pada akhirnya Vanny bisa membuang napas lega ketika cowok itu beranjak pula. Tepat setelah ia melihat Haris memukul pintu kamarnya. Pelan memang, tapi berhasil membuat Vanny menutup mata berulang kali. Mungkin merasa seperti dirinya yang menjadi sasaran tinju itu.
"Ya Tuhan. Kok bisa-bisanya semuanya makin ribet kayak gini?"
Beranjak dari depan pintu, Vanny tidak akan lupa dengan ajakan Haris tadi. Itu adalah hal yang tidak pernah ia antisipasti. Sungguh ia tidak mengira kalau Haris tau tanggal ulang tahunnya. Terlebih lagi cowok itu ingin merayakannya.
"Argh!"
Vanny menggeram seraya membanting tubuhnya ke belakang. Mendarat tepat di atas tempat tidur. Dengan mata yang menatap langit-langit kamar, ia seperti melihat kilasan kemungkinan masa depan yang akan terjadi.
Ada perayaan ulang tahun. Diselenggarakan oleh mantan pacar yang mengajak untuk menjalin hubungan kembali. Dimeriahkan lantunan musik dan kue yang enak. Lantas ditutup oleh adegan klise. Sang mantan berlutut dengan cincin berlian di tangannya.
Anggap saja Vanny lebay. Tapi, kemungkinan itu sukses membuat ia bergidik atas bawah.
Mata Vanny sontak terpejam. Ia menggeleng berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex Who Trapped Me 🔞 "FIN"
RomanceMendapat pekerjaan sekaligus bertemu mantan pacar? O oh! Vanny tidak pernah berharap hal itu terjadi dalam skenario hidupnya. Bagi Vanny mantan pacar adalah spesies yang seharusnya punah dari peradaban manusia. Sementara bagi Haris lain lagi. Menuru...